tag:blogger.com,1999:blog-16002492779972514242024-03-05T13:50:05.980-08:00CERITA DEWASAKhusus orang - orang yang (ingin) Dewasa...ival syadewahttp://www.blogger.com/profile/18301224571854071554noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-1600249277997251424.post-8976451012667501022012-03-03T22:52:00.000-08:002012-03-03T22:52:37.283-08:00Janjiku Kepada Ira<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
Namaku adalah Arif (samaran) adalah siswa salah satu SMA negeri ternama di kotaku di provinsi. Aku sudah lama naksir sama cewek SMA tetangga, yah sebut saja Ira (samaran men, untuk menjaga nama baik). Anaknya cantik, banyak yang naksir sama dia, cukup populer juga disekolahnya. Sebenarnya, aku belum berani ngungkapin perasaanku ke Ira, boro-boro nembak, mau sms aja aku sudah gemetaran. Hahaha…maklum bro, aku ada masa lalu yang pahit, jadi trauma mau ndeketin cewek. <br />
<br />
Lalu, aku punya sahabat namanya Rangga dan Tama, merekalah yang selalu menjadi tempatku berkeluh kesah kalau menyangkut masalah Ira. <br />
<br />
Suatu hari, saat disekolah sedang tidak ada pelajaran, aku keluar kelas, mendengarkan lagu menggunakan headset sambil melamun tentang Ira. Aku begitu terbawa dengan lamunanku sehingga tanpa sadar, Rangga dan Tama sudah berdiri di sebelahku.<br />
<br />
”Woy, kamu lagi ngapain heh! Kesambet ntar loh!”, Rangga memukul punggungku menggunakan buku ekonomi yang tebalnya 200 halaman. Sontak aku loncat berdiri.<br />
<br />
”Heh setan, kamu pengen aku mati jantungan?!” semprotku.<br />
<br />
”Apa lah Rif? Mesti lagi mikirin komandan yah? Hahahahaha” Tama ngikut percakapan kami. Aku dan Tama biasa menyebut Ira dengan call-sign “komandan”.<br />
<br />
“Alaaaa….Ira mulu dipikirin. Kafe Blabag yuk! Laper neh coy!”, Rangga menyahut.<br />
<br />
”Gak! Ogah! Gak ada duit!”, jawabku sinis.<br />
<br />
”Hah? Tam, rika percaya?” ,tanya Rangga ke Tama dengan logat Jawa-nya yang kental.<br />
<br />
”Ora..ora..bocah kaya iki koh.” ,jawab Tama dengan aksen yang tak kalah kental<br />
<br />
Rangga dan Tama adalah anak pindahan dari daerah apa lah namanya. Mereka sering bicara dengan bahasa ibu mereka.<br />
<br />
”Laaah…pada ngomong apa sih? Gunakanlah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar! Aku ga paham nih!” ,potongku dengan ekspresi datar.<br />
<br />
”Hahahahaha…makanya kalo guru ngajar bahasa Jawa dengerin dong!”,tawa Rangga sinis.<br />
<br />
”Udah lah, ikut aja yuk! Cepetan…ntar kita traktir deh! Mumpung pak Junaedi gak ngajar! Bentar lagi juga bel pulang kan?”, kata Tama sambil menarik tanganku.<br />
<br />
Sebenarnya aku malas, tapi daripada didepan kelas kaya orang bego, lebih baik ikut mereka, maka aku masuk ke kelas dan keluar sambil membawakan tas Rangga dan Tama dan juga tasku sendiri. Kafe Blabag terletak di persimpangan dekat sekolahku, Cuma butuh 5 menit jalan kaki. Aku menggendong ranselku dengan malas. Memang, hari ini perasaanku tidak enak. <br />
Setelah berjalan beberapa menit, tampaklah kafe Blabag dengan motor-motor pengunjung yang berderet rapi. Aku melihat ada satu motor yang sangat kukenal, darahku berdesir. Sekilas kulirik Tama dan Rangga, mereka seperti menahan senyum. Perasaanku semakin tidak enak. Kami pun masuk kafe, kulihat di bagian pojok kafe, ada beberapa cowok dan cewek. Semuanya masih memakai seragam SMA. Tidak ada seorangpun yang kukenal.<br />
<br />
”Yo!”, sapa Rangga kepada salah satu temannya.<br />
<br />
”Yo! Kabur Ngga? Hahahahaha”,sahut temannya. Kalau nggak salah, namanya Setyo, anaknya tinggi besar, khas preman terminal.<br />
<br />
”Hei Luna. Udah lama nunggu?”,tanya Tama kepada salah satu cewek yang (setahuku) ditaksir berat sama Tama. Kemudian mereka ngobrol berdua.<br />
<br />
Sejenak kemudian mereka semua sudah ramai ngobrol ngalor ngidul gak karuan. Aku cuma duduk manis mendengarkan dan sesekali tertawa kalau ada hal-hal lucu (gak ada yang kenal coy!). Aku melamun, prasaanku masih tidak enak sewaktu lihat motor yang diparkir didepan tadi. Aku yang tidak tahu apa-apa dengan polosnya memasang headset, menunduk dan sibuk memilah-milah lagu dari HP ku. Setelah kutemukan lagu yang pas, aku menyetelnya dan telingaku dipenuhi alunan musik favoritku, aku tersenyum dan menengadahkan kepala. <br />
<br />
Aku tercekat. Seakan-akan ada seorang kuli bangunan veteran yang mencekikku. Di hadapanku Ira berdiri, kedua tangannya dimasukan saku jaket. Dia menatapku sambil tersenyum, manis sekali. Aku semakin megap-megap.<br />
<br />
“Headsetan aja! Ntar budek loh!”,kata Ira sambil menyambar headsetku.<br />
<br />
”Laporan dulu gih sama komandanmu!”,Tama menyikut lenganku.<br />
<br />
Entah kenapa, mungkin karena terkesima dan kaget, aku hanya mampu berbicara dengan tidak jelas, “Haah? Koman….dan? Haaaaahh?”,ucapku tak jelas. <br />
<br />
Semuanya tertawa keras sekali, Rangga tertawa sampai mengeluarkan air mata, dan Setyo memukul-mukul meja sambil tertawa. Entah seperti hewan apa mukaku saat itu, setolol apa, aku tidak tau, tapi yang jelas aku malu sekali. Aku tidak menyangka kalau Ira adalah salah satu dari kelompok kami ini.<br />
<br />
Kemudian aku ikut aktif ngobrol bareng, ternyata mereka semua anak-anak yg baik & supel, ramah pula. Segera saja aku mendapatkan tempat dalam kelompok ini.<br />
<br />
Sejak saat itu, kami sering main bersama dan aku mulai hafal anggota geng kami satu persatu. Aku jadi dekat dengan mereka, dan karena mereka juga, aku jadi bisa mendekati Ira lebih jauh.<br />
----------------------------------------------------------------------------------<br />
Kami semua semakin akrab. Waktu itu kebetulan kami main bersama-sama.<br />
Kami memutuskan untuk berjalan-jalan di mall. Anak-anak cewek yaitu Angel, Ira, Luna dan Dian berencana melihat-lihat pakaian sementara aku, Tama, Setyo, dan Rangga akan melihat pameran gadget yang diadakan di lantai 5 mall tersebut. Kami berangkat menggunakan mobil Rangga yang cukup besar. <br />
<br />
Seperti kebanyakan cewek-cewek kota, Angel, Luna dan Dian mengenakan kaos dan hotpants, namun Ira mengenakan kaos dan celana jeans panjang. Memang Ira memakai kaos yang cukup tertutup namun ketat dan dibagian dadanya agak longgar sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya yang seksi dan belahan dadanya yang menantang.<br />
<br />
Aku duduk disebelah Rangga yang menyetir, sementara Angel, Luna, Dian dan Ira duduk berdesakan di bangku tengah dan Setyo serta Tama duduk dibangku paling belakang.<br />
<br />
Di mobil, anak-anak cewek sibuk berkicau<br />
”Eh Ira, kamu seksi banget deh…” celoteh Angel<br />
<br />
”Iyaa…kesannya gimana gitu…hahahaha” kata Dian dilanjutkan dengan tawa cewek-cewek lain.<br />
<br />
Ira kelihatan salah tingkah dan berusaha menutupi bagian dadanya yang agak terbuka.<br />
”Ah masa sih…kaosku lagi di cuci semua…aku nggak tau kalo kaos ini kekecilan”<br />
<br />
Kemudian mereka meributkan masalah lain, seputar kosmetik, trend fashion dan banyak hal tetek bengek lain yang tidak penting bagi para cowok. Tama dan Setyo sedang sibuk membicarakan salah satu handphone di majalah gadget yang dibawa Rangga. Aku pura-pura memainkan handphone, walaupun aku sesekali melirik belahan dada Ira yang duduk di bangku tengah namun berseberangan dengan aku. Aku menelan ludah.<br />
<br />
Ketika hampir sampai di mall, tiba-tiba hujan deras turun.<br />
<br />
”Waaah…ujan nih, mana tempat parkiran basement penuh lagi. Guys, cari tempat lain yuk…” ujar Rangga<br />
<br />
”Wuuuu….nggak mau! Kan disana ada pinjaman payung!” jawab anak-anak cewek kompak<br />
<br />
”Oke…oke…whatever…hehehe” Rangga tertawa ringan dan mengarahkan mobilnya masuk ke parkiran mobil yang ada di tempat terbuka.<br />
<br />
Setelah mobil kami diparkir, kami turun dan berlari ke sebuah kanopi. Kebetulan saat itu ada 3 tukang parkir yang akan kembali ke pintu masuk mall, mereka membawa 4 payung. Maka semuanya meminjam payung dari ketiga tukang parkir tersebut. Aku dan Ira tertinggal dibelakang. Aku melihat mereka semua menembus hujan menggunakan payung sementara aku dan Ira hanya menatap mereka. <br />
<br />
Sudah 5 menit berlalu, namun belum ada orang yang menjemput kami. <br />
<br />
”Lari aja yuk? Nggak sampai 100 meter inih” ucapku kepada Ira<br />
<br />
Ira hanya mengangguk. Kami berlari menembus hujan yang ternyata cukup lebat itu.<br />
Ketika kami sampai di pintu masuk mall, kami sudah basah kuyup, tetapi aku tidak terlalu basah karena jaketku yang water-proof. <br />
<br />
”Waduh…maaf ya…tadi tukang parkirnya malah pergi nggak tau kemana” kata Rangga<br />
<br />
”Iya. Kita mau minjemin payung buat kalian malah mereka pergi. Mana payungnya dibawa semua lagi” Angel menggerutu<br />
<br />
Aku mengangguk. Kulirik Ira, ia kedinginan, tubuhnya basah kuyup. Gilanya lagi, karena kaosnya basah, maka setiap lekuk tubuhnya yang indah tercetak jelas dan belahan dadanya kini lebih terekspos. Aku menelan ludah melihatnya.<br />
<br />
Kami melangkah masuk ke mall. Kuperhatikan, setiap pasang mata disana memperhatikan belahan dada Ira yang terlihat sangat mengesankan. Teman-teman yang lain tidak tahu karena mereka berjalan di depan. <br />
<br />
Ira mati-matian berusaha menutupi dadanya, ia terlihat malu sekali dan tidak berani menatap orang-orang di sekeliling kami, lebih parahnya lagi, ia menggigil. Aku kasihan melihatnya, maka aku segera berlari ke counter minuman terdekat dan membeli segelas teh hangat kemudian kembali kesampingnya.<br />
<br />
”Nih…” aku menyodorkan teh itu padanya<br />
<br />
“Makasih Rif” jawabnya pendek. Ira langsung meminum teh hangat tersebut, namun agak canggung karena ia juga harus menutupi tubuhnya yang menjadi tontonan setiap orang di mall itu. Ketika ia mengangkat lengan untuk meminum dari gelas tadi, lekuk buah dadanya sangat jelas terlihat. Aku melotot melihatnya dan tiba-tiba ‘adik’ ku menjadi tegang, namun cepat-cepat kusingkirkan pikiran kotor itu.<br />
<br />
Aku merasa iba, maka kulepas jaketku dan kupakaikan kepadanya lalu kurangkul tubuhnya. Terdengar seruan kecewa dari berbagai penjuru ketika tubuh Ira yang eksotis itu tertutupi jaketku. Aku menatap tajam kepada sekelompok cowok yang dari tadi tertawa-tawa sambil menunjuk Ira, ketika mereka sadar bahwa aku sedang memelototi mereka, mereka segera bubar.<br />
<br />
Ira kaget melihat perlakuanku namun tidak menolak. Ia menatapku, tatapan yang tidak akan pernah kulupakan. Tatapannya menghujam begitu dalam, aku goyah.<br />
<br />
Aku tidak kuasa menatap matanya lebih lama, maka aku melepaskan pelukanku dari bahunya dan memperlambat langkahku sehingga kini aku berada paling belakang. Aku malu, canggung dan merasa tidak enak dengan perlakuanku.<br />
<br />
Awalnya aku merasa bahwa Ira akan marah besar kepadaku. Tetapi ternyata tidak, ia tetap bercanda denganku seperti biasa, namun kadang-kadang kupergoki dia sedang melirik ke arahku. Deg-degan juga, apa ini berarti ia ada perasaan kepadaku?</div>
<div class="MsoNormal">
Suatu ketika, di kotaku ada acara besar…perayaan apa gitu, aku tidak ingat. Teman-teman satu geng ku mengajakku nonton pawai yang diadakan di alun-alun kota. Tetapi aku menolak, berhubung hari ini aku ingin cepat pulang. Kebetulan rumahku jauh dari alun-alun dan pusat kota. Sepanjang perjalanan pulang, aku hanya papasan dengan beberapa orang, itu saja mereka sedang menuju ke alun-alun. Selebihnya, kota ini seperti kota mati. Aku sangat heran, sebegitu meriahnya kah perayaan itu? Aku mengendarai motorku dengan santai, ketika sampai di perempatan, kulirik lampu lalu lintas; “Hijau, tancep cuy!”, pikirku. Di tengah-tengah persimpangan tiba-tiba ada sebuah motor (Tiger kalo nggak salah) melaju ke arahku dengan kecepatan tinggi, kelihatannya pengemudinya mabuk, tanpa helm, matanya merah dan mukanya kusut, aku menginjak rem, tapi sepertinya dia sengaja membelokkan motornya mengikuti gerakan motorku. Aku tercengang. Jarak kami tinggal 1 meter.<br />
<br />
“Anjrit! Salahku apa sih?!”,umpatku dalam hati.<br />
<br />
BRUAAKK!!! Sempat kulihat aspal yang menjauhi pandanganku dan…..PET! Semuanya gelap.<br />
---------------------------------------------------------------------------------<br />
<br />
Hal pertama yang kurasakan adalah nyeri dan dingin di lengan kanan.<br />
<br />
”Ah…aku dimana? Perasaan tadi aku tabrakan deh…apa aku udah mati?”,tanya ku dalam hati.<br />
<br />
Kuberanikan diri membuka mata. Aku sedang berbaring di sofa. Langit-langit yang putih, aroma parfum yang manis, samar-samar kuingat bau parfum ini. Aku menoleh ke kanan dan kiri, kulihat teman-temanku duduk didekatku satu persatu, Ade, Feby dan….Ira!! Nafasku tertahan.<br />
<br />
”Masih idup Rif? Hahahaha…”,canda Feby kepadaku<br />
<br />
”Mujur banget loh kamu, Cuma memar di lengan doang! Motormu jadi rongsokan tuh dihalaman. Ga ada orang yang nolongin, pas ketemu Ira. Tapi…masa cowok pingsan sih?”,Ade menimpali sambil tertawa.<br />
<br />
”Aduh! Loh kok pada disini?”,tanyaku sambil meringis menyentuh lengan kananku.<br />
<br />
”Tadi aku dijalan pulang liat kamu lagi tidur di jalan, motormu ancur noh…jadi aku SMS Ade sama Feby, soalnya yang lain pada kejebak macet…alun-alun macet total, pas banget si Feby sama Ade belom berangkat, jadi mereka kusuruh kesini nolongin kamu”,jelas Ira panjang lebar sambil mengompres memar di lengan kananku.<br />
<br />
Oooh….jadi ini sensasi dingin yang tadi kurasakan? Darahku berdesir…<br />
<br />
”An angel speak to me…”,gumamku lirih.<br />
<br />
”Hah? Apa Rif? Kamu ngomong apa? Pasti ngomong yang nggak-nggak nih! Dia ngomongin kamu loh Ra!”,cerocos Ade dengan cepat sambil nyengir.<br />
<br />
”Apa? Apa iya? Kamu ngomong apa hah barusan?”,tanya Ira kepadaku.<br />
<br />
”Ah nggak kok…nggak papa…gausah dipikir…hahahahaha”,jawabku.<br />
<br />
Feby melirik jam tangannya, kemudian berkata, “Eh..eh…aku sama Ade pergi dulu yah? Uda di tungguin gebetan neh..hehehe…malem minggu cuy…hahaha”.<br />
<br />
”Ehem…tau lah…tau…yang masih jomblo….”,sahut Ira sambil tertawa<br />
<br />
”Cus yah men! Rif, nyetir yang bener dong! Hahahaha…yuk Ra, duluan yah!”,ujar Ade sambil mengambil helmnya.<br />
<br />
”Okeh men? Duluan ya!!”,kata Feby sambil tersenyum. Entah kenapa aku merasa ada maksud lain dari senyuman Feby.<br />
<br />
Ira mengantar Feby dan Ade keluar. Kulihat HP Ira tergeletak di atas meja, aku tidak mengerti kenapa, tapi aku langsung mengambil HP itu dan membuka inbox nya. Aku kaget…ternyata sangat banyak SMS yang isinya mengajak kenalan Ira, bahkan ketika aku sedang membaca SMS itu, masih ada saja SMS yang masuk. Lalu kulihat sent messages nya…aku tidak percaya dengan apa yang kulihat…Ira hanya membalas SMS ku dan teman-teman se geng ku…dan yang paling banyak adalah balasan SMS untukku. Memang sejak kejadian di kafe, aku dan Ira jadi sering SMS-an.<br />
<br />
”Wawawawawawa……!!”,teriakku dalam hati karena senang.<br />
<br />
Beberapa detik kemudian, pintu terbuka dan Ira masuk.<br />
<br />
”Eh, Rif, kamu udah makan apa bel………”,ucapan Ira tiba-tiba terpotong begitu melihatku tengah asyik memainkan HP nya.<br />
<br />
DEG! <br />
Aku kaget setengah mati.<br />
”Aduuhh…..bego! Bego!! Ntar bisa-bisa dia marah nih! Duuh..gimana yah?”,batinku panik.<br />
<br />
”Udah makan belum kamu? Aku mau bikin mie, kamu mau nggak?”,ucap Ira seraya merebut HP nya dari tanganku lalu duduk di lantai di sebelahku. Kulihat dia mencoba menahan emosinya.<br />
<br />
”Eh…euh….udah…aku udah makan kok…..hehehe”,jawabku salah tingkah.<br />
<br />
Keheningan yang tidak enak menyelimuti kami. Aku dan Ira sama-sama panik dan salah tingkah. Akhirnya kuputuskan untuk membuka percakapan.<br />
<br />
”Eh…aku sekarang dimana nih? Dari tadi aku mau tanya lupa-lupa terus”,tanyaku sekenanya<br />
<br />
”Ini rumahku…kamu kecelakaan dekat sini. Karena ga ada orang lain, jalan juga bener-bener sepi, makanya kamu kubawa kerumah aja.”,Ira tersenyum canggung.<br />
<br />
”Serius nih? Aku di rumahmu? Aku ga enak woi sama keluargamu, aku kan cowok!”,ujarku dengan cepat.<br />
<br />
”Gak apa-apa kok…semua lagi di toko, jadi ga ada orang disini”,jawabnya lirih.<br />
<br />
“Jadi…kita…cu..cuma..ber…berdua di sini?”,tanyaku terbata-bata.<br />
<br />
Ira hanya mengangguk pelan, dia menunduk kemudian menatap HP nya. Sekilas kulihat rona merah di wajahnya. Aku mencoba duduk dan tidak mempedulikan lenganku yang memar.<br />
<br />
”Eh, jangan duduk dulu!”,cegahnya sambil memegangi tanganku.<br />
<br />
Aku kaget, otomatis aku tatap matanya. Kami berdua bertatap-tatapan lama. Matanya yang teduh menunjukkan kedewasaan dan kasih sayang. Aku benar-benar speechless.<br />
Memar di lenganku benar-benar tidak terasa. Beberapa detik kemudian Ira yang sadar duluan, dia tersipu.<br />
<br />
”Oh iya. Aku bikin mie dulu ya…”,katanya mengalihkan keadaan.<br />
<br />
Aku hanya diam…<br />
Ketika dia berdiri, kutarik tangannya dengan cepat hingga wajah kami saling berdekatan.<br />
<br />
Tubuhnya lebih tinggi sedikit dariku, mungkin sekitar 170 cm, kulitnya putih, langsing, dan buah dadanya tidak besar-besar amat namun menantang dan kelihatan sangat merangsang. Proporsional, lah. Rambutnya yang panjang lurus sebahu hitam dan terawat. <br />
<br />
Ira menatap mataku dalam-dalam…sejenak aku ragu…”Haruskah?”,pikirku.<br />
<br />
Kudekatkan bibirku, sepertinya Ira tidak merespon, maka aku melanjutkannya.<br />
Kukecup bibirnya dengan penuh kasih sayang…dengan sepenuh hati. Tidak ada protes darinya, bahkan Ira malah memejamkan mata.<br />
<br />
Kutarik dia dengan lembut dan kududukkan di sebelahku. Aku masih mencium bibirnya.<br />
Sensasi yang kurasakan luar biasa, bibirnya hangat dan lembut. Kami berciuman kira-kira 3 menit. Dalam jangka waktu segitu, siapa sih yang gak terbakar nafsunya? Hehe…<br />
<br />
Kulingkarkan tanganku di pinggangnya. Ira sudah membuka matanya dan matanya menerawang ke langit-langit. Aku tidak tau apa yang dia pikirkan. Kusibak rambutnya, kemudian kulihat lehernya yang jenjang dan bersih, serta tercium wangi parfumnya.<br />
Kucium leher kirinya. <br />
<br />
”Mmmmmhh….”,Ira agak mendesah, dia meremas kedua tanganku.<br />
<br />
Kubalikkan badannya, sekarang dia duduk membelakangiku. Kemudian kembali ku cium lehernya. Nafasku membuatnya geli.<br />
<br />
”Uuuuuh…”,desahnya mulai tak terkendali<br />
<br />
Tanganku membuka kancing seragamnya satu persatu. Ira memegangi tanganku, tetapi tidak melakukan perlawanan. Yaa otomatis kupikir ini lampu hijau. Heehehehe…<br />
Setelah setengah seragamnya terbuka, kulihat bra nya yang berwarna krem, yang langsung kuturunkan. Kini dapat kulihat payudaranya, yang ternyata cukup besar dengan puting berwarna pink. Kulitnya luar biasa mulus.<br />
<br />
”Ehm….ehm…!!”,Ira berdehem menyindir perlakuanku.<br />
<br />
”Apaaaa? Kenapaaa??”,jawabku sambil nyengir.<br />
<br />
Kuraba kedua payudaranya dengan tiba-tiba. Tubuhnya mengejang sekali, kaget kali yaa?<br />
Langsung saja kuremas kedua payudaranya dengan lembut dan kupagut bibirnya.<br />
<br />
”Nnnggggghh……mmmhh…!”,desahnya diantara ciuman kami.<br />
<br />
Kupilin kedua putingnya. Kumainkan jari-jariku di kedua payudaranya.<br />
<br />
”Nngg….aaaaahh….aaaahh…!”,Ira melepaskan bibirku dan lebih berkonsentrasi mendesah. <br />
<br />
Aku tidak keberatan, biar dia merasakan rasanya jadi cewek.<br />
Punggungku mulai kesemutan, maka kurebahkan Ira di sofa, namun dia menolak.<br />
<br />
”Jangan….jangan…aku nggak mau…!”,ujarnya dengan nafas yang mulai memburu.<br />
<br />
Aku memandangnya dengan bingung. Ira mengelus pipiku, matanya sayu khas cewek terangsang.<br />
<br />
”Maksudku….jangan…disini…pindah ke kamarku aja yuk”,katanya sambil tersenyum.<br />
<br />
Waduh….bisa berabeh ni kalo di kamar, ntar kebablasan bisa repot! Tapi, instingku mengabaikan logika. Hehehehe….segera saja kuangkat tubuhnya dan kugendong, kalau sudah seperti ini, tangan patah pun tetap akan kugendong, hehehehe.<br />
<br />
”Yang mana nih?”, aku tersenyum<br />
<br />
”Itu”, jawabnya singkat sambil menunjuk sebuah pintu.<br />
<br />
Tanpa buang waktu, kubuka pintu kamarnya, kubaringkan Ira di kasur dan cepat-cepat kututup pintu dari dalam. Langsung saja kulanjutkan permainan yang tadi sempat berhenti. Aku berbaring di sebelah kanannya dan mulai menciumi lehernya.<br />
<br />
”Uuuh….uuuhh….”, Ira mendesah sambil mengrenyitkan alisnya.<br />
<br />
Tanganku perlahan-lahan masuk ke dalam roknya. Kususuri dari perut dengan penuh penghayatan. Ketika akhirnya tanganku meraba celana dalamnya, aku menahan nafas.<br />
Kuselipkan tanganku masuk celana dalamnya. Ternyata Ira sudah mencukur habis rambut kemaluannya. Segera saja ku gesek-gesekkan jari tengahku ke vaginanya.<br />
<br />
”Hmmmff…..uuuaaaaaaahh…..aaaahh…aaaahh…!”,naf asnya tersengal-sengal dan desahannya berirama sesuai dengan gesekan jariku.<br />
<br />
Ira mencengkeram tanganku dengan kuat, hingga buku-buku jarinya memutih.<br />
Ekspresinya begitu merangsang, penisku yang sedari tadi sudah tegang menjadi sangat tegang sampai-sampai celana dalamku terasa bagai belenggu, menyiksa ‘adik’ku.<br />
<br />
”Gimana rasanya Ra? Enak?”,tanyaku<br />
<br />
”Aaaahh…..e…uuuhhh…enaaakk….enaaaakk…..aaaahh…!!”, jawabnya setengah menjerit.<br />
<br />
Melihatnya sangat mudah terangsang, aku berinisiatif mengulum putingnya. Kuremas buah dadanya dan kujilat-jilat.<br />
<br />
”Ngggghh…..aaaaahh….aaaahh….iiyaaa….eee…eeenaaakk… .tee..teruusss..”<br />
Ira mulai meracau, sepertinya dia sudah amat terangsang.<br />
<br />
Kumainkan lidahku di putingnya dengan liar. Ira semakin kelojotan.<br />
<br />
”Aaahh…aaa..ada yang…aaauuhh….mau….uuhh…keluaaaarrrhh!” ,katanya dengan nafas yang tidak beraturan.<br />
<br />
”Eh? Oh…keluarin aja nggak apa-apa!”,jawabku sambil terus menjilati putingnya.<br />
<br />
Sesaat kemudian tubuhnya bergetar hebat dan menegang. Ira mencengkeram tangan kananku kuat sekali, hingga kuku-kukunya menancap dan melukai tanganku. Luka-luka itu berdarah, tapi hal itu tak kupikirkan. Aku menikmati saat-saat Ira orgasme sambil tersenyum.<br />
<br />
”A..apa yang barusan itu?”,tanyanya dengan nafas tersengal-sengal.<br />
<br />
”Loh? Kamu belom tau?”,aku balik bertanya.<br />
<br />
”Nggak…nggak tau…emang apaan?”,ujarnya lemas, kehabisan tenaga.<br />
<br />
”Itu yang namanya orgasme…masa sih kamu gak tau?”,tanyaku heran.<br />
<br />
”Ooh…sori..aku ga tau masalah begituan…tapi..rasanya enak banget…gak bisa dijelasin pake kata-kata”,Ira tersenyum.<br />
<br />
Aku heran dan berpikir, “Berarti dia polos banget sampe gak tau yang namanya orgasme. Lagian, gampang banget dirangsang…coba ah yang lebih.”<br />
<br />
Aku meringis saat tanganku yang luka bergesekkan dengan seragam yang kukenakan. Ada sepuluh bekas kuku, semuanya meneteskan darah segar. Aku berdiri dan mengambil sekotak tissue di meja belajar Ira dan mulai mengelap darah yang bercucuran.<br />
<br />
”Itu…maaf…sakit ya?” , tanyanya dengan wajah bersalah ketika melihat tanganku berdarah.<br />
<br />
”Nggak…nggak apa-apa kok…hehehe…santai aja!”, jawabku sambil tertawa.<br />
<br />
”Aku jadi nggak enak…kamu abis kecelakaan malah jadi tambah luka gara-gara aku”, desah Ira.<br />
<br />
”Udah…gak apa-apa…sekarang kamu diem yaa?” aku berjalan ke arahnya.<br />
<br />
Aku duduk disampingnya, tanganku menyelinap ke dalam roknya dan melepas celana dalamnya yang sudah basah. Ira tidak dapat berbuat apa-apa, kelihatannya dia masih sangat lemas karena orgasme barusan.<br />
<br />
”Kamu mau ngapain Rif?” tanya Ira, kelihatannya dia khawatir.<br />
<br />
Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya. Saat sudah kulepas, celana dalamnya kulempar entah kemana, maklum, nafsu udah di puncrit, kaga bisa nahan.<br />
Kusingkap roknya hingga dekat pangkal paha, memperlihatkan pahanya yang suangat mulus, liurku menetes melihatnya. Ku elus-elus pahanya.<br />
<br />
”Aaaawwwhhh……”, Ira kembali mendesah karena perlakuanku.<br />
<br />
Kudekatkan wajahku kearah vaginanya. Vagina yang begitu bersih, berwarna pink, tanpa ada bulu sedikitpun dan aromanya enak. Wangi parfum yang biasa dipakai Ira samar-samar tercium, “Apa dia nyemprotin parfum ke sini juga ya? Ah bodo amat!”<br />
<br />
Ketika hambusan nafasku mengenai daerah sensitifnya, dia berkata;<br />
<br />
”Rif, mau ngapain kamu? Ntar…ntar dulu…aku belum siap kalo sampai kayak gini…stop…stoopp…aaaaahhhhh!!!”, Ira menjerit ketika kubenamkan lidahku kedalam vaginanya.<br />
<br />
Segera saja vaginanya kulumat, kujilat dengan liar, kucium dan kugigit-gigit kecil.<br />
Benar saja, kakinya mengejang setiap kali kugigit klitorisnya.<br />
<br />
”Aaaaaaaaaaaaahhhh…..aaaaahhhhh….uuuuhhh….sssshh…s sshhh…..!!”, desahannya semakin menggila, membuat ‘adik’ku ingin cepat memproklamasikan kemerdekaan dari belenggu penjajahan celana dalam. <br />
<br />
Rasa nyeri menyerang ‘adik’ku ketika celana dalam ini rasanya sudah kelewatan menyiksa, tapi tetap kutahan. Di luar dugaan, Ira mulai menangis, air matanya mulai mengalir disela-sela desahan penuh kenikmatannya. Aku jadi bingung, kuhentikan jilatanku.<br />
<br />
”Ra, kamu kenapa nangis?”,tanyaku berdebar-debar.<br />
<br />
”Aku…udah capek Rif…aku udah nggak kuat kalo kamu terus-terusan ngeginiin aku…”, katanya dengan polos sambil terisak-isak.<br />
<br />
Aku diam saja.<br />
<br />
”Bukannya aku nggak mau, tapi aku udah capek banget…dari tadi, badanku rasanya lemes…tangan sama kakiku udah mati rasa. Aku udah gak kuat.”, jelasnya.<br />
<br />
Demi mendengar pengakuannya, ‘my little brother’ yang sudah berkibar dengan gagahnya seperti kehilangan tenaga, sontak ‘adik’ku lemas lagi, bak nasionalis dibedil kompeni. Aku merasa bersalah.<br />
<br />
Tanpa berkata apa-apa, aku berjalan ke lemari pakaian Ira, mengambil satu celana dalam dan memakaikannya pada Ira. Kubereskan sprei yang acak-acakan akibat pertempuran tadi, kurapikan bra-nya yang lepas dan kukancingkan seragamnya. Kuangakat Ira dan kurebahkan kepalanya di bantal kemudian kuselimuti dengan selimut tebal. Ira menatapku dengan pandangan heran.<br />
<br />
”Rif? Kamu marah ya? Please, ngertiin aku…aku capek banget…gak kuat”, ucapnya memelas. Namun aku masih juga tidak berkata apapun.<br />
<br />
”Ra, aku….sebenernya udah dari dulu mendam perasaan ke kamu. Aku…aku…sayang sama kamu…”, ucapku, aku tidak menyangka bakal mengutarakan perasaanku di saat seperti ini.<br />
<br />
Dia tertegun mendengar pernyataanku.<br />
<br />
”Mmm…Rif…aku…”, sepertinya Ira mau mengatakan sesuatu, tapi buru-buru kucium bibirnya dan aku berlari keluar kamar. <br />
<br />
Aku berjalan ke ruang tamu, memakai ranselku dan mengambil helm. Saat aku keluar halaman rumah Ira, kulihat motorku yang ringsek seperti gelandangan digebuki Satpol PP. Aku nyengir; “Hahahaha…shiit…aku pulang pake apaan nih?”, kataku pada diri sendiri. Akhirnya aku pulang jalan kaki sekitar 4,5 km ditemani hujan yang sangat lebat.<br />
<br />
Sesesampainya dirumah, ada secarik kertas ditempel di pintu yang bertuliskan :<br />
<br />
”Mama dan Papa pergi seminar di luar kota, kira-kira satu minggu. Urus diri sendiri ya? Kalau ada apa-apa, telpon Mama atau Papa.”<br />
<br />
“Gila…aku idup pake apaan nih 1 minggu? Makan kerikil?”, umpatku. <br />
<br />
Malamnya badanku terasa tidak enak. Benar saja, esok paginya aku demam tinggi, maka kuputuskan untuk tidak masuk sekolah. Siang harinya aku bangun kemudian mandi, tak lama setelah itu, ada orang menggedor-gedor pintu rumah dengan kasar.</div>
<div class="MsoNormal">
Dengan sempoyongan aku membukakan pintu, dihadapanku berdiri sesosok makhluk dengan ukuran tidak manusiawi, tinggi besar dan hitam. Tetapi setelah kuperhatikan, ternyata dia adalah Setyo.<br />
<br />
”Kok gak masuk tadi coy?”, tanya Setyo ceria.<br />
<br />
”Loh? Tau darimana? Perasaan kita beda SMA deh…”, aku kebingungan.<br />
<br />
”Itu, Rangga tadi SMS, dia mau jenguk bareng Tama, tapi ada tugas mendadak, jadi nggak jadi.”, ujarnya sambil meringis-meringis. <br />
<br />
“Ni orang otaknya kenapa sih?”, tanyaku dalam hati.<br />
<br />
”Oh, yaudah masuk dulu…aku demam coy…kepalaku sakit banget…”, kataku sambil mempersilahkan Setyo masuk.<br />
<br />
”Nggak ah, makasih, aku mau langsungan..hehehe”, jawab Setyo cengar-cengir.<br />
<br />
”Ini orang kenapa sih? Aku bener-bener nggak ngerti”, pikirku.<br />
<br />
“Aku pulang dulu ya Rif, cepet sembuh coy!” kata Setyo sambil berjalan keluar gerbang<br />
<br />
”Iyaa…makasih ya Dan!”, sahutku ceria.<br />
<br />
Ketika Setyo telah pergi, ternyata tepat di belakang tempat Setyo berdiri tadi ada sesosok makhluk lain yang memperhatikanku, dia mengenakan pakaian putih dan menyeringai. Rasa dingin merayapiku.<br />
<br />
”Woi! Kaya liat setan aja! Kenapa sih?”, tanya Ira membuyarkan lamunan horrorku.<br />
<br />
”Eh? Loh?”, tanyaku kebingungan.<br />
<br />
“Emang mukaku kaya setan yaa?”, tanyanya lagi dengan bibir manyun.<br />
<br />
”Ah, bukan..bukan…tadi aku halusinasi…maaf.”, jawabku.<br />
<br />
“Jadiiii…..?” ,tanya Ira, dia tersenyum.<br />
<br />
”Jadi apaan?” ,aku semakin kebingungan.<br />
<br />
”Aku gak disuruh masuk atau gimana gitu?” ,sindirnya sambil tertawa.<br />
<br />
”Oh iya….maaf…ayo masuk…maaf berantakan…” ,aku mempersilahkannya masuk.<br />
<br />
Begitu aku membalikkan badan setelah mengunci pintu, Ira tidak ada di ruang tamu. Aku kebingungan…apakah yang kulihat tadi hantu? Perasaanku jadi tidak enak, maka kuputuskan untuk tidur lagi. Mungkin aku terlalu lelah. Ketika aku masuk kamar, tiba-tiba pintu kamarku tertutup sendiri. Aku mematung ketakutan. Pelan-pelan aku menoleh ke belakang dan melihat Ira sedang nyengir melihat reaksiku dengan gayanya yang khas, kedua tangannya dimasukkan saku jaketnya yang berwarna putih.<br />
<br />
”Eh kunyuk, udah tau aku lagi sakit, masih aja jail.” ,aku duduk di tepian tempat tidur sambil menghela nafas.<br />
<br />
”Iya maaf…hehehe…gimana sakitnya?” ,Ira duduk disebelahku.<br />
<br />
”Udah ada kamu, jadi aku udah gak apa-apa.” ,aku menatap matanya sambil tersenyum.<br />
<br />
Ira tampak terkejut mendengar jawabanku. Sejenak kami saling berpandangan. Perasaan hangat membuncah dari dalam hatiku…aku cinta mati kepada cewek di hadapanku ini.<br />
Matanya yang paling kusuka, mata yang teduh itu, mata yang memancarkan ketenangan dan kedewasaan yang begitu dalam.<br />
<br />
”Ah iya. Aku bawa makanan nih. Tadi aku beli di kantin.” ,katanya mengalihkan pembicaraan.<br />
<br />
”Aku kan udah bilang. Kamu ada disini aja udah cukup.” ,kataku sambil memeluknya dari belakang, kulingkarkan tanganku di pinggangnya, berharap Ira bisa merasakan kehangatan yang mengalir dari hatiku.<br />
<br />
Dia terdiam sesaat, sepertinya ia merasa canggung. Tetapi tidak mengubah posisinya dan melanjutkan menawari aku berbagai macam makanan.<br />
<br />
”Aku juga bawa buah loh. Mau nggak? Ada macem-macem, ada apel, jeruk, pear. Mau yang mana?” ,tanyanya dengan terburu-buru. Ira mengeluarkan sebuah apel dari dalam tasnya.<br />
<br />
“Kamu sekolah apa kondangan sih?” aku mengejeknya<br />
<br />
“Hehehhe…sekolah, tapi buku pelajaran udah aku taruh dirumah tadi” Ira tertawa<br />
<br />
Aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Menikmati tiap detik yang kulalui, aku merasa tenang mencium wangi tubuhnya. Aku…ingin begini selamanya…<br />
<br />
”Aku mau dong buahnya.” ,jawabku.<br />
<br />
”Oh? Mau yang mana?” ,tangannya masih menggenggam sebuah apel.<br />
<br />
”Aku maauuu….” ,rengekku dengan manja.<br />
<br />
”Iyaaa….mau yang mana ? Apel? Jeruk? Pear?” ,jawabnya sambil tersenyum.<br />
<br />
”Gaak….aku gamau semuanya….” ,bantahku.<br />
<br />
”Loh? Katanya mau buah? Yang mana nih?” ,Ira tampak kebingungan.<br />
<br />
”Aku mau buah yang ini…” ,tanganku dengan sigap melepas kancing seragam dan menyelinap ke balik bh yang dipakainya. Kuremas-remas buah dadanya dengan lembut.<br />
<br />
”Aaaaaahh…..Rif jangan…!!” ,desah Ira, apel yang ada ditangannya jatuh ke lantai.<br />
Langsung saja kulumat bibirnya. <br />
<br />
”Mmmmmhh…..mmmhh….!” ,Ira berusaha mendesah, tetapi terhalang oleh bibirku.<br />
<br />
Tangan kiriku menyusuri buah dadanya, kemudian turun ke perut, masuk ke rok lalu kuselipkan kedalam celana dalamnya. “Belum basah.” ,pikirku. Kutarik tangan kiriku dan kujilat jari tengahku, kemudian kuselipkan lagi masuk celana dalamnya. Langsung saja kugesek-gesekkan jariku ke vaginanya.<br />
<br />
”Iyaaaaaaaahh….aaaaaaahhh….aaaaahhhhh….aawwh…mmmhh …!!” ,Ira mendorong bibirku menjauh agar bisa mendesah, nafasnya sudah tidak beraturan.<br />
<br />
Mulutku kini bebas. Langsung saja kupakai untuk menciumi leher jenjangnya yang menggairahkan. Beberapa menit aku mengerjai Ira dengan menambah intens gesekan dan remasan di tubuhnya tiap menit yang berlalu. Kamarku kini dipenuhi suara desahan dan lenguhan nikmat Ira.<br />
<br />
”Aaakuu….aaaahhnn….aaaahh….nggghh….maauu….aaahh…aa ahh….keluaaarr….uaaaaahh….!” ,pekiknya tertahan.<br />
<br />
Pahanya mengapit erat tangan kiriku, sementara kedua tangannya mencengkeram tangan kiriku juga. Kini kuku-kuku kedua tangannya kembali menancap di tanganku, kali ini tangan kiri. Tubuhnya mengejang hebat, sesaat kemudian Ira jatuh terduduk di lantai kamarku. Nafasnya tersengal-sengal, karpet lantai kamarku basah oleh cairan orgasmenya.<br />
<br />
”Ihiiy…ciyee…ciyeee…yang habis orgasme…hahaha” ,candaku.<br />
<br />
”Berisik! Diem lah kamu…! Haahaha” ,jawab Ira, bibirnya bergetar hebat.<br />
<br />
”Iya..iya…nambah juga nih koleksi tattoo di tanganku. Kemarin yang kanan, sekarang yang kiri…hahaha…” ,sindirku<br />
<br />
“Ma…maaf…aku nggak sengaja…sungguh…”<br />
<br />
”Iya, nggak apa-apa kok…” ,jawabku singkat<br />
<br />
Kubantu dia berdiri, sesaat kami berpelukan, kutatap matanya…mata yang indah yang selalu kudambakan…kemudian kucium bibirnya dengan lembut…<br />
Kulepas sepatunya yang dari tadi masih dipakainya dan kutidurkan dikasur. Aku berbaring di sampingnya. Setelah nafasnya teratur, tiba-tiba dia berdiri dan melepas rok beserta celana dalamnya. <br />
<br />
”Eh…eeh…mau ngapain kamu? Mabok yah?” ,tanyaku terkejut sekaligus heran.<br />
<br />
”Hehehehe…” ,Ira hanya terkekeh. <br />
<br />
Sekarang dia hanya mengenakan seragam yang sudah kusut dan kancingnya terbuka setengah, tanpa rok maupun celana dalam. Sontak ‘adik’ku menegang dengan hebatnya, jadi keras kayak mayat siap dikubur.<br />
Dengan cepat, Ira menidurkanku, sekarang posisi kami 69, favoritku. Hehehehe…<br />
Vaginanya tepat berada didepan wajahku.<br />
<br />
”Ih…wooww…” ,gumamku takjub.<br />
<br />
”Kenapa?” ,tanya Ira<br />
<br />
”Unyuuuuuu…..hahaha” ,langsung saja kugesek-gesek vaginanya dengan jari.<br />
<br />
”Aaaaahh….na…nakal…!” ,desahnya dengan manja<br />
<br />
Ira mengelus-elus penisku dari luar celana yang kukenakan. Geli gimana gitu. Jadi tambah tegang.<br />
<br />
”Eh, Ra, kamu serius nih? Udah pernah kaya ginian belum?” ,tanyaku tidak yakin<br />
<br />
”He eh…santai aja. Belom…ini yang pertama. Hehehe” ,dia membuka celanaku<br />
<br />
”Apa gapapa nih? Yakin kamu?” ,aku masih belum yakin.<br />
<br />
”Iiih…gak percaya amat. Coba aku praktekin kayak tadi malem waktu aku liat bo…….kep?” ,kata-katanya sempat terhenti ketika celana dalamku sudah terlepas dan ‘adik’ku dengan gagah berdiri, dengan bentuk evolusi akhir.<br />
<br />
Aku pun agak kaget; “Woi! Itu kamu ‘dik’? Kamu kenapa hah bisa sampe kaya gitu?” ,tanyaku kepada sang ‘adik’ dalam hati.<br />
<br />
“Hehehe…jadi malu…” ,aku tersenyum<br />
<br />
”Wow…ternyata gini toh…anunya cowok…” ,tatapnya penasaran sambil memegang batang penisku. Rasanya aneh, tapi enak.<br />
<br />
”Eh, apa tadi malem kamu nonton bokep?” ,tanyaku<br />
<br />
”Iya…yaa walopun aku sempat muntah ngeliatnya…baru pertama aku liat bokep..” ,jawab Ira tersipu. <br />
<br />
Tanpa ba bi bu, Ira langsung memasukkan penisku ke mulutnya dengan agak canggung. Dia jilati dari ujung ke pangkal. Rasa dingin sekaligus hangat menyelimuti penisku. Tiap gesekan dengan lidahnya membawa sensasi nikmat, membuatku merinding.<br />
<br />
”Oooohh…..” ,aku mengerang, seluruh tubuhku gemetar karena nikmat<br />
<br />
”Coba aku praktekin kayak yang di bokep ya?”<br />
<br />
Dia memaju-mundurkan kepalanya, penisku keluar masuk mulutnya dengan bebas.<br />
Ketika aku menyentakkan pinggulku, penisku masuk terlalu dalam ke tenggorokannya. <br />
<br />
”Hmph…” , Ira memejamkan matanya rapat-rapat saat penisku masuk sampai tenggorokannya<br />
<br />
”Uups…sori…gimana rasanya?” ,kataku.<br />
<br />
“Mmm…ga terlalu buruk kok…tapi aneh sih…” ia melepaskan penisku dari mulutnya supaya bisa berbicara.<br />
<br />
Ku belai-belai dan kubuka sedikit bibir vaginanya. Dari sini, aku bisa melihat jelas klitorisnya yang waktu itu belum sempat dieksploitasi besar-besaran oleh lidahku. Kuhisap klitorisnya, kugigit kecil dan kubelit dengan lidahku. Responnya diluar dugaan.<br />
<br />
”Mmmmmmuaaaahhh…..aaaaarrrghhh….!! Disitu…aaaaagghh….aaaahh…aaahhh…” ,teriak Ira. Dia melepaskan penisku dari mulutnya, ia menjerit dan kepalanya mendongak keatas.<br />
<br />
Kemudian kepalanya terkulai lemas disamping penisku yang masih dengan angkuh berdiri. Sesekali dia menjilat batang penisku dengan lemah. Wajahnya sayu, kelelahan. Melihatnya dalam kondisi seperti ini, nafsuku semakin meledak. Serangan lidahku semakin gencar di klitorisnya.<br />
<br />
”Ngggghhh…..aaahhh…aaaahhh….uuuuhhh…..mmmhhh…..ter us Riff…terusin…ooohh….iyaaaahh…” ,matanya terpejam dan nafasnya pendek-pendek.<br />
<br />
Beberapa detik kemudian, Ira menekan vaginanya ke mulutku dengan kuat, aku megap-megap. Tubuhnya bergetar hebat. <br />
<br />
”Riiiiiiiiifff……aku….keluaaaaaaaaaaarrr….!!” ,jeritnya. <br />
<br />
Dia mengalami orgasme yang kedua kalinya. Cairan orgasmenya membasahi mulutku. Euh…baunya aku tidak tahan. Segera setelah itu, dia terkulai lemas diatas tubuhku.<br />
<br />
”Makasiih Ra…mulutku basah semua!” ,ujarku kepadanya dengan nada sinis.<br />
”Mmmmhh…?” ,matanya terpejam dan kelihatan sangat lemas<br />
Aku duduk dan mengangkat pinggulnya dari belakang. Dari posisi ini, aku dapat melihat punggungnya yang basah oleh keringat dan wajahnya yang kelelahan.<br />
“Sekarang, gantian yaa” ,ucapku santai. Dari belakang, kulucuti semua pakaiannya hingga dia telanjang bulat.<br />
“Jangan…Rif…aku masih virgin…” ujarnya lirih, nafasnya berat dan pendek</div>
<div class="MsoNormal">
Ira masih tersengal-sengal ketika kutempelkan penisku di vaginanya. Aku tahu kalau dia tidak akan melawan, pasti sudah kelelahan akibat dua kali orgasme. Dengan bantuan tangan, kujejalkan penisku yang sudah basah masuk ke dalam vaginanya. <br />
<br />
Separuh kepala penisku ditelan vaginanya.<br />
<br />
“Aaaargh! S-sakit Rif! Sakiit!! Cabut! Jangan diterusin! Aaaarrggghh!!” ,Ira berteriak keras sekali. Matanya terbelalak, tangannya menggapai-gapai meraih penisku, mencoba mencabutnya.<br />
<br />
Dengan kedua tanganku yang masih bebas, kutekan bagian sikunya sehingga dia tidak dapat menjangkau penisku. Dengan satu hentakan keras, kujejalkan penisku seluruhnya. Kini seluruh penisku telah masuk. Darah segar mengalir pelan dari bibir vaginanya.<br />
<br />
”Aaaaaaaahhhh!!” ,Ira berteriak pilu dan mulai menangis.<br />
<br />
Rasanya enak sekali, walaupun sempit, tapi vaginanya hangat dan meremas-remas penisku. Uuuh….nikmatnya. Pelan-pelan kupompa penisku keluar masuk vaginanya.<br />
Kugenjot Ira beberapa menit sampai kemudian kudengar desahan disela isak tangisnya.<br />
<br />
”Lama-lama enak kan?” ,tanyaku sambil tersenyum<br />
<br />
”Sakit…” ,air matanya mengalir<br />
<br />
Beberapa saat kemudian, ketika sudah mulai terbiasa, Ira sudah tidak lagi menangis namun mendesah tidak karuan. Aku tersenyum. Kupompa lagi vaginanya dengan kekuatan penuh.<br />
<br />
”Auh…uuh…teruss Rif…cepetin…aaahh…iyaa…disitu…mmhh…teruss..” ,Ira meracau.<br />
<br />
Kubalikkan badannya sehingga kini dia telentang dihadapanku. Kugenjot vaginanya dari depan.<br />
<br />
”Uuuhh…..enak Ra…aahh…aahh…” ,aku sudah tidak mampu menahan desahan.<br />
<br />
”Iyaa…aaahhh…aku juga….uuuhh…enaakk….teruss Riiiff…ooohhh…” ,sahutnya.<br />
<br />
Aku tidak merubah posisiku. Aku dan Ira terus bermain pada posisi ini sampai kira-kira 20 menit, hingga mendekati klimaks.<br />
<br />
”Kkamu…selesai dapet kapan Ra…?” ,tanyaku sambil menahan nafas<br />
<br />
”Tiga…aaaahh…hari yang lalu…aahh…ngghhh…” ,lenguhnya<br />
<br />
”Hmff…aku…hampir…sampai….aaahh…ahhh….” ,ujarku<br />
<br />
”Aku….uuh…juga…aaahh…”<br />
<br />
Penisku berdenyut-denyut. <br />
<br />
”Kita…keluar…bareng yaa…” ,kataku<br />
<br />
Beberapa detik kemudian, aku rebah dan memeluk tubuhnya dengan erat<br />
<br />
”Akuu…..keluaarr…incoming……!!” ,aku mengerang<br />
<br />
”Aaaaaaaaahhhhhh…..!” ,jawab Ira dengan jeritan<br />
<br />
”Aaaaaarrrrrgggghhhh!!!” ,kami berdua mengerang pada saat yang bersamaan<br />
<br />
Croott…crooottt…crooott…spermaku mengalir dengan deras didalam vaginanya. <br />
Pada saat bersamaan, Ira juga mengalami orgasme. Vaginanya meremas penisku dengan kuat, tubuhnya mengejang dan melengkung. <br />
<br />
Kami berdua memejamkan mata dengan rapat dan saling berpelukan, menikmati tiap detik sensasi yang kami rasakan. Rasa hangat mengalir keseluruh tubuhku. Tubuhku dan Ira sama-sama bersimbah keringat. Aku melepas pelukan dan membaringkan diri disampingnya<br />
<br />
Aku menoleh, kutatap wajahnya yang dipenuhi berbagai macam ekspresi, antara lelah, senang, puas, sedih, dan takut. Semua bercampur jadi satu. <br />
<br />
“Kamu udah ngambil virginitasku Rif…jangan tinggalin aku…” Ira berkata sambil menahan tangis<br />
<br />
”No matter what happen, even when the sky is falling down, I promise you that I will never let you go. Aku sayang banget sama kamu Ra…makasih ya..” ,ucapku sambil tersenyum, lalu kukecup keningnya.<br />
<br />
Ira hanya tersenyum sedih dan menyandarkan kepalanya di dadaku kemudian terlelap. Kupeluk dia dengan penuh kasih sayang. Kutarik selimut hingga sebatas dadaku dan aku pun tidur.<br />
<br />
Malam itu, Ira menelpon rumahnya untuk memberitahu bahwa dia sedang menginap dirumah teman ceweknya, padahal dia sedang tiduran denganku di kamar. Ini malam minggu, jadi aku tidak perlu khawatir.<br />
<br />
Minggu pagi…<br />
<br />
Aku merasa silau karena sinar matahari pagi tepat mengenai mataku. Aku bangun dengan malas. Ketika kulihat kesamping, Ira masih terlelap tanpa pakaian. Spontan ‘adik’ku kaget setengah mati dan melonjak tegang.<br />
<br />
”Auh!” ,aku agak berteriak karena merasa ‘adik’ku senut-senut.<br />
<br />
”Mmmh…udah pagi ya?” ,Ira terbangun mendengar suaraku.<br />
<br />
Sejenak dia mengerjap-ngerjapkan matanya. Kemudian ketika matanya sudah terbiasa, dia terbelalak mendapati dirinya tidak memakai pakaian apapun dan melihatku berbaring disampingnya tanpa mengenakan pakaian.<br />
<br />
”Halo Ra! Paa--” <br />
<br />
PLAKK!!!! <br />
Satu tamparan sukses mendarat di pipi kananku. Dia buru-buru menutupi tubuhnya dengan selimut.<br />
<br />
”Apa-apaan sih?! Pagi-pagi aku udah dianiaya!” ,kataku sebal sambil mengusap-usap bekas tamparannya dipipiku.<br />
<br />
Ira tampak bingung. Kemudian setelah melihat sekelilingnya, dia baru sadar.<br />
<br />
”Aduh! Maaf Rif! Aku nggak inget kalo semalem aku tidur sama kamu..!” ,ujarnya panik<br />
<br />
”Grrrr…!!” ,aku menggeram marah<br />
<br />
Ira tampak ketakutan melihat reaksiku. Tangannya agak gemetar.<br />
Segera saja kuterjang dia, aku melompat dan mendarat diatas tubuhnya, kedua tangannya kutahan.<br />
<br />
“Kamu ini!” ,geramku, kemudian kucium lehernya dengan lembut.<br />
<br />
”Aaahh…maaf Rif…aku…mmmhh….nggak sengaja…hhh…” ,desahnya.<br />
<br />
Kugesek-gesekkan penisku di selangkangannya sementara lehernya masih kucium.<br />
Ketika tanganku sudah mulai turun ke buah dadanya, HP ku berbunyi dengan nyaring.<br />
Spontan kuhentikan aktivitas dan kuraih HP ku. Sepintas kulihat raut wajah Ira yang sebal karena merasa terganggu, kemudian ia menarik selimut hingga ke atas kepala..<br />
<br />
Cih! Ganggu aja ni orang... <br />
Ada panggilan masuk. Kulihat nama yang tertera di layar HP ku : Rangga.<br />
<br />
”Yo Ngga! Kenapa?”<br />
<br />
”Dasar! Dari tadi malem aku telpon kamu tapi nggak diangkat!”<br />
<br />
“Sori…sori men…kagak denger…! Ada apa?”<br />
<br />
”Mau tanya keadaanmu gimana. Katanya sakit, kok ceria gitu?”<br />
<br />
”Ah…udah sembuh…makasih…”<br />
<br />
”Eh, kita-kita mau pada main nih ikut nggak?”<br />
<br />
”Motorku ancur Ngga…mau naik apa?”<br />
<br />
”Udaah…kumpul dirumahnya Tama, jam 12 yaa. Bawa baju ganti buat 3 hari.”<br />
<br />
“Eeh, tunggu Ngga!”<br />
<br />
Belum sempat aku menyelesaikan kata-kata, panggilan sudah diputus oleh Rangga.<br />
Aku mematikan HP dan berjalan ke arah Ira yang meringkuk dibalik selimut.<br />
Aku masuk ke balik selimut, tanganku meraba-raba.<br />
<br />
”Iraaaa…..” ,kataku ketika tanganku sudah menemukan apa yang kucari.<br />
<br />
”Kenapa? Aaaww…masih pagi udah ngremes-remes susu…geli tau!” ,jawab Ira sambil menyingkap selimut dan mencoba menyingkirkan tanganku dari buah dadanya.<br />
Ira tersenyum, senyum yang manis sekali dan aku merasa nge-fly mengetahui bahwa senyum itu ditujukan padaku.<br />
<br />
”Biar deh…hehehe…peluk dong!” ,ucapku dengan manja<br />
<br />
”Iih..manja amat sih…” ,ejeknya, tetapi dia tertawa lalu memelukku.<br />
<br />
Kami berdua berpelukan dengan mesra. Aku meletakkan kepalaku di dadanya. Terasa kenyal dan hangat. Aku merasa sangat nyaman, kunikmati setiap jengkal kulitnya yang mulus di tubuhku.<br />
<br />
”Ssstt…liat sini deh..” ,panggilku<br />
<br />
”Hmm?” ,ia menunduk menatap wajahku<br />
<br />
Segera saja kucium bibirnya dengan lembut. Bibir kami bertautan cukup lama. Aku melepaskan bibirku dan kutatap matanya. Mata yang tidak berubah, mata yang selalu membuatku terpesona. Ira membuatku benar-benar jatuh cinta padanya. Kami berpelukan lagi. <br />
<br />
Setelah membersihkan diri, aku mengantar Ira pulang naik motorku yang satunya.<br />
Kemudian aku langsung menuju ke rumah Tama. Entah kenapa Rangga menelepon tidak jelas seperti itu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Di rumah Tama…<br />
<br />
”Hoi! Sori telat!” ,kataku kepada teman-teman se geng ku. Mereka sedang duduk diteras.<br />
<br />
Aku membuka pagar dan masuk ke halaman rumah Tama<br />
<br />
”Aaah ga asik ah! Pacaran mulu!” ,ejek Setyo<br />
<br />
”Pacaran your head! Punya juga belom” ,bantahku sambil tertawa<br />
<br />
”Udah udah…gini loh, mobil ayahku nganggur nih. Besok kita libur 1 minggu. Mau main kemana?” ,jelas Tama<br />
<br />
”Kepantai yuuk!” ,usul Rangga dengan senyum lebar<br />
<br />
”Pantai? Bosen cuy…yang lain coba…” ,tolak Setyo<br />
<br />
“Gimana kalo kita ke gunung gitu?” usulku<br />
<br />
”Yaaa! Boleh! Tapi mau kemana?” jawab Tama semangat<br />
<br />
”Ada tempat yang bagus sii…telaga di dataran tinggi, ada camping groundnya juga.” ucapku sambil menyebutkan nama suatu daerah<br />
<br />
“Hmm….bagus juga…kapan nih kita berangkat?” tanya Tama lagi<br />
<br />
”Mobilmu kosong mulai kapan? Siapa yang mau nyetir?” interupsi Setyo<br />
<br />
”Sore ini udah kosong. Nyetir? Rangga aja gimana?” jawab Tama<br />
<br />
”Okeh!” Rangga menyahut<br />
<br />
”Bawa anak-anak cewek ga nih?” tanyaku penuh harap<br />
<br />
Semuanya hanya memandangku dengan menyunggingkan senyum mesum. Aku sudah tahu jawaban mereka.<br />
<br />
Maka esok paginya kami dengan pasangan masing-masing kumpul dirumah Tama. Seakan-akan surga mengijinkan, orang tua Tama pergi keluar kota bersama teman-teman kantor mereka, jadi tidak akan ada yang menanyai kami kenapa membawa cewek-cewek. <br />
<br />
Aku dengan Ira, Rangga dengan Angel, Setyo dengan Dian, dan Tama dengan Luna.<br />
Sayangnya mobil penuh, sehingga Ade dan Feby memutuskan untuk tidak ikut.<br />
<br />
”Heh! Katanya bawa cewek sendiri. Kok malah ngajak Ira sih?” semprot Rangga ketika aku dan Ira datang.<br />
<br />
”Hayoo…kalian jadian kapan hah?” goda Setyo sambil meraih tangan Dian<br />
<br />
Aku dan Ira hanya tersenyum. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.<br />
<br />
”Uuuuff….panas ya? Ohya, anak cewek yang lain pada dimana?” tanya Ira sambil mengibaskan tangan karena kepanasan<br />
<br />
”Noh di dalem…lagi pada ngadem” sahut Tama tanpa memalingkan wajah. Ia sibuk mengecek mesin mobil bersama Rangga<br />
<br />
”Aku ganti baju dulu yah Rif? Panas nih…” tanya Ira kepadaku. Aku hanya mengangguk.<br />
<br />
Ira mengambil tas yang ada di motorku kemudian berlari kecil masuk ke rumah Tama.<br />
Tak lama kemudian terdengar anak-anak cewek pada cekikikan. Tak tau apa yang mereka bicarakan.<br />
<br />
Beberapa lama kemudian…<br />
<br />
”Oii…mobil dah siap nih...girls, ayo berangkat!” Rangga berteriak dengan semangat.<br />
<br />
”Tam, aku titip motor ya? Kumasukin garasi ya?” seruku kepada Tama diiringi anggukan kepalanya.<br />
<br />
Setelah aku keluar garasi, kulihat semua anak-anak sudah naik mobil semua kecuali Ira. Dia berdiri di depan pintu, menungguku. Rupanya dia telah mengganti pakaian, sekarang dia mengenakan kaos santai dan … … what the hell?! Dia memakai rok mini!<br />
Uuh…adikku menggeliat dari tidurnya merasa terganggu dengan pemandangan dihadapanku. Begitu aku berjalan disebelahnya, Ira menggamit lenganku. Dadanya yang kenyal bersentuhan dengan lengan kananku. Adikku sudah setengah sadar…<br />
<br />
”Hoi! Cepetan!!” Setyo berseru tidak sabar<br />
<br />
Aku dan Ira pun naik ke mobil. Kami duduk dengan pasangan masing-masing.<br />
Angel duduk disebelah Rangga yang sedang mengemudi, Tama dan Luna duduk dibelakang bersama Setyo dan Dian. Sementara mereka membiarkanku berdua dengan Ira di kursi tengah. Mobilpun melaju dengan mulus. <br />
<br />
Tama dan Setyo sibuk dengan cewek mereka masing-masing. Rangga menyetir sambil bercakap-cakap dengan Angel. Aku yang duduk disebelah kiri Ira, memilih membaringkan kepalaku di pahanya yang putih mulus. <br />
<br />
”Hei…” aku memanggil Ira. <br />
<br />
Dia menoleh kearahku. Kutatap matanya yang teduh dan akupun tersenyum. Ira membalas senyumanku, kemudian ia mengelus pipiku. Aaah…aku sangat bahagia. Sejenak, kata-kata gombal yang dilontarkan Tama kepada Luna, suara khas kuli pelabuhan Setyo, dan obrolan tak jelas Rangga dengan Angel mendadak hilang. <br />
<br />
Kesunyian ini bertahan hingga Setyo berteriak menawarkan makanan ringan kepada kami. Aku dan Ira sama sama menggeleng.<br />
<br />
Aku kembali tiduran dengan menghadap ke arah Ira. Kuberanikan diri mengangkat rok mininya sedikit, mencoba mengintip kedalam roknya. <br />
<br />
”Sssstt!!” Ira menghardik dengan risih sambil menyingkirkan tanganku.<br />
<br />
Aku tersenyum salah tingkah. Namun Ira juga tersenyum melihat tingkahku.<br />
Sepertinya adikku benar-benar mengamuk, menggedor-gedor hingga celana jeans yang kukenakan menonjol. Sesak sekali. Spontan aku menekuk lutut dengan cepat. Ira yang kaget menoleh, dan ketika melihat tonjolan di celanaku, senyumnya menjadi canggung.<br />
<br />
Tiba-tiba….<br />
<br />
”Aaaahh….ssshhh…..aaaahhh….” ada suara desahan dari belakang<br />
<br />
Otomatis aku melonjak terduduk, aku dan Ira sama-sama menoleh kebelakang.<br />
Kami berdua terhenyak, pemandangan yang kami lihat benar-benar tak dapat dipercaya.<br />
<br />
Dian sedang dipangku oleh Setyo, sementara tangan Setyo masuk kedalam kaosnya dan meremas-remas payudaranya.<br />
<br />
Tama sedang sibuk menciumi leher Luna, diiringi desahan-desahan dari kedua pasangan.<br />
<br />
Aku dan Ira kembali menoleh kedepan dengan melotot, tak percaya apa yang baru saja kami lihat. Kutatap Ira, dibibirku tersungging senyum nakal. Ia mengerti maksudku.<br />
Segera saja kuangkat kedua kakinya, kemudian aku melepas celana dalamnya. Kali ini Ira tidak melawan. Dengan gerakan tiba-tiba, kusapukan lidahku di vaginanya, kujilat dan kuhisap klitorisnya. Tubuhnya menegang.<br />
<br />
”Aaaaahhnnn…..nggghh…..aaaaahhh….aaaasssshhh…..uuu hh..” desah Ira dengan penuh kenikmatan. Tangan kanannya menjambak rambutku sementara tangan kirinya terkulai lemas di leherku. Matanya terpejam, menandakan dia menikmati kehangatan lidahku yang keluar masuk lubang vaginanya.<br />
<br />
Tiba-tiba suasana menjadi sunyi. Tama dan Setyo menghentikan aktivitasnya, Luna dan Dian berhenti mendesah dan memperhatikan Ira dengan rasa ingin tahu. Sepertinya mereka penasaran karena suara desahan Ira yang jelas-jelas penuh dengan kenikmatan.<br />
<br />
Ira tersadar, kemudian dia sadar bahwa Tama, Setyo, Luna dan Dian memandangnya dengan ekspresi heran. Wajahnya langsung memerah karena malu, dia menunduk, mengambil celana dalamnya yang jatuh kemudian langsung mendorong kepalaku dan menutupi roknya dengan kedua tangan. <br />
<br />
Mulai saat itu, semua anak diam tak bersuara sampai tujuan kecuali Angel dan Rangga yang sibuk ngobrol, sepertinya mereka tidak tahu apa yang terjadi. Aku hanya diam saja.<br />
------------------------------------------------------------------------------------------------------------<br />
<br />
Sore harinya…<br />
<br />
”Oooi…tendanya udah berdiri nih…! Itu barang-barang ditaruh dimobil aja! Biar gak bikin sesak!” teriak Setyo yang sedang membereskan peralatan tenda.<br />
<br />
”Disini juga udah siap. Ntar yang cewek pada tidur disini yaa!” aku juga berteriak, tenda untuk anak-anak cewek sudah berdiri.<br />
<br />
Setelah semua persiapan selesai, kami menunggu Rangga dan Tama yang sedang mencari kayu bakar. <br />
<br />
”Mana sih mereka? Gelap…nakutin disini” kata Angel takut-takut<br />
<br />
”Iyaa…dingin juga…disini kan daerah pegunungan” sambung Luna<br />
<br />
”Kamu takut nggak?” tanya Setyo kepada Dian yang duduk disampingnya.<br />
Pacarnya itu menggeleng sambil tersenyum manja, kemudian Setyo memeluknya. Mesra sekali. Luna dan Angel duduk di sisi yang berseberangan sementara Setyo dan Dian di sisi kanan kami.<br />
<br />
”Kamu?” tanyaku kepada Ira.<br />
<br />
”Nggak dong…hehehe” Ira terkekeh menanggapi pertanyaanku.<br />
<br />
”Uuuhh…kalian si enak…ada cowoknya masing-masing…” cibir Angel<br />
<br />
Kami semua tertawa<br />
<br />
<br />
Suasanan kembali sunyi. Tiba-tiba…<br />
<br />
<br />
SREK! SREK! SREEKK!! <br />
Ada suara seperti sesuatu yang diseret…<br />
<br />
”Whoaaaaaa!!!” teriak Rangga sambil memeluk Angel dari belakang<br />
<br />
”Aaaaaaaaaaaaa!!!” Angel menjerit sekeras-kerasnya.<br />
<br />
Aku dan Ira spontan menutup telinga dengan tangan dan kami berdua nyengir melihat Rangga mengerjai pacarnya. Setyo tampak tidak peduli, sementara Luna sudah lari memeluk Dian.<br />
<br />
“Hhehehehe….kaget nggak?” tanya Rangga kepada Angel<br />
<br />
”Kamu jahat…” Angel menangis sesenggukan<br />
<br />
Rangga jadi merasa bersalah.<br />
<br />
”Eh…maaf…aku cuma pengen ngerjain kamu…” ucap Rangga<br />
<br />
”Aku takut banget tau nggak…” isak Angel seraya memeluk Rangga<br />
<br />
”Iya deh…nggak lagi lagi…” jawab Rangga<br />
<br />
”Janji yaa?” Angel tersenyum. Kemudian mereka berdua berciuman.<br />
<br />
Aku nyengir, Ira menutup mulutnya dengan tangan, Setyo menggeleng-gelengkan kepala, sementara Tama, Luna dan Dian melongo.<br />
<br />
”Aaah…jangan cipokan mulu! Mana kayu bakarnya sinih! Dingin gila!” kataku sambil berdiri<br />
<br />
Rangga masih berciuman dengan Angel dan menjawab pertanyaanku dengan menunjuk setumpukan kayu dengan tidak peduli. <br />
<br />
Aku dan Setyo menyalakan api, sementara para cewek menyiapkan makan malam.<br />
Tak lama kemudian api unggun sudah menyala. Kami makan, bercanda dan tertawa bersama. Aku tersadar.<br />
<br />
”Yo, garam yang dibungkus plastik biru tadi mana?” aku bertanya kepada Setyo<br />
<br />
”Itu di mobil. Mau buat apa?” ia balik bertanya<br />
<br />
”Belom naburin garem di sekitar tenda…” jawabku<br />
<br />
”Nih kuncinya. Ambil sana!” kata Rangga sambil melempar kunci mobil kepadaku.<br />
<br />
“Nggih tuan…keparat…” aku bersungut-sungut<br />
Semuanya tertawa melihatku.<br />
<br />
Aku berjalan menjauhi api unggun. Mobil Tama memang tidak diparkir terlalu jauh, tetapi terhalang tenda sehingga tidak terlihat dari sekitar api unggun. Udara disini luar biasa dingin. Sebentar saja tanganku sudah menjadi sangat dingin. Kurapatkan jaketku.<br />
<br />
Ketika sampai di mobil, kubuka pintu tengah dan mencari-cari diantara tumpukan tas. Kutemukan plastik berisi garam itu, kemudian kututup pintu mobil, tetapi tidak kukunci.<br />
Setelah selesai menaburkan garam, aku kembali ke api unggun.<br />
<br />
”Lho Ira dimana?” tanyaku kaget ketika tidak menemukan Ira <br />
<br />
”Tadi ke mobil. Nyusul kamu” jawab Angel<br />
<br />
Aku cepat-cepat lari ke mobil. Benar saja, kulihat Ira sedang sibuk mengacak-acak tas mencari sesuatu. Hanya setengah badannya yang masuk ke mobil, dia menungging, memperlihatkan kakinya yang mulus dan pantatnya yang hanya dibalut rok mini. Adikku spontan mengamuk.<br />
<br />
”Nyari apa Ra?” tanyaku mendekat<br />
<br />
”Ce..celana..pan…panjang…” dia menoleh kearahku, menggigil kedinginan<br />
<br />
Aku merasa iba…kulepaskan jaketku dan kupakaikan kepadanya. Aku kaget ketika melepas jaketku, ternyata udara disini memang SANGAT dingin. Aku heran, bagaimana Ira bisa bertahan di suhu sedingin ini dengan hanya mengenakan rok mini.<br />
<br />
”Ka…kamu nggak di…dingin?” dia menatapku<br />
<br />
”Nggak apa-apa…hahaha” kubalas tatapannya. Dia tersenyum…kemudian Ira kembali mencari-cari diantara tumpukan tas.<br />
<br />
Aku jongkok dibelakangnya, mengagumi paha dan kakinya yang indah. Aku juga menggigil. Kuintip roknya, tiba-tiba terlintas ide nakal di benakku.<br />
<br />
”Eh, Ra, ambilin tu botol air mineral dong” pintaku<br />
<br />
”Haus ya?” ia menoleh sambil mengulurkan sebotol air mineral<br />
<br />
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Ketika Ira kembali sibuk mencari, kubelai kakinya yang indah…wah mulus sekali. Kugeser salah satu kakinya sehingga dia agak mengangkang. Ira tidak peduli, mungkin karena sudah sangat kedinginan. Kuperosotkan celana dalamnya sebatas lutut. Dia menjadi terburu-buru mencari celana panjangnya, sepertinya dia ingin segera menemukan celana panjangnya dan menghentikanku melakukan semua ini. Tapi Dewi Fortuna berpihak padaku. <br />
<br />
Kubuka botol air mineral, dan ternyata airnya menjadi dingin, sesuai dugaanku. Aku tersenyum.<br />
<br />
”Dingin yah? Menurutmu gimana?” tanyaku membuka percakapan<br />
<br />
”Iya, dingin banget…gak ngira bakal sedingin ini” jawabnya<br />
<br />
Kuminum air mineral itu tetapi tidak langsung kutelan. Seluruh mulutku menjadi dingin.<br />
Setelah agak lama, baru kutelan airnya.<br />
<br />
”Eh? Gimana?” tanyaku lagi<br />
<br />
”Dingin Ariiff…” jawabnya singkat<br />
<br />
”Apa?” tanyaku pura-pura bego. Sebelum Ira sempat menjawab, dengan gerakan secepat kilat, kujilat vaginanya<br />
<br />
”Dingiiiinn!!” jeritnya ketika ia merasakan lidahku menjelajahi daerah privatnya<br />
<br />
Mmm…wangi tubuhnya semakin menggairahkanku. Dengan gencar kulanjutkan menjilat, menghisap, menggigit.<br />
<br />
”Aaaahh….nggak…jangan Rif….nggak mau….aaahhh….ntar…nggghhh…adaahh…yang liat….aaaahh…” ujarnya dengan terengah-engah, tetapi dia tidak mencoba menghentikanku.<br />
<br />
Setelah beberapa menit, aku kembali bertanya disela-sela seranganku<br />
<br />
”Sekarang gimana?”<br />
<br />
”Anget….aaahhnnn….enak Rif….aaaww…mmmhh…anget…terusss…aaahh” sepertinya Ira sudah terangsang berat.<br />
<br />
Ketika sudah hampir mencapai klimaksnya, ia mengencangkan pegangannya ke jok mobil. Kulihat hal itu, maka segera saja kusudahi permainanku. <br />
<br />
”Loh? Kenapa berhenti?” tanya Ira dengan wajah kecewa<br />
<br />
”Ah…kamu mulu yang dapet…aku nggak. Nggak asik ah!” cibirku<br />
<br />
”Iya deh iya ntar gantian…ayo lah lanjut…aku dah hampir sampe nih” dia memohon<br />
<br />
”Janji loh yaa?” tanyaku sambil tersenyum<br />
<br />
Aku pun melanjutkan permainan. Setelah beberapa menit yang penuh desahan, akhirnya Ira hampir mencapai klimaksnya.<br />
<br />
”Iyaaa…teruuusssss…..bentar lagii…aaahh…aahhh….” jeritnya penuh harapan<br />
<br />
Beberapa detik kemudian tubuhnya mengejang. Dia berteriak penuh kenikmatan.<br />
Lalu dia berbaring di jok mobil dengan tersengal-sengal.<br />
<br />
”Udah? Udah puas? Enak?” tanyaku<br />
<br />
”Iyaa….aku lemes banget nih…kakiku ga bisa buat berdiri…” jawabnya<br />
<br />
”Sekarang gantian yaa?” aku nyengir sambil membuka resleting<br />
<br />
Kutarik pinggulnya lalu kujejalkan penisku dengan paksa.<br />
<br />
”Aaaahh…ntar dulu Rif! Aku masih lemes…” pintanya dengan wajah memelas<br />
<br />
Aku tidak peduli dengan kata-katanya, tetap kujejalkan dengan paksa. Adikku masuk separuh. Uuuh…rasanya sempit sekali. <br />
<br />
”Aaaghh! Sakit Rif! Sakiit! Pelan-pelan dong!” ia menjerit kesakitan<br />
<br />
“Mau sampe kapan?” protesku dengan kesal<br />
<br />
”Iyaa….tapi pelan-pelan dong sayang…” suaranya melembut dan ia tersenyum<br />
<br />
DEG!!<br />
Wajahnya benar-benar….uuhh…intinya aku speechless. Bagai tersihir, aku mematuhinya dan memperlambat penetrasiku dengan stabil.<br />
<br />
Bleesss…seluruh adikku masuk. Wah..rasanya enak sekali…luar biasa…lembut dan hangat. Vaginanya meremas-remas adikku dengan irama yang teratur. <br />
<br />
“Nah…gitu dong…gini kan enak…” ucapnya sambil menahan desahan<br />
<br />
”Iyaa…enak…punya kamu emang paling top deh!” ujarku sambil terus memompa<br />
<br />
”Hah? Kamu udah pernah nyobain punya cewek lain?” tanyanya dengan suara kaget<br />
<br />
”Enggak…adikku cuma buat kamu kok…ga cuma adikku, hatiku juga cuma punya kamu” jawabku sambil tersenyum<br />
<br />
Kulihat Ira tersipu dan wajahnya memerah. Pelan-pelan ia menggerakan pinggulnya. Dia yang selama ini pasif menerima ‘adik’ku kini mulai memberikan respon.<br />
<br />
”Eeeh..eeh…kamu kok gerak-gerak si? Horny yaa? Hayoo…ahahahha” kataku dengan tertawa<br />
<br />
”Aaaahh….aahh…aahh…hehehe…mulutmu itu loh…mmmhh….” jawabnya tak jelas<br />
<br />
”Ga usah malu-malu Ra, bilang aja…uuuhh…”<br />
<br />
Beberapa menit kemudian…<br />
<br />
”Aaahh…aaahhh…aku…mau keluaarr….mmmhh…” racaunya<br />
<br />
”Keluarin aja. Kayak nggak biasanya. Hehehe” aku geli mendengar laporannya<br />
<br />
”Aku kan…uuuhh….ijin dulu….aaawwwhh….sebentar lagi…aaahh…..” Ira tersenyum menahan desahan<br />
<br />
Tubuhnya kembali mengejang. Dia orgasme untuk yang kedua kalinya.<br />
<br />
”Ooohh yeaaah…..aaaahh…enaaakk….uuh…lega banget Rif” desahnya<br />
<br />
”Yaa nduluin…tuh kan…aku padahal juga sebentar lagi niih…” ucapku<br />
<br />
”Keluarin aja Rif…tapi jangan didalem kaya waktu itu yaa…aku takut hamil”<br />
<br />
”Beres!” potongku<br />
<br />
Aku terus saja melanjutkan aktivitasku. Rasanya tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Setelah beberapa lama, rasanya ada sesuatu yang menggelitik. Aku tahu kalau aku sudah mencapai batasnya. Kulihat Ira tergeletak tak berdaya, matanya terpejam dan ia mendesah pelan menikmati setiap gesekan pada vaginanya.<br />
<br />
”Aku mau keluar Ra…kamu balik badan dong!” pintaku<br />
<br />
Dengan cepat dia mematuhi perintahku. Kulepaskan adikku dan aku masuk kedalam mobil. Kucari posisi yang enak dan kudekatkan adikku ke mulutnya. <br />
<br />
”Buka mulutmu dong…” aku menahan sensasi yang akan segera meledak.<br />
<br />
Adikku berdenyut-denyut tidak karuan.<br />
Ira membuka mulutnya lalu kumasukkan adikku kedalam mulutnya sambil kutahan kepalanya agar tidak melepaskan adikku. Dia memaju mundurkan kepalanya. Rasanya hangat di tengah-tengah pegunungan yang sangat dingin ini. <br />
<br />
Ira yang polos tidak tahu apa-apa ketika tiba-tiba spermaku menyembur di dalam mulutnya.<br />
<br />
”Mmmmmph?! Mmmmf!!” matanya terbelalak karena kaget, tangannya berusaha menyingkirkan kedua tanganku. <br />
<br />
Ia segera melepaskan adikku dan menutup mulutnya dengan tangan, dia ingin muntah.<br />
<br />
”Aaaahh….legaa…eeh jangan dibuang dong!” ucapku ketika Ira akan memuntahkan spermaku. <br />
<br />
Dengan susah payah kulihat ia berusaha menelannya. Setelah itu dia buru-buru menyambar botol air mineral dan segera meminumnya. Aku merasa kasihan melihatnya, tetapi ada perasaan puas ketika melihat spermaku mengalir pelan dari sudut bibirnya.<br />
Kuambil selembar tissue dan mengelapnya.<br />
<br />
”Hehehehe…gimana rasanya? Itu yang namanya sperma.” Kataku<br />
<br />
”Iih! Rasanya bikin mau muntah…kental gimana gitu…inget aja aku enek lagi” jawabnya sambil memegangi perut<br />
<br />
”Ah ntar juga terbiasa” ucapku santai<br />
<br />
”Gak! Aku ga mau kalo disuruh kayak tadi lagi” jawabnya<br />
<br />
”Hehehe…iyaa…iyaa…”<br />
<br />
Kulingkarkan lenganku di perutnya yang langsing, kusibak rambutnya dan kucium lehernya sebagai tanda terima kasih.<br />
<br />
”Uuuuhhh…..jangan bikin aku nafsu lagi…aahhh” desahnya sambil mendorong kepalaku menjauh. Ira tertawa kecil.<br />
<br />
Setelah berberes-beres dan menemukan celana panjang Ira, kami pun kembali ke arah api unggun. Kulihat semua teman-temanku sudah terkapar di sekeliling api unggun. Mereka tidur nyenyak sekali, sepertinya mereka kelelahan menunggu kami dan jatuh tertidur. Ternyata aku dan Ira sudah bermain cukup lama. Karena suhu yang sangat dingin, aku tidak tega membangunkan mereka. Maka kuganjal sekitar api unggun dengan batu, supaya baranya tidak berserakan atau membakar sesuatu, lalu kulemparkan kayu bakar agar apinya menjadi besar dan lebih menghangatkan teman-temanku.<br />
<br />
”Hoooaaam….udah yuk tidur…ngantuk neh!”, kataku sambil menguap<br />
<br />
”Iya…aku juga…”, Ira mengambil tempat diantara Angel dan Dian dan bersiap untuk tidur<br />
<br />
”Ayo!” ,aku menarik tangannya<br />
<br />
”Eh?” Ira tampak bingung<br />
<br />
Aku menariknya masuk ke tenda yang semula untuk tidur dan membuka sebuah kasur lipat. Sayangnya, jaket saja terasa kurang ampuh menahan hawa dingin disini.<br />
<br />
”Naaah…kamu tidur disini yaa” kataku sambil merapikan kasur lipat yang akan digunakan Ira<br />
<br />
”Loh? Kan cuma satu…kamu gimana?”<br />
<br />
”Udaah…aku bisa tidur dimana aja…hehehe”<br />
<br />
Ira menurut. Segera setelah dia berbaring, aku duduk disebelahnya.<br />
Ia tidur menghadap ke arahku. Kubelai rambutnya yang lembut. Ira tersenyum dengan mata terpejam, ia meletakkan tangan kananku dipipinya. Sejenak kemudian ia tertidur pulas, dapat kulihat dari nafasnya yang dalam dan teratur. Kugenggam tangannya, dingin. <br />
<br />
”Waduh…bisa sakit nih kalo kaya gini...kamu pasti capek ya Ra? Istirahat yaa biar nggak sakit...” aku tersenyum menatap bidadari dihadapanku ini.<br />
<br />
Kuambil jaket tebalku yang satunya didalam tasku yang kebetulan water-proof (jaket yang sama dengan yang waktu di mall), jadi hangat dalam situasi seperti ini. Kujadikan selimut untuk menutupi tubuhnya hingga sebatas leher.<br />
<br />
Melihatnya sudah tertidur nyenyak, aku keluar dari tenda. Hawa dingin serasa menusuk tulang, tapi untunglah aku tipe orang yang tahan dingin. <br />
<br />
Aku mengambil tempat yang agak jauh dari api unggun, kemudian membentangkan tikar kecil. Kukeluarkan dan kupasang headset-ku. Setelah musik mengalun memenuhi telingaku, aku berbaring menatap langit yang ditaburi jutaan bintang. Kutarik nafas dalam-dalam, udara dingin dan sejuk memenuhi rongga</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Camping itu terjadi sekitar 1 minggu yang lalu dan kini liburan telah usai…<br />
Kegiatan KBM kembali dimulai, namun belum efektif. Maka kami semua sering pulang lebih awal.<br />
<br />
Aku dan Ira jadian beberapa hari setelah pulang dari camping. Dan tepat hari ini, Ira berulang tahun yang ke-18. Ia setahun lebih tua dariku, tapi itu tak menjadi masalah buat kami.<br />
<br />
Kotaku sedang dilanda hujan yang sangat lebat, disertai angin kencang.<br />
Padahal aku sudah bersusah payah menabung selama beberapa minggu untuk membelikan kado buat Ira, juga sudah kusiapkan bunga mawar untuknya.<br />
<br />
”Sialan!” umpatku di parkiran motor sekolah<br />
<br />
”Kenapa?” tanya Rangga<br />
<br />
”Ujan…aku mau kerumahnya Ira malah ujan gini! Damn!”<br />
<br />
”Loh? Ngapain kamu kerumahnya? Ini belom juga malem minggu…”<br />
<br />
”Dia hari ini ulang tahun …”<br />
<br />
“Oohh…” jawabnya singkat<br />
<br />
Aku benar-benar tidak sabar menunggu hujan untuk mereda. Segera saja kuambil kunci motor dari dalam saku celana OSIS ku dan aku berlari menembus hujan deras ke arah motorku yang memang kebetulan diparkir di tempat yang tidak memiliki kanopi diiringi tatapan mata teman-teman seangkatan dan adik kelas. Mungkin mereka pikir aku sudah gila, nekat pulang dalam cuaca seperti ini. Tapi aku tidak peduli. <br />
<br />
Kunyalakan mesin motorku, untungnya motorku seperti mengerti keadaan, hanya dengan sekali memencet tombol starter, motorku langsung meraung gembira. Aku memacu motorku keluar areal parkir, kemudian kutancap gas menuju rumah. Beberapa kali aku hampir kehilangan nyawa ditengah cuaca seperti itu.<br />
<br />
Akhirnya aku sampai dirumah dalam keadaan basah kuyup. Kuparkir motorku di halaman dan aku langsung menghambur kedalam rumah. Papa dan Mama ku hanya geleng-geleng kepala.<br />
<br />
“Ckckck! Lho kok hujan-hujanan?” tanya Ibuku<br />
<br />
“Laaah…nggak keburu Ma. Mau nunggu sampe ujan reda kelamaan!” jawabku setengah berteriak karena bersaing dengan suara hujan<br />
<br />
“Kok buru-buru?”<br />
<br />
“Iyaa…Ira ulang tahun Ma. Aku mau kerumahnya.” jawabku sambil berganti pakaian.<br />
<br />
“Jangan ngawur kamu. Kalau cuacanya seperti ini, Papa nggak kasih izin!” kata Ayahku tegas<br />
<br />
Aku tidak peduli. Kujejalkan boneka panda dan sebuket bunga mawar kedalam ranselku.<br />
Mungkin melihat niatku, Ayah agak melunak, tidak seperti biasanya.<br />
<br />
“Jangan ngebut-ngebut, jalanan licin. Ira juga pasti ngerti kok” kata Ayah<br />
<br />
Aku hanya tersenyum. Aku setengah berlari kearah motorku. Sebelum kunyalakan mesin, aku meraih handphone-ku dan mengirim SMS untuk Ira untuk memastikan apakah ia ada dirumah atau tidak.<br />
<br />
‘Syng, kmu drmh g?’<br />
<br />
Beberapa detik kemudian ada SMS balasan masuk.<br />
<br />
‘Iy. Knp? Ujannya gde banget y?’<br />
<br />
Tak kubalas SMS nya karena aku langsung menaiki motorku dan menerobos hujan.<br />
Angin sangat kencang, sempat kulihat beberapa pohon besar tumbang. Aku jadi merasa ngeri. Namun, aku tidak bisa mundur, maka kupacu motorku secepat yang aku bisa.<br />
<br />
Dasar sial, aku lupa memakai jas hujan. Maka ketika aku sampai di rumah Ira, aku dalam keadaan basah kuyup (lagi). Begitu aku menurunkan standard motor, kulihat ada seseorang memakai payung dari dalam rumah menghampiriku. Setelah kuperhatikan, ternyata Ira menjemputku dan membukakan gerbang.<br />
<br />
“Kok kamu bisa keluar pas aku sampe sih?” aku bertanya kebingungan<br />
<br />
”Hehehe…seorang Arif yang nggak mbales SMS seorang Ira pasti kalo nggak lagi sibuk, ya lagi nyetir motor. Aku cuma nebak aja kamu kesini, jadi aku duduk di ruang tamu sambil ngeliatin gerbang. Hehehe” Ira terkekeh bangga<br />
<br />
”Haaah???” aku hanya mampu melongo mengagumi kemampuan analisisnya.<br />
<br />
“Ayo masuk!” Ira menarik aku kebawah naungan payung yang dipakainya<br />
<br />
”Eeehh, sebentar!”<br />
<br />
Mungkin karena sudah terlalu bersemangat, aku segera membuka ransel dan mengeluarkan bunga mawar putih yang terbungkus rapi.<br />
<br />
“Ini…buat kamu-“ <br />
<br />
Kata-kataku terpotong ketika sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi sehingga genangan air bercampur lumpur terciprat kearahku. Posisiku sedang membelakangi jalan raya, sehingga punggungku dan sebagian bunga mawar untuk Ira menjadi penuh lumpur, tapi untung Ira tidak terkena cipratan karena terhalangi tubuhku.<br />
<br />
Spontan aku berbalik dan berteriak<br />
<br />
“WOI! BANGSAT YAA!!! KEPARAT!!!”<br />
<br />
Aku begitu emosi. Aku berteriak sangat keras hingga orang-orang disekitarku menoleh dan memperhatikanku. Namun pengendara motor tadi telah hilang dari pandangan. Lalu aku merasakan sesuatu yang hangat menempel di bibirku, aku menoleh. Ternyata Ira tengah menempelkan jari telunjuknya dibibirku.<br />
<br />
“Sssssttt. Nggak boleh ngomong kayak gitu.” ujarnya sambil tersenyum<br />
<br />
Ia meraih daguku kemudian mencium bibirku didepan banyak orang. Aku sangat kaget.<br />
<br />
“Hei Ra! Kamu ngapain?!” tanyaku setengah berbisik<br />
<br />
“Hehehe…udah yuk, ayo masuk!” ia tersenyum lalu menggandeng tanganku.<br />
<br />
Bunga mawar itu kubuang ke tong sampah tanpa sepengetahuannya, dan kami berdua pun masuk rumah, disaksikan oleh motorku yang menggigil kedinginan di halaman tempat aku memarkirnya.<br />
<br />
Ira mengajakku masuk kamarnya. Sepertinya benar-benar sepi, tidak ada orang lain.<br />
Aku duduk ditepian kasur sambil menyisir rambutku dengan tangan dan menatap sekeliling.<br />
<br />
“Aduh. Sampe basah kuyup gitu. Nih handuk!” ujarnya sambil mengulurkan selembar handuk<br />
<br />
“He eh. Makasih. Apa nggak ada orang?” tanyaku sambil mengelap rambutku yang basah.<br />
<br />
“Nggak. Lagi ditoko, kayaknya ada yang rusak gara-gara ujan.” dibibirnya tersungging senyuman aneh<br />
<br />
Ira berjalan kearah lemari, ia membukanya lalu mengambil sepotong kaos yang kelihatannya kebesaran serta sepotong celana ¾. <br />
<br />
”Nih bajunya, sori ya kalo ga cocok, punya kakakku tuh” katanya sambil mengulurkan pakaian yang kemudian kuterima.<br />
<br />
Aku segera mengaduk-aduk tas ranselku. Boneka panda yang kubeli kukeluarkan dengan hati-hati. Aku tersenyum kemudian mengulurkannya pada Ira<br />
<br />
“Happy birthday ya Ira-ku sayaaangg”<br />
<br />
“Wah…makasih ya Rif! Kamu baik banget!” Ira menerima boneka itu dengan ceria kemudian langsung mendekapnya. Memang ukuran boneka itu cukup besar.<br />
<br />
Aku tersenyum. Tetapi kemudian tanganku bergetar hebat. Aku baru sadar kalau aku kedinginan, maka aku segera mengganti bajuku yang basah dengan kaos yang diberikan Ira. Namun tetap saja aku kedinginan.<br />
<br />
“D-d-d-ingin b-b-banget yaa…b-b-baru s-s-sadar…!” ujarku sambil menggigil<br />
<br />
“Oh iya…aku matiin AC nya yaa?”<br />
<br />
“Ng…nggak u-u-usah….”<br />
<br />
“Lho?”<br />
<br />
“Sini d-dong…” aku menepuk pahaku, menyuruhnya untuk duduk<br />
<br />
Ira berjalan mendekat dan kemudian duduk dipangkuanku.<br />
Aku memeluknya, rasanya hangat dan nyaman. Tanpa sengaja, tanganku menyenggol bagian bawah buah dadanya. Spontan kutarik kembali tanganku. Ira menoleh kearahku dan menatapku, lama sekali. Aku tertegun.<br />
<br />
Tiba-tiba saja dia mengecup bibirku. Tanganku diraihnya.<br />
<br />
“Masih dingin?”<br />
<br />
“M-m-masih…”<br />
<br />
Ira memegang kedua pergelangan tanganku kemudian menuntun tanganku masuk kebalik kaos ketatnya yang berwarna pink. Ternyata dia tidak memakai bra, aku cukup kaget.<br />
<br />
“Uh…tanganmu dingin banget Rif…” ucapnya pelan ketika telapak tanganku menyentuh perutnya yang langsing.<br />
<br />
Dengan cepat dia meletakkan kedua tanganku di dadanya. Kedua telapak tanganku penuh oleh payudaranya yang kenyal dan hangat yang kemudian kuremas-remas, aku berusaha mencari kehangatan dari gesekan telapak tanganku.<br />
<br />
“Aaawwhh…hhhh…hhhh…” Ira memejamkan kedua matanya<br />
<br />
“Oooohh…enak…” entah kenapa aku jadi ikut-ikutan mendesah<br />
<br />
“Aww!! Dingin!” ia menjerit kecil ketika jariku memilin-milin kedua putingnya<br />
<br />
Memang Ira adalah cewek yang sangat mudah terangsang.<br />
Kubalikkan tubuhnya, sekarang ia duduk dipangkuanku dan kami berhadap-hadapan. Kuangkat kaos pinknya dan kulepaskan. Kini ia telanjang didepanku. Nafasnya memburu. <br />
<br />
“Ji..jilatin Riff…isep…hhh…hhh…” desahnya sambil mendekatkan payudaranya ke mulutku<br />
<br />
Aku heran, kenapa buah dadanya itu masih kencang berisi, bukannya longgar dan turun seperti kebanyakan cewek yang payudaranya sudah pernah diremas-remas. <br />
Tapi satu hal yang kutahu, itu membuatku benar-benar bernafsu. Tanpa pikir panjang, kujilat dan kukulum putingnya yang kanan, sementara yang kiri kuremas-remas dengan lembut.<br />
<br />
“Oooohhh….hhhhh…aaaahhh…aaahh…uuhh…” desahnya liar<br />
<br />
“Enak ga? ” tanyaku sambil terus menjilat<br />
<br />
Matanya terpejam, kepalanya mendongak keatas dan ia hanya mengangguk.<br />
Oh, suatu pemandangan yang benar-benar membuat ‘adik’ ku marathon naik-turun.<br />
Pelan-pelan kulepaskan celana ¾ ku beserta celana dalamku. Kini, tanpa ia sadari, penisku sudah berdiri tegak dihadapan vaginanya.<br />
<br />
Ira yang masih kukerjai mendesah dengan hebat, melenguh dan nafasnya tersengal-sengal. Tanganku turun dan melepas hotpants yang dikenakanya, kemudian celana dalamnya yang juga berwarna pink. Kini ia telanjang bulat dipangkuanku.<br />
<br />
Kutempelkan kepala ‘adik’ ku ke bibir vaginanya dan kugesek-gesekkan. Ira hanya diam menikmati sambil menggigit bibir bawahnya, ia mengira aku menggunakan tangan dan tidak sadar bahwa yang kugesek-gesekkan adalah ‘adik’ ku. <br />
<br />
Lalu dengan satu hentakan yang kuat, kubenamkan ‘adik’ ku dalam-dalam ke vaginanya.<br />
Ira terbelalak kaget, tidak menyangka akan serangan tiba-tiba ini.<br />
<br />
”Aaaaarrrgghhhh!! P-pelan-pelan Rif…sakit…” jeritnya<br />
<br />
”Ups…sori…udah kebakar nafsu nih… ” <br />
aku nyengir, namun aku merasa bersalah<br />
<br />
Kurubah posisi sedemikian rupa sehingga Ira berada dibawahku.<br />
Aku memperlambat genjotanku, kumasukkan ‘adik’ ku dalam-dalam dengan pelan namun penuh tenaga, dan menariknya keluar agak cepat.<br />
<br />
”Naah…gitu…aaaaahhhnn….aaahhh….mmmhhh…..uaaaa ahh…” erangnya ketika penisku masuk dengan perlahan kedalam vaginanya.<br />
<br />
Nafsu benar-benar sudah terbakar, aku semakin menggila karena mendengar suaranya yang kelelahan sekaligus penuh kenikmatan itu. Kupompa vaginanya dengan ganas. Beberapa menit yang panas berlalu...<br />
<br />
”Aaah!! Aaah!! Aaaahh!!!” Ira mengerang, matanya mengrenyit dan tangannya menggapai-gapai<br />
<br />
“Uuuuh…hhh..hhh…Ra, aku sayang sama kamu Ra…hhh…hhh..” <br />
<br />
”Aku…aaggghh….juga…aaaahh…aaaah…sshhh….sayang — ukh!!!“ kata-katanya terpotong ketika tubuhnya mengejang, tangannya mencengkeram sprei kasur dengan kuat. Sedetik kemudian ia terkulai lemas.<br />
<br />
“Udah keluar?”<br />
<br />
Ira tergeletak di kasur tak berdaya, matanya terpejam, dan ia hanya mengangguk menjawab pertanyaanku. Ia hanya diam saja dan membiarkan aku terus menggenjot vaginanya, sepertinya ia sudah benar-benar kelelahan, nafasnya pendek-pendek dan berat.<br />
<br />
Melihat hal ini, kupanggil mundur ‘adik’ ku dan menyudahi permainan. Ketika Ira menyadarinya, ia menatapku dengan penuh tanda tanya.<br />
<br />
”Kenapa berhenti Rif? Kenapa kamu nggak keluarin kayak biasanya? Apa aku nggak sanggup muasin kamu?” suaranya bergetar<br />
<br />
”Bukan, sayang. Ini kan ulang tahunmu, jadi aku spesial muasin kamu doang” jawabku sambil tersenyum<br />
<br />
Awalnya Ira menatapku tidak percaya, namun lama kelamaan tersungging sebuah senyum di bibirnya. <br />
<br />
”Makasih banget ya Rif”<br />
<br />
”Iya…apa sih yang nggak buat kamu?” aku meraih pinggangnya dan kukecup lembut bibirnya.<br />
<br />
Mulutku bisa berkata demikan, dan hatiku juga tidak menyimpang, tetapi ‘adik’ ku protes besar-besaran karena nafsuku tidak terpenuhi. Kucoba abaikan nafsuku.<br />
<br />
“Aku sayang banget sama kamu” ia menyandarkan kepalanya di dadaku<br />
<br />
”Aku juga sayang banget sama kamu” kubelai rambutnya dan kupeluk sepenuh hati, rasanya benar-benar hangat. Aku bahagia.<br />
<br />
Setelah selesai bermain, aku pun mengenakan kembali pakaianku yang rupanya sudah lumayan kering dan keluar diantar oleh Ira, tepat ketika keluarganya pulang. Ketika ditanya apakah aku sudah lama datang, kami berdua kompak menjawab bahwa aku datang barusan dan hanya menyerahkan kado lalu pulang. Untuk menghindari kecurigaan tentunya.</div>
<div class="MsoNormal">
Sudah sebulan berlalu…<br />
<br />
Entah apa sebabnya, hubunganku dengan Ira menjadi renggang. Ia berkata bahwa ia ingin fokus kepada try out yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Aku bisa mengerti, itulah sebabnya kami SMS an hanya sedikit dan tidak pernah hang-out berdua, namun yang tak kumengerti adalah Ira tetap saja dingin dan pendek dalam membalas SMS ku dan tidak pernah mengangkat telpon dariku walaupun try out itu telah selesai seminggu yang lalu. Aku mencoba bersabar.<br />
<br />
Beberpa desas-desus bahwa Ira terlihat berjalan-jalan di toko bersama seorang cowok beberapa kali sampai ke telingaku. Namun hal ini tak kuceritakan pada siapapun, dan kuanggap sebagai gossip semata, walaupun hatiku gundah.<br />
<br />
Aku mencoba menjalani kehidupanku seperti biasa, tertawa di hadapan sahabat-sahabatku walaupun hatiku tidak tenang. Aku takut terjadi sesuatu pada Ira.<br />
<br />
Suatu hari,<br />
<br />
“Eh, malem minggu nih! Ntar nonton film yok di bioskop?” ajak Rangga<br />
<br />
“Film apaan? Bokep? Hahahahaha…” tanyaku<br />
<br />
”Lah Arif, bokep doang pikirannya!” cetus Tama<br />
<br />
”Kowe kuwi rai bokep!” Rangga menyerang Tama dengan logat Jawa yang sangat kental<br />
<br />
“Bhahahahaha…!! Goblok yah Ngga!” aku tertawa sampai sakit perut<br />
<br />
”Bangkai! Btw, ngajak anak-anak cewek?” tanya Tama<br />
<br />
”Iya…iya…ayo! Kita nonton film horror gitu, biar romantis…hahaha” Rangga menyahut<br />
<br />
”Ntar kalo ada adegan hantunya, cewek-cewek pasti takut kan…terusss…eaaaa!!” celetuk Tama dengan muka mupeng<br />
<br />
”Hahahaha…porno lah!”<br />
<br />
”Loh, mau gimana lagi coba? Hahahaha….eh, Riff, ngajak Ira yah?” kata Tama kepadaku<br />
<br />
Sejenak aku ragu untuk menjawab ajakannya.<br />
<br />
”Iya deh, coba…tapi nggak janji ya” aku memaksakan senyum<br />
<br />
”Ya udah deh, ntar kumpul jam 7 dirumahku ya!” Rangga mengusulkan<br />
<br />
”Oke lah…santai men!” jawabku<br />
<br />
Pukul 14.00…<br />
<br />
Bel pulang berbunyi…anak-anak dikelasku sudah bersiap-siap untuk pulang.<br />
Setelah berdoa dan memberi salam kepada guru, kami berhamburan keluar kelas. <br />
<br />
Sambil berjalan keluar kelas aku mengirim SMS kepada Ira ‘Sayang, kmu dh pulang?’, kutunggu 5 menit dan tak ada jawaban.<br />
<br />
Aku segera menuju tempat parkir, kunyalakan sepeda motorku dan segera memacunya melewati kerumunan anak-anak kelas lain yang sedang ramai bercakap-cakap, aku menuju kerumah Ira. <br />
<br />
Dari kejauhan tampak pagar rumah Ira yang tinggi, sejenak tidak ada yang aneh. Namun ketika aku semakin dekat, aku melihat suatu pemandangan yang menusuk hatiku, seolah-olah jantungku berhenti berdegup.</div>
<div class="MsoNormal">
Kulihat Ira sedang berdiri berhadap-hadapan dengan seorang cowok yang sedang bersandar pada sebuah mobil sedan mewah, kutaksir tingginya hampir sama denganku, ia mengenakan hem berwarna putih dengan celana jeans panjang dan memakai sepatu putih, tampilan khas orang kaya. Sekilas dapat kulihat Ira sedang memegang sebungkus plastik bertuliskan nama sebuah toko roti terkenal di kotaku. Tampaknya mereka berdua sedang asyik bercakap-cakap, Ira terlihat begitu bahagia ketika sedang ngobrol dengan cowok itu.<br />
<br />
Emosiku meledak keluar bersama kepedihan-kepedihan yang pernah aku alami dan akan kumuntahkan semua perasaan marahku saat ini juga. Namun akal sehatku masih berjalan, maka kutepikan motorku dan kuparkir di sisi jalan yang sama dengan mereka dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku sudah tidak bisa menunggu lebih lama ketika kulihat cowok itu menggenggam tangan Ira, dan ia hanya tersipu-sipu malu ketika tangannya dipegang seperti itu.<br />
<br />
Kulangkahkan kakiku dengan mantap, dengan emosi yang siap tercurah. Ketika jarak antara kami tinggal 3 meter, Ira menyadari kehadiranku dan menoleh kearahku, seketika tersirat ketakutan dan kekagetan dimatanya. <br />
<br />
Ira bukanlah cewek tolol, ia tahu kalau aku tidak pernah marah terhadapnya dan selalu sabar, tetapi ia tahu dengan pasti bahwa ketika aku benar-benar marah, aku tidak akan menahan diri lebih lama.<br />
<br />
Ira hanya berdiri mematung dan menatap mataku ketika aku berjalan mendekatinya. Dibibirku tersungging senyum sinis yang belum pernah kuperlihatkan kepada siapapun. Ketika melihat senyumanku, tangannya mengepal dan ia menunduk. Si cowok yang sadar kalau ada sesuatu yang salah menoleh kearahku, namun tak berkata apa-apa.<br />
<br />
”Oooh…begini ya ceritanya…” ucapku ketika aku sampai dihadapannya<br />
<br />
Ira diam saja, ia masih menunduk, namun dapat kulihat jelas, tangannya gemetar.<br />
<br />
”Hhahaha…lagi try out ya Ra? Try out sama cowok gitu? Cih…aku nggak nyangka kamu semurah ini…” kutatap Ira dengan pandangan sinis<br />
<br />
”B-b-bukan Rif…” ia sedikit mengangkat wajahnya, suaranya bergetar ketakutan<br />
<br />
”Bukan apanya? Ternyata kamu gini ya dibelakangku? Mentang-mentang banyak yang naksir kamu, terus kamu seenaknya selingkuh gitu ya? Heh!? GITU YA!!” suaraku meninggi dan kudorong bahunya dengan sangat kasar sehingga ia mundur beberapa langkah, ia mulai menangis.<br />
<br />
Melihat hal ini, si cowok tidak tinggal diam<br />
<br />
”Woaah…woaahh…tenang bro..tenang…” ujarnya sambil menepuk bahuku<br />
<br />
”Don’t…touch…me…” suaraku bergetar karena marah, aku berusaha menahannya.<br />
<br />
“Bro, dia kan cewek bro…jangan main kasar gitu dong…” ia tidak menghiraukan kata-kataku dan masih menepuk-nepuk bahuku dengan cukup keras<br />
<br />
”I said…DON’T TOUCH ME, GOD DAMN IT!!” aku berteriak sekeras mungkin<br />
<br />
Seketika itu juga sebuah pukulan kudaratkan di tulang pipi kanannya. Cowok itu jatuh terjungkal. Ia segera bangkit dan berusaha membalas ketika Ira segera berdiri ditengah kami berdua dan berusaha melerai kami. <br />
<br />
Melihat hal ini, si cowok segera berhenti dan kemudian mengelus-elus pipi kanannya yang tadi kupukul.<br />
<br />
Ira maju selangkah kearahku,<br />
<br />
”Rif, aku mau jelasin semuanya…” air matanya berlinang<br />
<br />
“Ooh…cukup…aku udah liat semuanya kok…udah cukup JELAS!” aku tersenyum sinis<br />
<br />
“Bukan…ini nggak seperti yang kamu kira…” air matanya mengalir semakin deras<br />
<br />
”Oh ya? Banyak temen-temenku yang liat kamu lagi jalan sama anjing ini!” bentakku sambil menunjuk si cowok yang hanya diam saja.<br />
<br />
“Itu—“ ia tercekat, tidak mampu melanjutkan kata-katanya.<br />
<br />
Si cowok kemudian melingkarkan tangannya pinggang Ira dari belakang dan berusaha menariknya menjauhi aku<br />
<br />
”Udah Ra, gembel terminal kayak dia buat apa diurusin?! Udah, kamu sama aku aja, aku toh jauh lebih baik, aku jauh lebih kaya, lebih cakep dan aku lebih segalanya dibanding dia! Aku jauh lebih pantes buat kamu daripada sampah ini!! Apa juga bagusnya cowok cupu kayak dia?” cowok itu mengacungkan jarinya ke arahku.<br />
<br />
Aku hanya diam. Kutelan semua hinaannya mentah-mentah. Aku tidak sempat untuk marah karena pikiranku begitu keruh dan hatiku dipenuhi perasaan sedih yang teramat sangat. Aku hanya bisa mengencangkan kepalan tanganku sambil menunduk kebawah, tidak peduli dengan apa yang akan terjadi.<br />
<br />
Tetapi sungguh diluar dugaan, bahkan aku pun agak kaget,<br />
Ira berbalik, kemudian…PLAKK!! Sebuah tamparan keras mendarat dipipi cowok itu<br />
<br />
”Heh cowok murahan! Jaga mulut kamu ya!! NGGAK USAH SOK!!” suaranya melengking tinggi, Ira menjerit sambil menangis.<br />
<br />
Si cowok kelihatan benar-benar marah.<br />
<br />
”Dasar pelacur! Kamu harusnya berterimakasih sama aku! Banyak cewek yang ngejar-ngejar aku, aku bisa dapetin setiap cewek yang aku suka, cewek murahan kayak kamu gak ada apa-apanya!” bentaknya kemudian masuk ke mobil dan meluncur dengan cepat meninggalkan kami berdua.<br />
<br />
Ira berbalik ke arahku<br />
<br />
”R-Rif?” tanyanya sesenggukan<br />
<br />
”Hha! Bagus juga aktingmu Ra? Tapi sayang…aku nggak sebodoh itu! ” kataku sambil berbalik untuk pergi <br />
<br />
Ia memeluk lengan kiriku<br />
<br />
”Rif! Dengerin aku dulu!” pintanya sambil kembali menangis<br />
<br />
”Pelacur, lepasin tanganku!” bentakku dengan sangat kasar<br />
<br />
”Astaga Rif…kamu tega…kalo kamu ninggalin aku, aku harus gimana? Siapa yang bakal nemenin aku? Siapa yang bakal merhatiin aku?? Cuma kamu Rif, cuma kamu yang aku harapin…” tangisnya semakin keras<br />
<br />
Kusentakkan tanganku sekali, dan lenganku langsung lepas dari pelukannya. Kutarik kalung yang pernah ia berikan kepadaku dengan kasar, kucampakkan ke tanah di depan hadapannya.<br />
<br />
”Go to hell…” jawabku singkat<br />
<br />
Aku segera berbalik kemudian berlari ke arah motorku dan memutar arah. Sempat kulihat di kaca spion, Ira yang berlutut di trotoar, ia menangis sambil menutupi wajahnya dengan tangan.</div>
<div class="MsoNormal">
Hari Sabtu, aku benar-benar tidak konsentrasi…<br />
Puncaknya adalah pada jam pelajaran bahasa Inggris, padahal biasanya aku sangat semangat mengikuti pelajaran ini karena bahasa Inggris adalah salah satu mata pelajaran favoritku.<br />
<br />
Aku sedang meletakkan kepalaku dimeja, aku melamun ketika guru bahasa Inggrisku bertanya,<br />
<br />
”You over there! What can you learn from this text?” tanya pak Budi<br />
<br />
”Me Sir? ” aku balik bertanya sambil mengangkat kepalaku dengan malas<br />
<br />
”Yes! You!” katanya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya dengan tidak sabar ke meja<br />
<br />
”About what sir?” tanyaku bego<br />
<br />
”Ckckck….about the benefits of reading newspaper!”<br />
<br />
”Umm…I don’t know sir…” jawabku sekenanya<br />
<br />
”You must pay attention! Kamu mau nilai kamu hancur?!” bentaknya<br />
<br />
Aku benar-benar jenuh. Emosiku seketika meledak. <br />
<br />
”WHY SHOULD I CARE?!! Newspaper?! What the hell is that for?!” aku balas membentak<br />
<br />
”JAGA MULUT KAMU!!! Kamu, keluar dari kelas ini sekarang!!” pak Budi bangkit dari tempat duduknya dan menggebrak meja. Ia meradang marah. <br />
<br />
Padahal di sekolahku, pak Budi terkenal sebagai guru yang TIDAK PERNAH marah, entah kenapa semuanya tiba-tiba menjadi kacau seperti ini.<br />
<br />
Aku berjalan kearah pintu dengan gontai, kusapukan pandangan ke seluruh kelas, semuanya menatapku dengan mengrenyitkan dahi, tidak setuju dengan tindakanku yang menentang pak Budi. <br />
<br />
Tiba-tiba di pojok kelas, kulihat Ira duduk dengan cowok yang kemarin kupukul. Langkahku terhenti.<br />
<br />
”I-ira?” aku tercekat<br />
<br />
”TUNGGU APA LAGI?! KELUAR KAMU DARI KELAS!!!” bentakan pak Budi menyadarkanku. <br />
<br />
Seketika sosok Ira dan cowok itu menghilang, digantikan oleh Feby dan Ade. Mereka menatapku kebingungan.<br />
<br />
Aku berbalik kearah bangku ku dan mengambil tas.<br />
<br />
”KELUAAAAAAAAAARRRRRR!!!!!!!” pak Budi benar-benar mengamuk, ia membanting bangku siswa didepannya.<br />
<br />
Aku menatapnya tajam dan kulontarkan kalimat yang membuat pak Budi tertegun<br />
”Will you shut up? Oh, for God’s fucking sake!!”<br />
<br />
BRUAAAAKK!!! Kubanting pintu kelas dengan kemarahan memuncak.<br />
<br />
Akhirnya kuhabiskan jam pelajaranku di kantin sekolah. Ketika jam istirahat, kulihat banyak anak-anak kelas lain mencibir ke arahku. Aku tahu, aku telah membuat suatu kesalahan fatal dan itu menyebar dengan sangat cepat. Tapi aku terlalu banyak pikiran untuk mengurusi hal seperti itu.<br />
<br />
Tidak ada teman yang mengajakku berbicara ataupun menyapaku hingga pulang sekolah.<br />
__________________________________________________ ______________________<br />
<br />
Aku sampai didepan rumah...dalam keadaan lelah, sedih, bingung, sakit hati.<br />
Kubuka gerbang depan rumah dengan malas. Motor kuparkir seenaknya.<br />
Aku menghela nafas ketika sudah berada di dalam rumah. Pikiranku kacau dan aku segera menuju ke kamar.<br />
<br />
Setelah berganti baju, aku tiduran di kasur, mencoba memperbaiki pikiranku yang kusut. Di dalam pikiranku hanya terbayang Ira, perasaan bercampur aduk antara rindu, sedih, sakit, marah. <br />
<br />
Kepalaku serasa berputar, berbagai macam suara masuk kedalam telingaku, musik dangdut tetangga sebelah kiri, musik heavy metal tetangga sebelah kanan, bunyi bel pintu rumah, suara TV di ruang keluarga dan banyak suara lain bercampur menjadi satu.<br />
<br />
Aku memutuskan untuk bangun dan minum. Mungkin segelas air dingin dapat menenangkanku. Aku terhuyung-huyung berjalan menuju dapur, kuambil dan kuminum segelas air dingin. Lalu aku berjalan kembali ke kamar. Aku kembali berhalusinasi, samar-samar kucium wangi parfum yang biasa dipakai Ira. <br />
<br />
”Shit! Shit!! Stop Rif…jangan halusinasi lagi!” kataku kepada diri sendiri<br />
<br />
Kututup pintu kamar dengan sepelan mungkin dan kusandarkan kepalaku pada daun pintu. Kupejamkan mataku, mencoba untuk bertahan walaupun hatiku terasa sakit.<br />
<br />
Tiba-tiba sepasang lengan memelukku dengan lembut dari belakang. Aku terhenyak dari lamunanku dan langsung berbalik. <br />
<br />
Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat, Ira. Kepalanya tertunduk dalam.<br />
<br />
”I…Ira?” tanyaku dengan tergagap<br />
<br />
”Maaf…maafin aku Rif…”<br />
<br />
”Ngapain kamu disini? Kapan kamu masuk?”<br />
<br />
Ira terdiam sejenak, ia tidak menjawab pertanyaanku. Kemudian dia mengangkat wajahnya dan menatapku.<br />
Aku melihat matanya yang teduh itu mulai digenangi air mata. Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam hatiku.<br />
<br />
”Ijinin aku jelasin semuanya Rif…”<br />
<br />
Aku hanya diam<br />
<br />
“Aku...kemarin…cowok yang waktu itu bukan siapa-siapa Rif” <br />
<br />
”Oh ya? Terus?” emosiku mulai naik<br />
<br />
”Dia…dia…kenalanku…dia jualan barang-barang BM” Ira menunduk<br />
<br />
”Ooh…terus kamu pacari biar dapet barang-barang murah gitu?” <br />
<br />
”Bukan!” sergahnya cepat-cepat, ia kembali menatapku mencari secercah rasa percaya dimataku<br />
<br />
”Aku…dia emang suka sama aku udah lama…” lanjutnya<br />
<br />
”Hoho! Ngaku juga kamu? Udah deh, gausah berbelit-belit…to the point aja!” ujarku sinis<br />
<br />
”A…aku mau beli HP yang bagus tapi murah…tapi aku bingung soalnya budgetku terbatas…” ucapnya pelan<br />
<br />
”Jadi kamu jual diri gitu cuma buat beli HP?” tanyaku tidak percaya<br />
<br />
Ia menggelengkan kepalanya pelan<br />
<br />
”Bu…bukan…aku mau beli HP itu buat…buat…” Ira mulai menangis<br />
<br />
”Buat siapa? Perasaan tiap orang di keluargamu punya HP deh…ooh…aku tau! Buat cowok lain lagi? Iya?” tanyaku semakin tidak percaya<br />
<br />
”A…aku…beli…bu…buat….kamu….” tangisnya pecah<br />
<br />
Aku kaget setengah mati. Rasanya seperti petir di siang bolong.<br />
<br />
”Buat…aku?” <br />
<br />
”Iya…aku tau HP mu yang satu rusak…jadi aku mau beliin yang baru buat kamu…”<br />
<br />
”Hah?” aku melongo<br />
<br />
“Dia kira…aku kasih harapan ke dia…padahal aku udah bilang Rif…aku udah bilang kalo aku ga ada rasa sama dia…aku..aku juga udah ngasi tau tujuanku deket sama dia…tapi dia ga mau tau…” ucapnya disela-sela tangisannya.<br />
<br />
Aku diam saja…sakit, sedih, kecewa, semuanya bercampur.<br />
<br />
”Aku tau caraku salah….maafin aku Rif….maafin aku….!” jeritnya, ia memelukku sambil menangis <br />
<br />
Aku melepaskan Ira dari pelukanku dan menyeka air matanya…<br />
<br />
”Kamu tau darimana HP ku yang satunya rusak?” ucapku pelan, aku masih was-was<br />
<br />
”Waktu itu…waktu kamu kerumahku…aku liat casing HP mu yang satunya…”<br />
<br />
”Terus?”<br />
<br />
”Aku tau kamu nggak mungkin nglepas casing HP yang kamu sayang banget kayak gitu, kecuali rusak…”<br />
<br />
”Hah?” aku melongo (lagi), takjub akan kemampuan analisisnya. Memang apa yang dikatakannya semua benar.<br />
<br />
”Ah…aku…” aku speechless. Benar-benar nggak tahu harus berkata apa.<br />
<br />
”Oh iya, waktu itu, aku liat kamu bawa bungkusan roti. Buat apa?” tanyaku menyelidik<br />
<br />
”Itu…roti di toko itu katanya enak…aku beli terus kubawa pulang…niatnya aku mau bikinin kamu roti kayak gitu…”<br />
<br />
Hekh! Rasanya aku sudah melakukan suatu kesalahan besar. Seharusnya aku nggak mencurigai Ira kayak gini. Nggak mungkin cewek sebaik Ira selingkuh.<br />
<br />
”Aku….” kata-kataku macet di tenggorokan<br />
<br />
”Hmm?” Ira menatap mataku<br />
<br />
”Aku…minta maaf….nggak seharusnya aku curiga sama kamu….” aku tertunduk tidak mampu membalas tatapan matanya, pipiku terasa panas<br />
<br />
Ira tersenyum dan air matanya mengalir lagi<br />
<br />
”Ah? Eh? Kenapa nangis lagi?” tanyaku panik<br />
<br />
”Nggak apa-apa Rif…” ia memelukku dengan erat<br />
<br />
Kemudian aku mencium bibirnya lembut dengan cukup lama. Kami berdua sama-sama terhanyut dalam perasaan kami masing-masing.<br />
<br />
Kucium lehernya. Air matanya mengalir lebih deras, namun Ira tersenyum.<br />
<br />
”Rif, aku sayang kamu….” bisiknya di telingaku<br />
<br />
“Aku juga sayang banget sama kamu…” jawabku sambil melepas kancing kemejanya satu persatu<br />
<br />
Kulihat Ira hanya memejamkan mata, tapi entah kenapa ia masih menangis.<br />
Kudorong lembut tubuhnya hingga tiduran telentang di kasurku dan aku mengambil posisi menindih tubuhnya. Setelah kulepas kemejanya, ternyata ia menggunakan tank-top berwarna pink. <br />
<br />
Aku menelan ludah, ‘adik’ku terasa ngilu karena baru pertama kali melihat Ira mengenakan tank-top seperti ini. Tank-top itu memperlihatkan belahan dadanya yang sangat merangsang, buah dada yang putih bersih dan kenyal.<br />
<br />
”Iraaaa….” erangku tidak tahan<br />
<br />
Kuremas-remas buah dadanya dengan penuh nafsu kemudian kulepas tank-top nya. Segera saja kujilat dan kukulum putingnya yang berwarna pink. Kulirik Ira, ia masih menangis dan memejamkan mata.<br />
<br />
“Ukhh….” erangnya tertahan<br />
<br />
Dengan tidak sabar, kulepas celana jeansnya dan juga celana pendekku. Tanpa basa-basi, kulepas celana dalamnya dan kuarahkan penisku ke arah vaginanya.<br />
<br />
Aku tidak mau ambil repot foreplay. Sekali-sekali langsungan aja gitu. Aku berhenti sebentar dan memperhatikan Ira dari atas ke bawah. Penampilannya begitu menggairahkan, ia telanjang di hadapanku dan masih menangis.<br />
<br />
Tanpa pikir panjang, kumasukkan ‘adik’ku kedalam vaginanya. Kutatap Ira, ia menggigit bibir bawahnya. Sepertinya ia merasa sakit.<br />
<br />
”Sakit ya Ra?”<br />
<br />
”Hm-mh…sedikit…” matanya masih terpejam<br />
<br />
Kugenjot vaginanya dengan penuh nafsu. Ira yang awalnya hanya diam saja kini mulai bersuara<br />
<br />
”Mmmmhh….hhh….hhh….uuuhh…” desahnya lemah<br />
<br />
”Cih!” umpatku dengan agak keras<br />
<br />
Ira membuka matanya sedikit dan bertanya,<br />
”Kenapa Rif?”<br />
<br />
”Nggak papa…kamu ngrangsang banget…nggak kuat…”<br />
<br />
Ia menjawab dengan senyum nakalnya. Setelah beberapa menit bermain, Ira minta ganti posisi. Doggy-style.<br />
<br />
”Rif, ganti posisi dong…”<br />
<br />
”Oh? Mau apa?”<br />
<br />
”Doggy-style…hehehe…” jawabnya sambil terkekeh<br />
<br />
”Ih…liar juga kamu yah? Hahaha” aku tergelak<br />
<br />
Kemudian kami berganti posisi. Kuarahkan penisku ke vaginanya.<br />
<br />
”Siaaaapp??” tanyaku<br />
<br />
”Siaap…kapan aja sayang…” senyumnya<br />
<br />
Dengan gerakan tiba-tiba, agak kasar, kusentakkan penisku kedalam vaginanya.<br />
Tubuhnya mengejang, setelah kugenjot beberapa kali, Ira mulai melenguh.<br />
<br />
”Uuuuuhhh…..oooohhh…….”<br />
<br />
”Enak?” tanyaku<br />
<br />
”Enaaaakk…Riiiffff….aaaahhh….disitu….aaahhhh… .” racaunya<br />
<br />
Kupercepat genjotanku hingga semua penisku tertelan vaginanya.<br />
<br />
”Iyyaaaaaahhh!! Aaaaawww….awwwwhh….mmmhhh….oooohh…” desahanya mulai berubah menjadi jeritan.<br />
<br />
”Eeh…eeh…! Ssstt….jangan keras-keras” bisikku<br />
<br />
”Maaafffhhh…..aaaahhh….aassshhh…..eenaaaakkkhh….aa aahhh…” desahnya pelan<br />
<br />
Tiba-tiba kurasakan vaginanya meremas penisku dengan kuat. Ira orgasme dengan jeritan tanpa suara, kemudian ia tersungkur di kasur. Tubuhnya basah oleh keringat. <br />
<br />
Kuubah gaya menjadi gaya konvensional lagi supaya aku bisa melihat wajahnya yang merasakan kenikmatan itu. Sekitar 10 menit kemudian, penisku berdenyut-denyut. Ira merasakan hal itu dan mencoba mendorong tubuhku menjauh.<br />
<br />
”Jangan….di…dalem…Rif…” ujarnya patah-patah<br />
<br />
Kedua telapak tangannya mendorong dadaku tanpa tenaga. Aku tidak menjawab. Kucabut penisku dan kuarahkan ke mulutnya.<br />
<br />
”Jilatin Ra, isep…uuuhh” erangku<br />
<br />
Dengan patuh Ira memasukkan penisku kedalam mulutnya. Tanpa persetujuannya, kupompa penisku didalam mulutnya. Spontan Ira kelabakan, matanya terbelalak ketika penisku masuk hingga kedalam kerongkongannya. <br />
<br />
”Nggghh!! Mmmmmhhhh!!!” Ira protes dan berusaha mengeluarkan penisku dari mulutnya. <br />
<br />
Tapi ia sudah lemas karena orgasme, jadi yang ia lakukan hanyalah menempelkan telapak tangannya di selangkanganku.<br />
<br />
Beberapa detik kemudian aku sampai pada batasku, kusemprotkan spermaku didalam mulutnya disertai perasaan nikmat yang amat sangat.<br />
<br />
Crooott….!!<br />
<br />
Ira hanya terpejam pasrah ketika mulutnya dipenuhi oleh spermaku. Kukira ia akan segera memuntahkannya, tetapi ternyata ia berusaha menelannya dengan susah payah lalu menjilati penisku sampai bersih. Wajahnya tampak menderita. Kubiarkan penisku mengecil di dalam mulutnya.<br />
<br />
”Kamu telan semua?” tanyaku sambil mencabut penisku dari mulutnya<br />
<br />
”Hm-mh…ga ada cara lain..” ia berusaha tersenyum<br />
<br />
”Uff…maaf yaa….”<br />
<br />
”Nggak apa-apa…anggap aja itu hukuman dari kamu…” <br />
<br />
Aku tersenyum. Kemudian aku mendekatkan wajahku ke vaginanya dan mulai kujilati klitorisnya. Ira kembali melenguh.<br />
<br />
”Uugghh…..udahan Rif…aaaahhh…”<br />
<br />
Tapi aku tidak peduli. Kujilati vaginanya dengan buas dan kuremas-remas kedua buah dadanya. Kedua tangannya menekan kepalaku, berusaha memasukkan lidahku jauh lebih dalam kedalam vaginanya. Beberapa menit aku terus menjilat, mengisap, menggigit kecil.<br />
<br />
”Aku….keluaaaaar…..” erangnya. <br />
Seketika itu juga tubuhnya menegang dan ia menjambak rambutku dengan kuat.<br />
<br />
Cairan orgasmenya memenuhi mulutku. Kali ini aku yang bersusah payah menelan. <br />
Kemudian Ira terkulai lemas, tersengal-sengal. Aku pun membaringkan diri disampingnya, lumayan lelah. Kupalingkan wajahku kearahnya, memang dia kelihatan sudah sangat lelah, Ira tidak mungkin sanggup melanjutkan permainan lebih jauh. Ketika pandanganku agak turun kebawah, aku melihat buah dadanya yang menantang itu, bersih tanpa cacat dan kencang berisi dan saat itu pula nafsuku naik kembali.<br />
<br />
Penisku berdiri kembali dengan tegak. Ira melirik kearah penisku, namun aku pura-pura tidak tahu dan memalingkan tatapanku ke langit-langit. Semenit….dua menit…berlalu dalam kesunyian hingga akhirnya Ira membuatku kaget. Ia bangun dengan terhuyung-huyung, ia terlihat sangat lemas. Ia menaiki tubuhku dan tangannya yang gemetar hebat menggenggam penisku dan kemudian memasukkannya kedalam vaginanya dalam posisi woman on top, lalu ia mulai menggerakkan pinggulnya naik-turun. <br />
<br />
”Ra? Hei…hei…kenapa kamu? Nggak biasanya…kalo capek ya udah…ngga usah diterusin…” ujarku cepat-cepat. Ira hanya menjawab dengan senyum lemah, matanya sangat sayu.<br />
<br />
5 menit berlalu. Tak ada lagi desahan, Ira hanya memejamkan mata dan tersengal-sengal. Aku tidak tega melihatnya, okelah kalau dia ingin kenikmatan, tapi bukan begini caranya! Gerakannya semakin liar. Ketika aku hendak menghentikannya, mendadak Ira tercekat.<br />
<br />
”Uuuuunnngggghhhh…..aaaaaahhh….aaaahhh….!!” matanya terbelalak dan vaginanya mencengkeram penisku dengan sangat kuat. Aku merasakan penisku seperti disiram sesuatu yang hangat dalam jumlah banyak.<br />
<br />
Belakangan aku tahu ternyata Ira mengalami orgasme yang jauh lebih dahsyat daripada yang sebelumnya..<br />
<br />
”Maaf…Riif…aku…udah sampe…batasnya….”<br />
<br />
”Ra?! Kamu kenapa hey?!!” aku berteriak panik sambil memegang kedua lengannya.<br />
<br />
”Udah…nggak…sanggup..aku…cuma bisa…ngasih…ini. Hap…py…birth…day….” Ira terkulai di atas tubuhku.<br />
<br />
Ira tergeletak dipelukanku. Awalnya aku khawatir, tetapi setelah kuperiksa, ternyata ia hanya pingsan karena kelelahan. Kok bisa?? Dasar Ira memang aneh... <br />
"Happy birthday?" ,aku berusaha mencerna kata-katanya dan saat itu juga aku sadar kalau hari ini aku berulang tahun. <br />
Aku benar-benar lupa, mungkin karena stress gara-gara masalahku dengan Ira sebelum ini.<br />
Sebuah kado yang aneh dan agak tidak masuk akal memang, tapi itulah Ira, selalu memberi kejutan-kejutan kecil dalam hidupku. <br />
<br />
Kubiarkan ia tidur dipelukanku, penisku yang masih tegak masih menancap di vaginanya. Ku set AC pada suhu terdingin, kutarik selimut tebal untuk menutupi tubuh kami berdua. Hujan pun turun dengan lebat, membuat suhu di kamar menjadi turun beberapa derajat dari yang seharusnya.<br />
<br />
Malam itu, kami tidur berdua…lagi.</div>
<div class="MsoNormal">
Esok paginya aku terbangun lebih dulu dan ketika menengok ke samping, kulihat Ira sedang tidur dengan menggunakan lengan kiriku sebagai bantal. Wajahnya terlihat begitu damai dan tidurnya lelap sekali sepertinya karena kelelahan gara-gara tadi malam.<br />
<br />
Aku tersenyum. Aku sempat tidak percaya, bagaimana mungkin seorang cewek seperti Ira yang punya segala-galanya, pintar, baik hati, cantik, dan masih banyak lagi kelebihannya mau berpacaran dengan cowok seperti aku. Aku termangu sejenak. Kemudian kubelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Ira malah merapatkan tubuhnya kearahku dan memeluk tubuhku. Lenganku bersenggolan dengan buah dadanya yang lumayan besar itu, maka tanpa ba-bi-bu penisku langsung berdiri tegak.<br />
<br />
<br />
Kuperhatikan sejenak, rupanya dia tidak terbangun. Muncullah ide nakal di benakku. Kubaringkan Ira telentang dan kunaiki tubuhnya. Aku menahan kedua lengannya. Ia masih saja terlelap. Kuarahkan penisku dan pelan-pelan kumasukkan kedalam vaginanya yang memang tidak ditutupi apapun kecuali selimut yang menutupi tubuh kami berdua.<br />
<br />
Karena tidak melakukan foreplay lebih dulu, maka penisku terasa sulit masuk kedalam vaginanya. Kutekan pinggulku lebih kuat dan blesss….akhirnya penisku masuk seluruhnya. Kupompa sekali, dua kali, dan tiba-tiba Ira terbangun. Sekejap saja ia meronta-ronta dan berontak, namun kedua tanganku sudah menahan lengannya sehingga ia tidak bisa apa-apa.<br />
<br />
Setelah melihat wajahku, gerakannya melemah dan akhirnya Ira berhenti berontak sama sekali.<br />
<br />
“Ooh…kamu Rif…jangan bikin kaget dong…tiba-tiba masukkin ‘adik’ kamu ke ‘itu’ku. Pas aku lagi tidur lagi…ckck” decaknya<br />
<br />
“Hehehe…gimana yah….nggak tahan sih” kataku sambil tertawa<br />
<br />
“Hehehe…yaudah deh sayang, kita nikmatin aja yuk…” Ira tersenyum lalu menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan, mengikuti gerakanku. <br />
<br />
Nafsuku terbakar seketika melihat responnya. Kupompa vaginanya dengan liar.<br />
<br />
“Uuukkhh….uuuuhhh….pelan-pelan dong Rif! Awww…!” protesnya<br />
<br />
Aku tersadar, kuperlambat gerakkanku supaya Ira juga dapat menikmati.<br />
Hanya beberapa menit kemudian tubuhnya sudah dibasahi keringat. Sprei tempat tidurku kusut dan berantakan gara-gara ditarik-tarik oleh Ira.<br />
<br />
“Uuuuffhhh…..hhhh…..hhhh…..ooohhh Riiifff….ooohhh….” desahannya berubah liar<br />
<br />
Kumasukkan penisku dalam-dalam hingga mentok. Aku tidak berminat untuk berbicara ataupun mendesah. Yang aku inginkan adalah melihat wajah Ira yang sedang orgasme, maka aku berkonsentrasi untuk membuatnya orgasme daripada mencari kenikmatan untuk diriku sendiri.<br />
<br />
“Eeekkhh….aaahh….ahhh…aahhhh….” Ira mengerang dengan begitu merangsang.<br />
<br />
“Udah mau sampe belum?”<br />
<br />
“Hm-mh….sebentar…eehhh….lagi…aaahhh….aahhh…” nafasnya putus-putus<br />
<br />
“Aku cepetin lagi ya?” tanyaku sambil mempercepat genjotanku. Ira kelojotan ketika penisku masuk sangat dalam.<br />
<br />
“Iyaaahh….cepetin Riff….oooohhh….iyaaa….gituu….mmmhhh….enaaak Riifff…ooohh…” racaunya<br />
<br />
Beberapa menit kemudian gerakan tubuhnya semakin liar. Tangannya menggapai-gapai sekelilingnya seperti orang kehabisan nafas. Kedua kakinya menahan pinggulku supaya aku tidak mencabut penisku. <br />
<br />
“Sudah hampir…” pikirku<br />
<br />
“Aaaaahhhhhhhhh!!!!” Ira menggigit bibir bawahnya dan melenguh keras, tubuhnya menegang, kakinya menekan pinggulku dengan kuat sementara vaginanya meremas-remas penisku. Aku merasa penisku seperti disiram sesuatu yang hangat.<br />
<br />
“Mengawali hari ini dengan orgasme. Gimana rasanya? Hehehe” candaku sambil tetap memompa vaginanya.<br />
<br />
“Hhh….hhh…hhh…eksotis…” Ira tersenyum sambil memejamkan mata dan mengatur nafas.<br />
<br />
“Hhahaha…puas nggak?” aku tergelak mendengar jawabannya<br />
<br />
“Puas Rif, puas. Hehehe…pagi-pagi aku udah dikerjain…kamu nakal ya!” jawabnya sambil menepuk kepalaku dengan lembut.<br />
<br />
Kukecup bibirnya kemudian kutarik penisku yang masih tegak. Bagiku sudah cukup melihat Ira orgasme, kalau masalah nafsu urutan kedua, yang penting ketika Ira terpuaskan, sebagian nafsuku juga terpuaskan. Dasar aneh.<br />
<br />
Melihat hal ini, Ira bertanya dengan heran, “Lho? Udahan?”<br />
<br />
“Iya. Udahan. Kenapa?” aku balik bertanya<br />
<br />
“Kamu nggak…mmm…keluar?” tanyanya hati-hati<br />
<br />
Aku terbahak melihat ekspresi wajahnya, <br />
“Hahahaha…aku nggak ada kelainan! Aku cuma pengen liat kamu keluar aja kok!”<br />
<br />
Ira menatapku dengan heran.<br />
”Loh? Tumben? Biasanya kamu ngeluarin didalem…” ucapnya tersipu<br />
<br />
”Nggak deh kali ini. Cukup gini aja. Apa mau lanjut? Hehehe” aku menggoda Ira<br />
<br />
”Mmm…nggak deh…maaf ya…aku udah capek…lemes nih.” ujarnya lirih<br />
<br />
Aku tidak memaksa. Ira bangun kemudian duduk disampingku dan menyandarkan tubuhnya ke dadaku.<br />
<br />
”Dingin Riff…mmmhhh…” katanya sambil memeluk tubuhku<br />
<br />
”Uh…aku lho ngerasa panas…hehehe” aku terkekeh<br />
<br />
Ira tersenyum mendengar jawabanku. Ia merapatkan tubuhnya kearahku.<br />
<br />
”Rif…aku sayang kamu…”<br />
<br />
“Hei, emang kamu pikir aku nggak sayang kamu?” aku mencubit pipinya<br />
<br />
”Ah masa sih?” candanya<br />
<br />
”Eh Ra, kamu tau nggak?” tanyaku memancing-mancing<br />
<br />
”Ya nggak lah bego! Kamu aja belom ngasi tau aku! Hahaha” kali ini dia mengelus-elus pipiku dengan lembut<br />
<br />
“Hahaha iya juga ya! Kamu tu cewek yang paling sempurna tau nggak?”<br />
<br />
”Nggak dong, masi banyak cewek lain yang jauh lebih baik dari aku…” Ira tertunduk, ia merendahkan diri<br />
<br />
”Hei hei…percaya deh sama aku…aku nggak peduli kalo ada cewek yang lebih dari kamu atau apa, tapi dengan keadaanmu sekarang, dengan tiap kekurangan dan kelebihanmu, cuma kamu Ra cewek yang bagiku paling sempurna!” aku meyakinkannya<br />
<br />
“Ah…nggak gitu juga kali…” Ira tersipu<br />
<br />
Ira kembali tersenyum. Kami berpelukan cukup lama. Rasanya hangat, aku benar-benar bahagia bisa memiliki cewek seperti dia. Aku hampir menangis karena begitu bahagia <br />
<br />
Aku melirik jam dinding kemudian berkata kepadanya,<br />
”Udah jam setengah enam tuh…mandi gih, berangkat sekolah”<br />
<br />
”Kamu aja duluan…”<br />
<br />
”Aku kan nggak sekolah…ga ada pelajaran, ngapain berangkat ? Hehehe” aku terkekeh<br />
<br />
”Ah nggak asik ah…” ujarnya sambil mencubit perutku<br />
<br />
”Ih…kamu yaaa!” ucapku gemas sambil mencium lehernya<br />
<br />
Ira mendorong wajahku menjauh dan tertawa,<br />
”Ahhh…jangan mulai lagi deh…hahahaha…iyaa iyaa…aku mandi”<br />
<br />
Ira bangkit dan berjalan dengan tenang ke arah lemari kemudian mengambil handuk. Aku menatap tubuhnya yang mulus dari atas kebawah. Ia sadar kalau ia sedang dipandangi, maka Ira agak menutupi tubuhnya sambil tersipu.<br />
<br />
“Jangan ngeliatin kayak gitu dong….”<br />
<br />
”Gimana nggak ngeliatin, sayang? Kamu seksi banget…” aku memujinya<br />
<br />
”Ah gombal…” Ira tersenyum kemudian berjalan kearah kamar mandi.<br />
<br />
“Oh iya Ra…”<br />
<br />
”Hmm?” dia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arahku<br />
<br />
”Mau….mmm…” aku bingung mau mengatakannya<br />
<br />
”Apaan? Mandi bareng? Hehehhee” tebaknya asal<br />
<br />
”Bolehkah?” aku bertanya penuh harap<br />
<br />
Setelah menatapku agak lama, Ira mengangguk dan tersenyum<br />
”Ayo masuk…!”<br />
<br />
Di kamar mandi penisku benar-benar keras dan menegang. Ira sadar akan hal ini, namun dia hanya tersenyum. Aku salah tingkah.<br />
<br />
”Iraa…aku pengen…” aku sengaja merengek seperti anak kecil<br />
<br />
”Hahaha…udah hampir jam masuk sekolah Rif…” Ira tertawa kecil<br />
<br />
”Ya udah…aku ngocok sendiri deh…tapi aku sambil jilatin mem*k kamu ya?” pintaku<br />
<br />
”Loh? Kok gitu?” dia terheran-heran<br />
<br />
”Iya kan aku jadi nafsu banget kalo liat kamu ndesah gitu…hahahaha” aku tertawa<br />
<br />
“Ah..aku nggak ngerti…hahaha…tapi ya udah…jangan lama-lama ya” <br />
Ira duduk di pinggiran bath-tub dan melebarkan kakinya sehingga vaginanya kini terpampang .<br />
<br />
“Anjing!” aku memaki keras sekali. Penisku nyut-nyutan melihat vagina Ira yang begitu mulus dan bersih, tanpa ada jemb*t sedikitpun.<br />
<br />
”Eh, eh, eh! Kamu kok ngomongnya gitu sih?!”<br />
Ira protes sambil merapatkan kembali kakinya, wajahnya tampak tidak senang.<br />
<br />
”Eh yaaahh…jangan ditutup gitu dong…”<br />
<br />
“Nggak. Kamu nggak boleh ngomong kasar kayak gitu lagi!” ucapnya tegas<br />
<br />
”I..iya…maaf…nggak kuulangi lagi ”<br />
<br />
”Janji?”<br />
<br />
”Iya..janji”<br />
<br />
Setelah itu Ira kembali membuka kakinya. Dengan ganas kujilati pahanya yang mulus itu. Benar-benar bersih dan halus tanpa noda atau cacat sedikitpun.<br />
Ira merintih-rintih ketika lidahku sampai dibibir vaginanya. Aku menusukkan lidahku dengan liar kedalam vaginanya.<br />
<br />
”Aaaaaaahhhhhh!!! Uuuukkhh….uuuuhhh….” ia menjerit dan mendesah<br />
<br />
”Kyaaa! Hmmmmff….hhhh…uuuaaahh…”<br />
Ira berteriak dan mengerang ketika klitorisnya kugigit dengan pelan.<br />
<br />
“Terusin Riff…oooh…yeah…that’s right baby…ooohh….ooohhhh…jilatin terus…aaahhhnn….disitu…ooohhh…mmmhhh” ia benar-benar lepas kontrol<br />
<br />
Hanya dalam beberapa menit, karena Ira sudah horny dan posisi kakinya mendukung, segera saja ia mengalami orgasme. Pahanya yang halus itu menjepit kepalaku dan tangannya mendorong kepalaku dari belakang agar lidahku bisa masuk lebih dalam.<br />
<br />
“Aaaaaarrrggghhhh…..!!” ia mengerang penuh kenikmatan ketika akhirnya ia orgasme<br />
<br />
Ira mengerahkan sisa-sisa tenaganya untuk beringsut ke sisi lain bath-tub dimana ia kemudian bersandar pada dinding kamar mandi. Nafasnya terengah-engah, keringatnya bercucuran dan di bibirnya tersirat senyum kepuasan.<br />
<br />
”Uuuuh….” Aku bersusah payah menahan nafsu yang menggelora.<br />
<br />
Tiba-tiba Ira bangkit dan berlutut dihadapanku. <br />
Ia mengusap-usap penisku dan berkata, “Kalo aku bisa bantu kamu nenangin adik kamu ini, kita berhenti yaa? Kalo dilanjut, ntar aku bisa telat Rif” <br />
<br />
Tanpa banyak cing-cong, Ira membenamkan penisku kedalam mulutnya. Ia mengurut penisku dengan menggunakan mulutnya, dan didalam, lidahnya membelit-belit penisku.<br />
<br />
Aku berusaha mendesah, tapi tidak keluar suara apapun dari mulutku. Yang dapat kulakukan adalah duduk di pinggiran bath-tub dengan wajah memandangi lampu kamar mandi. Rasanya seperti disurga. <br />
<br />
Ira benar-benar sudah professional dalam blow-job, bukan karena dia sering melakukan blow-job, tetapi semata-mata karena Ira adalah cewek yang pintar dan cepat belajar, ia cepat hafal tempat-tempat yang paling merangsangku.<br />
<br />
Kalau soal blow-job, bisa dipastikan hanya sekitar 3 menit ‘adik’ku pasti muntah. Dan memang ini yang terjadi. Penisku rasanya berdenyut-denyut dan lututku lemas. Sedetik kemudian spermaku muncrat dengan deras di dalam mulutnya. Namun sayang, Ira masih belum bisa memperkirakan kapan keluarnya spermaku sehingga ia tersedak dan terbatuk-batuk.<br />
<br />
”Ah! Maaf Ra maaf…!” kataku sambil menepuk-nepuk punggungnya berharap hal itu dapat membuatnya merasa baikan<br />
<br />
”Uhuk! Uhuk! I..iya…uhuk!! Nggak apa-apa…” Ira berusaha tersenyum<br />
<br />
”Kamu keluar yaa? Aku mau mandi dulu…hehehe” lanjutnya sambil menjilat bibirnya yang berleleran sperma. <br />
<br />
Aku pun menurut dan melangkahkan kaki keluar kamar mandi. Setelah Ira selesai mandi, dan akupun telah bersiap-siap, kami berangkat kerumah Ira untuk mengambil seragam yang tidak dibawanya. Keherananku terjawab ketika kami sudah diluar rumah, ternyata kedua orang tuaku ada tugas mendadak di luar kota dan berangkat kemarin, tepat ketika Ira datang tanpa berpamitan kepadaku. <br />
<br />
Kami sampai di depan rumah Ira, ketika orang tuanya hendak berangkat kerja naik mobil. <br />
Ira nyelonong masuk setelah mengucapkan selamat pagi.<br />
<br />
"Oohh...Arif, Ira tadi malem dari mana sih?" tanya Ibunya<br />
<br />
"Eehh...eemmm....dari..." aku tergagap, takut dan bingung mau menjawab.<br />
<br />
"Hayoo...habis dari mana nih??" Ibunya semakin menggodaku<br />
<br />
"Ira tadi malem nginap dirumahnya Arif Ma, Pa...kan udah bilang kemarin..." Ira keluar, telah berganti seragam osis dan langsung memutus percakapan kami<br />
<br />
"Hah?? Gile ni anak!! Terus terang amat?!" pikirku<br />
<br />
"Iya...nginap sih nginap...tapi nggak ngapa-ngapain Ira kan kamu?" tanya Ayah Ira dengan penuh selidik<br />
<br />
"Ng..nggak dong Oom...haha...emang...emang mau ngapain? Hahaha..." aku semakin gugup<br />
<br />
"Hahahahaha!! Ya kirain ngapaaaaiiinn gittuuuu....!" goda sang Ibu<br />
<br />
"Nggak dong tante...hahaha..."<br />
<i>"Anjrit! Udah sono cepetan pergi! Ntar ketauan aku sering ML sama Ira bisa mampus!!</i><br />
<br />
"Udah deh Mah, Pah, nggak usah khawatir berlebihan dong...sono berangkat" Ira tersenyum kepada orang tuanya<br />
<br />
"Yaudah deh, Arif, Ira, Mama Papa berangkat dulu yaa" mereka melambaikan tangan<br />
<br />
Brrrmmmm.....Mercedes itu pun melaju dengan mulus menjauhi kami.<br />
Aku menstarter motorku. <br />
Ketika Ira duduk dibelakangku, aku bertanya sambil berbisik<br />
<br />
"What the hell was that?!"<br />
<br />
Ira tersenyum...<br />
----------------<br />
Aku sampai di SMA tempat Ira bersekolah kira-kira pukul 06.45 AM.<br />
Ternyata sekolahnya sudah cukup ramai oleh anak-anak. Aku berhenti di gerbang sekolah dan Ira turun disitu.<br />
<br />
“Aku sekolah dulu ya Rif” pamitnya<br />
<br />
“Iya…belajar yang pinter ya…oh iya, ada ulangan nggak?” tanyaku<br />
<br />
“Mmm…ada…ulangan metematika…hehehe”<br />
<br />
“Ya udah. Sukses yaa…ayo kamu bisa dapet 100” kataku menyemangatinya <br />
<br />
Ira mengiyakan. Ketika ia berbalik dan hendak pergi, aku menarik tangannya.<br />
<br />
“Hei…kok ngeloyor gitu aja?” aku tersenyum<br />
<br />
“Uhh…masa disini sih?” tanyanya ragu-ragu<br />
<br />
Setelah menengok ke kanan kiri, Ira mengecup bibirku dengan cepat. <br />
<br />
“Makasih ya Rif” ia tersenyum dan berbalik kemudian masuk kedalam sekolah<br />
<br />
Aku tersenyum memandanginya masuk kedalam sekolah. Ira sesekali menoleh ke arahku dan melambaikan tangan. Aku memutuskan untuk pulang. Hatiku dipenuhi kebahagiaan sehingga ketika perjalanan pulang aku tersenyum kepada siapa saja yang kutemui.<br />
<br />
Namun aku tidak menyadari, bahwa kebahagiaanku ini tidak akan bertahan lama…dan itu terbukti beberapa hari kemudian.</div>
<div class="MsoNormal">
3 hari kemudian…<br />
SMA tempat Ira sekolah. 10:25 AM<br />
<br />
“Ayolah Ra…apa sih susahnya buat kamu?” cowok itu memaksa<br />
<br />
”Nggak. Aku nggak bisa.” Ira menggeleng tegas<br />
<br />
Cowok itu uring-uringan dan kemudian meninggalkan Ira ketika melihat aku and the gank berjalan kearah mereka.<br />
<br />
”Kenapa sayang?” tanyaku<br />
<br />
“Dia nembak aku barusan…haha” Ira tersenyum pahit<br />
<br />
”Oh…” aku berusaha terdengar seperti tidak tertarik, walaupun dadaku rasanya ngilu<br />
<br />
“Aku tolak dia kok…lagian aku juga nggak ada rasa sama dia…”<br />
<br />
Aku mengenal Ira sejak beberapa bulan lalu kami jadian. Dan memang kuakui, selama ia berpacaran denganku bahkan hingga detik ini sudah ratusan sms dan telepon yang masuk ke handphone nya 95% adalah sms pedekate dan ngajak kenalan. Tapi aku tidak mempedulikan hal itu karena aku percaya sepenuhnya kepada Ira dan juga karena Ira tidak pernah membalas atau merespon sms dan telepon yang masuk itu.<br />
<br />
”Rif? Kamu nggak percaya sama aku?” ia bertanya dengan hati-hati<br />
<br />
”Ah…percaya kok” aku menjawab singkat walaupun hatiku berkata lain.<br />
Aku menerawang ke langit, mencoba mengalihkan perhatianku.<br />
<br />
Teman-temanku menunggu kami dengan sabar. Tidak ada dari mereka yang berusaha menginterupsi ataupun mengganggu percakapan kami.<br />
<br />
“Rif, aku tau kamu nggak percaya sama aku. Tapi sungguh Rif, ga akan ada cowok lain selain kamu dihatiku…” ucapnya lirih<br />
<br />
Aku tersenyum mendengar kata-katanya. Ah, rupanya Ira memang benar-benar mencintaiku sepenuh hati.<br />
<br />
”Aku percaya kok Ira-ku sayang…” aku tersenyum.<br />
Kutepuk kepalanya dengan lembut.<br />
<br />
Ira menubrukku dengan keras dan memelukku. Aku merasa geli dalam hati melihat tingkahnya yang seperti anak kecil itu.<br />
<br />
”Percaya deh sama aku…AKU NGGAK AKAN PERNAH NGEKHIANATIN KAMU” kalimat itu diucapkannya dengan mantap.<br />
<br />
”Iya, aku percaya kok sayang…” kukecup bibirnya<br />
<br />
”Oooooooooooowwww!! AGAK PANAS YA KAYAKNYA GUYS?!” Setyo bersorak keras kepada teman-temanku yang lain, menggodaku. Mereka semua tertawa<br />
<br />
”Apaan sih kalian? Iri yah? Hahahahaha” aku balas mengejek<br />
<br />
”Iya nih ngeganggu aja…hehehe” Ira terkekeh kepada mereka kemudian menarik krah seragamku dan mengecup bibirku lagi.<br />
<br />
<b><i>You and I together it just feels so right</i></b><br />
<br />
Aku melepaskan pelukannya<br />
”Oh iya sayang, kita mau pada kumpul bareng neh…biasa…hehehe…kamu ikut kan?”<br />
<br />
”Mmmm…iya oke! Jam berapa?” tanya Ira<br />
<br />
”Ini langsungan pulang sekolah…kebetulan Angel dll mau nyari jaket, mereka ngajak kamu sama Dian juga…” aku mengelus pipinya<br />
<br />
”Aduhh…tapi aku musti nyerahin tugas ini dulu…mmmhh…gini aja, kalian kumpul aja dulu dirumah Angel, ntar aku nyusul bareng Dian…oke?” Ira tersenyum<br />
<br />
”Oke deh…aku tunggu ya sayang…” aku kembali mengecup bibirnya<br />
<br />
Setelah itu, aku, Setyo, Rangga dan Tama berjalan keluar kearah parkiran mobil, sementara Ira sibuk mengaduk-aduk tasnya mencari sesuatu.<br />
<br />
”Tyo, Ngga, Tam, perasaanku kok nggak enak ya?” tanyaku kepada mereka<br />
<br />
“Ah mungkin kamu kecapekan kali Rif…” sahut Rangga<br />
<br />
”Iya…kan akhir-akhir ini kamu dapet tugas berat-berat toh?” Tama menimpali<br />
<br />
Setyo hanya diam saja. Tatapannya tampak serius.<br />
<br />
”Oya, Dian mana? Tadi kok nggak keliatan?” tanyaku lagi kepada Setyo<br />
<br />
Memang Dian dan Ira sesekolah, sekelas bahkan. Mereka adalah sahabat dekat.<br />
<br />
”Lagi praktek seni Rif…aku SMS juga nggak dibales…” jawabnya murung<br />
<br />
”Oohh….” Sahutku cepat, bingung mau melanjutkan percakapan<br />
<br />
Tiba-tiba Setyo mendesis,<br />
”Jujur Rif, perasaanku juga nggak enak…”<br />
<br />
Aku tertegun…</div>
<div class="MsoNormal">
Di rumah Angel…<br />
<br />
“Aduh… mana nih si Ira sama Dian? Kok lama banget sih?” Angel mengeluh<br />
<br />
“Aku SMS nggak dibales, aku telepon nggak diangkat…aneh…!” aku mulai cemas<br />
<br />
“Aku juga gitu…pada kemana yah?” sahut Angel dan Luna hampir bersamaan<br />
<br />
”Kita susul aja yuk!” ujar Setyo sambil bangkit berdiri.<br />
<br />
Aku hanya mengangguk. Kami semua pun naik mobil Rangga dan meluncur ke sekolah Ira dan Dian. Di mobil, tidak ada yang berbicara, semuanya hanya diam…kami semua cemas. Jalanan yang kami lalui sepi dan banyak lahan-lahan tak terurus…mungkin para investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya ditanah yang letaknya tidak strategis ini.<br />
<br />
Tidak biasanya Ira tidak dapat dihubungi. Ini benar-benar aneh. <br />
Di jalan, pandanganku tertumbuk pada sebuah motor Vario biru yang diparkir dipinggir jalan dan disekitarnya ada 3 motor, yah, tau sendiri kan motor yang bunyinya berisik itu, yang biasa dipakai oleh anak-anak urakan…<br />
<br />
Sekilas tidak ada yang aneh...<br />
<br />
”Tyo! Tyo! Bukannya itu motor si Dian yah?” tanyaku kepada Setyo.<br />
<br />
”Iya! Bener! Lagi ngapain dia disini?! Ngga! Stop! Brentiin mobilnya!!” raung Setyo<br />
<br />
”This is bad…” Tama mendesis<br />
<br />
”Kenapa?” tanyaku cepat-cepat<br />
<br />
“Berdoa aja semoga aku salah” katanya cepat-cepat<br />
<br />
Kami sudah tidak ambil pusing. Karena seharusnya Ira pulang bersama Dian!<br />
Aku turun dari mobil dan berlari kearah Vario itu diikuti oleh Setyo dan yang lainnya. Knalpotnya masih hangat, berarti belum lama diparkir disini. <br />
<br />
Aku dan Setyo semakin gugup melihat dihadapan kami adalah lahan kosong yang banyak ditumbuhi semak belukar yang tingginya bisa mencapai 2 meter. Kami berdua berlari seperti kesetanan menembus lebatnya semak-semak itu hanya naluri dan insting yang kami ikuti. Rangga, Tama, Luna dan Angel susah payah mengikuti kami.<br />
<br />
Ketika sampai pada lahan yang cukup terbuka, langkahku dan Setyo terhenti. Kami tercekat, lututku terasa sangat lemas dan tanganku gemetaran. <br />
Dihadapan kami…</div>
<div class="MsoNormal">
Dian sedang dipegangi oleh seorang cowok sementara cowok lainnya tengah menggenjot vaginanya. Hal yang sama juga terjadi pada Ira. Kancing seragam mereka terbuka semua, seragamnya tampak kotor oleh tanah serta sobek disana-sini, celana dalam dan bra mereka tergeletak ditanah tak jauh dari situ. Ada 6 cowok yang tengah memperkosa pacar kami.<br />
<br />
”Aaaarrrggghhh….memek lo emang enak banget Ra! Uggghhh…!!” kata seorang cowok yang belakangan kuketahui bernama Fariz sedang memasukkan penisnya kedalam vagina Ira.<br />
<br />
”Lepasin aku! Lepasiiiinn!!” Ira menjerit-jerit dan meronta sekuat yang dia bisa. Namun Izal, cowok yang memegangi tangannya lebih kuat.<br />
<br />
“Woww…toket lo kenyal benget yaa, gede lagi. Gue jadi ngaceng lagi neh, padahal tadi udah ngecrot dimemeknya Dian. Hahahha” ujar Dinar sambil meremas kedua payudara Ira yang tidak ditutupi apapun.<br />
<br />
”Jangan sentuh aku! Jangan sentuuuhh!!!” Ira menjerit histeris<br />
<br />
“Hhahahaha…dasar pecun bego! Udah jelas kontol gue lagi didalem memek lo, lo masih bisa bilang jangan sentuh? Hahahaha!” Fariz tergelak hebat<br />
<br />
”Naah…gitu…ooohh…woy, yang ini mulutnya enak banget buat dientot!” Gilang, sedang memasukkan penisnya kemulut Dian<br />
<br />
”Mmmm…susu lo enak buat diremes-remes ya! Sayangnya lo gamau jadi pacar gue!” payudara Dian diremas dengan kasar sehingga ia melenguh kesakitan sementara penis Anton menghunjam vaginanya<br />
<br />
Fendi membuka ritsleting celananya di depan muka Ira,<br />
”Eh, daripada lo teriak-teriak gitu, mending lo emut aja kontol gue! Kan lebih bermanfaat gi—aaaaaarrrggghhh!!!” Fendi roboh kesamping.<br />
Aku memukul tengkuknya sekeras yang aku bisa. One down, five to go!<br />
<br />
Setyo sudah menarik Gilang menjauh dari Dian lalu segera terlibat baku hantam.<br />
Bajingan-bajingan itu tampak kaget melihat kami, tapi mereka tidak berhenti mempermainkan tubuh Ira dan Dian<br />
<br />
“Bangsat! Eh, lo berempat urusin mereka berdua! Gue mau nglanjutin ngentot nih pecun, ntar kalo gue udahan, terserah mau lo apain dia!” perintah Fariz kepada anak buahnya sambil menunjuk kami kemudian Ira. Ketiga cecunguk sisanya bangkit berdiri dan maju melawan kami.<br />
<br />
”Aaaaaaaaahh!!!” Ira menjerit kesakitan ketika penis milik Fariz disodokkan dengan kasar. Ia menangis, air matanya mengalir dengan deras, Ira hanya mampu memberikan perlawanan tak berarti.<br />
<br />
Singkat cerita, aku dan Setyo bergelut mati-matian melawan 4 anak SMK (sensor) yang terkenal battle-hardened dan doyan tawur itu. Disela-sela pertempuran itu, aku sempat melihat Dian yang tergeletak tak sadarkan diri di sebelah kanan Ira, darah dan lendir putih kemerahan mengalir pelan dari vaginanya, hatiku ngilu, rupanya Dian sudah digilir oleh mereka semua hingga vaginanya lecet. <br />
<br />
Aku melihat Ira yang tubuhnya masih dijadikan pemuas nafsu oleh keparat Fariz itu.<br />
<br />
”Guuh! Memek lo ngejepit kontol gue? Haahaha…pecun! Enak kan dientot sama gue?!”<br />
Tangan kirinya menahan kedua pergelangan tangan Ira dan tangan kanannya meremas-remas payudaranya dengan kasar, aku bisa melihatnya.<br />
<br />
”Nggak…nggak…lepasin aku…please…” Ira menangis tersedu-sedu. Diwajahnya tersirat penderitaan yang amat sangat.<br />
<br />
“Anjing! Lo merintah gue?! Inget, lo sekarang tu pecun!” Fariz menampar pipi kirinya (Ira) dengan keras.<br />
<br />
”Riz, aku nggak nyangka kamu bakal tega kayak gini…!” tangisnya semakin keras, pipinya memerah bekas tamparan Fariz<br />
<br />
Fariz melirik kearahku yang sedang sibuk berkelahi, mata kami bertemu<br />
”Hahahaha…salah siapa lo nolak gue dan malah jadian sama cowok cupu kaya dia!”<br />
<br />
“Arif jauh lebih baik daripada binatang kayak kamu!” Ira menghinanya. Sungguh berani, meningingat dia sedang dalam situasi seperti ini.<br />
<br />
Fariz menoleh kearahnya dan melotot.<br />
”Bangsat! Lo ngatain gue binatang?! Hhahaha…liat aja, binatang juga bisa ngehamilin lo! Nih rasain!! Nih!” Fariz menyodokkan penisnya sekasar mungkin<br />
<br />
”Aaaaaaahh!! Sakiitt!!!” Ira menjerit pilu. Hatiku hancur mendengar jeritannya itu. Jeritan yang akan menghantuiku bertahun-tahun kemudian.<br />
<br />
“Hahaha…gue hamilin lo, pecun! Biar masa depan lo ancur! Ini akibat buat cewek yang nolak gue! Ngggghhh…!!” Fariz melenguh<br />
<br />
Ira terbelalak, berusaha mati-matian mendorong tubuh Fariz menjauh.<br />
”Jangan Riz! Please jangan!! Jangan dilanjutin! Stop!!” ia menjerit-jerit putus asa.<br />
<br />
Aku bagai tersetrum listrik menyaksikannya. Aku berusaha menghindari Anton dan Izal yang sedang mengeroyokku dan berusaha berlari kearah Fariz. Baru beberapa langkah, mereka berdua sudah menghadangku lagi.<br />
<br />
”Keparat! Minggir kalian anjing!!!!” aku meraih kepala mereka berdua dan membenturkannya satu-sama lain dengan kekuatan yang bahkan aku pun tidak menduganya, namun sekarang bukan waktunya untuk tertegun. Mereka berdua tumbang, terkulai tak bergerak.<br />
<br />
Aku melanjutkan berlari kearah Fariz, tanganku terulur untuk menggapainya…<br />
<br />
<br />
Sedikit lagi….<br />
<br />
<br />
”Aaaaaaaaaaaaarrrrrrggghhhhhh!!!” Ira dan Fariz berteriak bersamaan…<br />
<br />
Satu jeritan berbeda makna, yang satu jerit kenikmatan, yang satu jerit keputus-asaan dan penyesalan. Ira menutupi wajahnya dengan tangan dan menangis histeris, sementara cairan putih kental mengalir pelan dari lubang vaginanya.<br />
<br />
Aku terlambat…<br />
<br />
Fariz mencabut penisnya dari vagina Ira dan memutar badannya kearah pertempuran<br />
”Nah, sekarang, gue mau ngurusin cecunguk-cecunguk itu du—“<br />
<br />
BUAAAAAKKKK!!!!<br />
<br />
Aku sukses menjejakkan kakiku dengan keras di muka Fariz. Ia terjungkal kebelakang.<br />
<br />
“Bangsat! Lo nggak tau siapa gue hah?!” Fariz bangkit sambil mengelap hidungnya yang berdarah<br />
<br />
”Kamu…binatang…!!” aku menggeram. Rasio sudah tidak jalan, dan hanya satu yang ada dipikiranku, aku harus membunuh anjing ini, atau minimal kuhajar sampai koma.<br />
<br />
”Hohoho…lo mau ngelawan gue? Anak mami kayak elo mau ngelawan gue?! Nggak usah bikin gue ketawa!!” ia berteriak dan menerjang ke arahku.<br />
<br />
Fariz diliputi kemarahan sehingga dia tidak dapat berpikir jernih, yang dia lakukan hanya menerjang dengan membabi buta. Sayangnya, aku sudah memasang kuda-kuda dan tanganku sudah siap.<br />
<br />
”Son of a bitch!!” aku meraung sekuat tenaga dan…<br />
<br />
BUAAAAAKK!!!<br />
<br />
Fariz terpelanting kebelakang ketika kepalan tanganku menghantam hidungnya dengan sangat keras. Fariz terkapar tak sadarkan diri, darah segar mengalir dari pelipisnya yang terbentur batu dan hidungnya yang terkena pukulan serta jejakkan kakiku. Semudah itukah? Kurasa iya...seseorang akan mengeluarkan kekuatan sesungguhnya ketika ia ingin melindungi sesuatu atau seseorang yang dicintainya.<br />
<br />
Aku terengah-engah. Wajahku penuh bilur-bilur dan sepertinya buku-buku jariku lepas. Aku meraba dadaku, syukurlah tidak ada tulang rusuk yang patah. Walaupun begitu, sekujur tubuhku penuh lebam, lecet dan memar.<br />
<br />
”Nikmati rasanya mati pelan-pelan….” Seseorang dengan suara berat berbisik disampingku<br />
<br />
Aku tersadar, ternyata Setyo sedang memotong urat nadi Fendi dengan sebilah pisau yang (aku nggak tau dapat darimana) tiba-tiba ada ditangannya. Aku menoleh dan menyapukan pandang kearah mereka, Fendi yang terakhir disayat urat nadinya sementara cecunguk lainnya sudah terkapar dengan darah yang mengalir dari tangan.<br />
<br />
”Tyo?” aku memandangnya. <br />
<br />
“Do you want to try some?” Setyo tersenyum buas sambil mengulurkan pisau itu kepadaku, matanya sungguh liar.<br />
<br />
Setyo sudah dikuasai setan dia tidak lagi mampu berpikir rasional...begitu juga aku <br />
<br />
Aku menjawab dengan senyum yang tak kalah buas. Ketika pisau itu sudah berada ditanganku, aku menghampiri Fariz yang masih terkapar. <br />
Saat aku sudah mengangkat pisau dan hendak menikamnya, tiba-tiba sebuah suara menghentikanku<br />
”Jangan Rif! Udah cukup…!” Ira berkata lirih, ia tertunduk.</div>
<div class="MsoNormal">
Astaga! Aku begitu dikuasai amarah dan kebencian sehingga aku sampai melupakan Ira.<br />
Aku bergegas lari kearahnya.<br />
<br />
”Jangan sentuh aku!!!” Ira menjerit histeris ketika aku mengulurkan tangan hendak menyentuhnya, ia menatapku dengan penuh ketakutan<br />
<br />
”Ira, Ira sayang, ini aku…ini Arif Ra” aku berkata lembut dan mengelus pipinya<br />
<br />
”Jangan sentuh aku!! Pergi kamu!! PERGI!! AKU NGGAK MAU LIAT MUKAMU LAGI!!!” ia menepis tanganku dan menjerit histeris. Air matanya kembali mengalir.<br />
<br />
”Ira! Ira, sayang, ini aku sayang…!” aku meletakkan tanganku dibahunya.<br />
<br />
”Aku bilang pergi!!!” Ira memukul-mukul dadaku dengan keras.<br />
<br />
Aku bergeming. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah meninggalkannya.<br />
<br />
Melihatnya, hatiku terasa pedih…Ira telanjang tanpa mengenakan sepotong pakaian pun, kulitnya yang putih bersih belepotan tanah, di punggungnya banyak lecet-lecet akibat bergesekan dengan batu-batu kecil, tubuhnya berkeringat, vaginanya memerah karena digesek terlalu keras dan yang paling menyakitkan adalah tatapan matanya yang begitu putus asa, sedih, dan ketakutan.<br />
<br />
”Pergi…tinggalin aku sendiri…” isaknya lirih<br />
<br />
”Nggak akan pernah…!” kataku lembut tetapi tegas.<br />
<br />
Kulepas seragamku dan kupakaikan padanya. Kurengkuh tubuhnya dan kupeluk untuk menenangkan dirinya.<br />
<br />
”PERGI! JANGAN SENTUH AKU!! Jangan sentuh aku….” Suaranya melemah disela tangisnya. Ira mendorong tubuhku menjauh dan meronta-ronta, tetapi aku tidak peduli, tetap kupeluk tubuhnya.<br />
<br />
“Ira tenang ya sayang…Arif disini…” aku berusaha menenangkannya.<br />
<br />
"Pergi...! Pergi..." suaranya bertambah pelan disela tangisnya<br />
<br />
"Nggak...!" aku mempereat pelukanku. Ira menolak dan meronta sekuat yang dia bisa.<br />
<br />
"Tinggalin aku!" isaknya lirih.<br />
<br />
Ira mulai berhenti meronta hingga akhirnya ia balas memelukku. Ia memelukku dengan sangat erat dan menangis didadaku.<br />
”Ira…Ira…udah kotor Rif…Ira udah kotor!!”<br />
<br />
”Ssssstt…udah…udah…yang penting kamu nggak luka parah ya sayang…nggak apa-apa...” aku menangis. <br />
<br />
Aku bisa merasakan penderitaannya yang teramat sangat. Pipiku terasa panas dan air tak henti-hentinya mengalir dari kedua mataku.<br />
<br />
”Ira kotor Rif…! Ira kotor!! Ira udah nggak layak buat kamu…! Pergi Rif! Tinggalin aku!! ” ia mendorong tubuhku agar menjauh<br />
<br />
“Nggak…Arif udah pernah janji sama Ira kan, apapun yang terjadi, Arif nggak akan pernah ninggalin Ira?” aku mencoba tersenyum, namun gagal…aku kembali menangis.<br />
<br />
“Nggak…nggak pantes…aku…kotor…” hanya kata-kata itu yang terdengar disela tangisnya.<br />
<br />
”<i>No matter what happen, even when the sky is falling down, I promise you that I will never let you go</i>…Ira masih inget kata-kataku kan? Arif nggak akan pernah ninggalin kamu…” aku mencoba menahan tangis yang mulai keluar lagi.<br />
<br />
Kami berdua berpelukan hingga Tama, Rangga, Angel dan Luna datang bersama sepasukan polisi dan petugas medis. Sirene meraung-raung di siang hari yang kelam itu.<br />
<br />
(setelah urusan tetek bengek selesai)<br />
<br />
”Maaf mas…siapa? Arif ya? Iya…mas Arif dan mas Setyo bisa ikut ke kantor?” tanya polisi yang bernama Suprijadi itu.<br />
<br />
”Baik pak. Tapi sebelumnya saya mau ngurus pacar saya dulu.” Jawabku tegas<br />
<br />
”Tidak perlu mas. Mengenai saudari Ira dan Dian sudah ditangani oleh teman-teman anda. Anda tidak perlu khawatir…” polisi itu tersenyum<br />
<br />
”Oke pak…” aku pasrah. <br />
<br />
“Baik. Silakan naik ke mobil” katanya sambil membukakan pintu mobil polisi.<br />
<br />
Tiba-tiba Ira berjalan terseok-seok kearahku. Ia mengenakan sehelai selimut yang didapatnya dari petugas medis di ambulans.<br />
<br />
”Rif…jaga diri baik-baik ya…mungkin ini saat terakhir kita ketemu…” Ira berkata lirih<br />
<br />
”Maksud kamu apa sayang?” aku terbelalak<br />
<br />
Sejenak Ira terdiam, matanya berkaca-kaca membuat hatiku jadi tidak karuan. Untung tidak ada yang mengetahui kalau diam-diam tanganku gemetaran ketika mendengar Ira berkata seperti itu padaku.<br />
<br />
”Aku…Ira nggak bisa lagi bersama-sama Arif…maafin Ira…” ia menunduk, air matanya mengalir lagi.<br />
<br />
Aku tertegun. Benar-benar campur aduk perasaanku. <br />
<i>“Apa yang harus kulakukan?! Membiarkannya pergi? Hanya gara-gara masalah seperti ini?! NGGAK!! Kita udah janji, apapun yang terjadi, seburuk apapun, kita nggak akan ninggalin satu sama lain!”</i><br />
<br />
”Kamu mau pergi ninggalin aku?! Kamu tega Ra?!” ujarku setengah menjerit<br />
<br />
”Jaga diri baik-baik ya…Ira akan selamanya sayang sama Arif…walaupun kita terpisah jauh…” katanya sambil melangkah pergi ke arah teman-temanku.<br />
<br />
Kuraih tangan Ira dan kutarik dirinya pelan kearahku, ia kaget dan berbalik.<br />
<br />
“Tunggu Ra! Kenapa Ra? KENAPA?!!” aku berkata frustasi sambil memegangi tangannya yang kini pucat, tangan yang dulunya hangat dan lembut, tangan yang selalu dapat menenangkan aku seberapapun liarnya aku.<br />
<br />
”Ira nggak punya pilihan lain…Ira…Ira nggak mau malu-maluin kamu…” ia terisak<br />
<br />
”Malu?! Kenapa musti malu?!!” aku berkata tajam<br />
<br />
”Ira nggak mau bikin kamu malu punya pacar yang udah ternoda kayak Ira!!” kini Ira berteriak dihadapanku sambil menangis<br />
<br />
“Oh ya?! Bukannya aku udah pernah bilang, apapun yang terjadi, apapun—“<br />
<br />
”APAPUN KECUALI INI RIF!!” Ira berteriak histeris sambil menutup kedua telinganya<br />
<br />
Aku merasa ada jutaan ton beban diletakkan dibahuku. Memang Ira benar, mungkin aku bisa menerima Ira yang sudah ternoda…tapi tidak dengan Ira!! Ia merasa dirinya tidak pantas untukku, dan aku tidak punya hak untuk melarangnya berpikir seperti itu meskipun aku tidak pernah mempermasalahkannya.<br />
<br />
“Get real Rif…” Ira berbisik<br />
<br />
”Gara-gara masalah ini Ra? HANYA KARENA MASALAH INI?!!” aku berteriak.<br />
<br />
Emosi, kesedihan, kepedihan, penyesalan, kemarahan dan putus asa…hanya itu yang dapat aku rasakan sekarang<br />
<br />
“TAPI INI KENYATAAN!! AKU UDAH KOTOR RIF!! KOTOR!!” ia balas berteriak<br />
<br />
”OH YA?! KAMU PIKIR AKU PACARIN KAMU CUMA GARA-GARA TUBUHMU DOANG HAH?! IYA?!!” kata-kataku tepat mengenai sasaran.<br />
<br />
“AKU NGGAK PERNAH BERPIKIR KAMU KAYAK GITU KE AKU!! AKU—“<br />
<br />
"AKU BILANG, APAPUN, APAPUN RA! AKU NGGAK PEDULI KAMU SEKOTOR APAPUN! AKU CINTA KAMU SEPENUH HATI RA! KAMU TAU—"<br />
<br />
"TAPI AKU PEDULI RIF! AKU PEDULI! AKU NGGAK MAU NGERUSAK NAMA BAIK KAMU, KARENA APA? KARENA AKU JUGA CINTA SAMA KAMU!!" Ira berteriak dengan keras<br />
<br />
“Then why...you let me to die here…?” aku berbisik<br />
<br />
Wajahnya sedikit melunak namun hanya aku, dari semua orang yang ada disini yang menyadarinya.<br />
<br />
”Aku nggak ninggalin kamu buat mati disini Rif. Ini bukan akhir buat kamu. Kamu masih bisa ngelanjutin hidup kamu—“ <br />
<br />
"TAPI KENYATAANNYA?! KAMU LEBIH MILIH NINGGALIN AKU KAN?!!” aku kembali berteriak. <br />
<br />
Suasana kembali panas. Para petugas polisi tidak ada yang berusaha melerai kami. Mereka hanya diam mendengarkan. Petugas medis melongo melihat kami. Teman-teman kami hanya menatap kami sambil berpegangan tangan satu sama lain. Tak sepatah katapun keluar dari mulut mereka semua. Seolah dibumi ini, hanya kami berdua yang bersuara.<br />
<br />
Ira kembali terpancing emosi,<br />
“MASA DEPANMU MASIH CERAH RIF!! HIDUP KAMU MASIH PANJANG DAN—“ <br />
<br />
“DAN APA?! KAMU PIKIR AKU BISA HIDUP TANPA KAMU DISISIKU RA?! KAMU ITU—“<br />
<br />
PLAAAKK!!!<br />
<br />
Kata-kataku terpotong oleh sebuah tamparan keras dipipi kiri. Ira menamparku. Bukan sakit yang kurasakan, namun kepedihan dan kesedihan. <br />
<br />
Matanya yang teduh telah tiada…yang kulihat hanya keputusasaan dan penyesalan.<br />
<br />
“Kenapa Ra…? Kenapa…??” aku berkata lirih<br />
<br />
“Cukup Rif…aku…harus pergi…aku nggak bisa bersama kamu lagi…” Ira mengucapkannya dengan suara bergetar kemudian ia berbalik dan melangkah menjauhiku.<br />
<br />
Semuanya memandang kepadaku dengan iba. Lututku lemas melihat Ira ternyata lebih memilih meninggalkan aku seperti itu.<br />
<br />
“Ira!” aku berteriak memanggilnya<br />
<br />
Aku terus menatapnya sampai ia telah berada di sisi teman-temanku<br />
<br />
”Kalo kayak gini caranya, KAMU UDAH NGEKHIANATIN AKU!!” seruku putus asa<br />
<br />
“KAMU DENGER?! KAMU NGELANGGAR JANJIMU SENDIRI!!” hatiku benar-benar tersayat. Mataku terasa panas dan ingin menangis lagi.<br />
<br />
Ira kembali menangis, ia menutupi wajahnya, Angel memeluknya dan menuntunnya masuk kedalam mobil. Angel menatapku dan menggeleng lemah. Rangga dan Tama tertunduk. <br />
<br />
“Mas, silakan masuk mas! Tolong jangan berlama-lama…” pak Suprijadi menepuk bahuku dengan lembut, ia mengerti kepedihanku sehingga dia tidak terlalu tegas kepadaku.<br />
<br />
Sekilas kulihat Fariz dan anjing-anjingnya sedang ditandu masuk kedalam ambulans dengan tangan yang diperban, ambulans yang berbeda dari Dian tentunya.<br />
<br />
Aku masuk ke mobil patroli dengan berat hati. Setyo duduk disampingku, ia menatap kearah ambulans yang membawa Dian sementara aku memandangi Ira yang duduk dimobil. Ira melirik kearahku, kemudian memalingkan wajahnya pelan-pelan dan menutup kaca mobil. Mobil Rangga pun melaju pelan, membawa belahan jiwaku pergi meninggalkan aku.<br />
<br />
“Kuserahkan semuanya kepada kalian ya teman-teman…”<br />
<br />
====================================<br />
<br />
Setelah melewati proses yang berbelit-belit dan melelahkan yang memakan waktu sampai sekitar 3 bulan, aku dan Setyo dinyatakan tak bersalah dan kami dibebaskan. Walaupun aku tidak tahu bagaimana caranya.<br />
<br />
Segera saja kucari info mengenai Ira. Angel berkata bahwa Ira tidak hamil dan baik-baik saja, aku sangat bersyukur mendengarnya. Tetapi dia sangat terguncang sehingga ia memilih meninggalkan Indonesia dan melanjutkan SMA nya di Paris. <br />
<br />
Aku tercengang dan hanya bisa tersenyum pahit menghadapi kenyataan ini…<br />
<br />
Sesampainya dirumah, aku mengepak barang-barangku. Aku akan menyusulnya ke Paris!<br />
Syukurlah orang tuaku mengijinkan karena ada saudaraku yang tinggal di Paris.<br />
<br />
Biarlah, yang dia khianati adalah janjinya, bukan aku. Yang jelas aku tidak akan pernah meninggalkannya dalam kondisi desperate seperti ini!<br />
====================================<br />
<br />
Di airport…<br />
<br />
”Ma, Pa, Arif janji bakal baik-baik aja disana…” kataku pamit kepada orang tuaku<br />
<br />
”Oke…jaga diri baik-baik yaa…jangan lupa makan dan blablablabla” kata-kata Ibuku tidak terdengar lagi ketika kulihat 3 pasang cowok dan cewek membawa koper berjalan kearahku. Yup, mereka adalah Rangga, Tama, Setyo, Angel, Luna dan Dian.<br />
<br />
”Rif, kelupaan sesuatu? Eh, beberapa orang lebih tepatnya?” tanya Setyo<br />
<br />
”Ka…kalian ngapain?!” aku tergagap<br />
<br />
”Ikut kamu dong…kita semua nggak akan pernah pisah lagi…hehehe!” Rangga meninju bahuku<br />
<br />
"Hahahaha...jangan ngelawak deh kalian...!" aku tertawa.<br />
<br />
Aku menatap mereka satu persatu, tidak ada yang tertawa atau bahkan tersenyum.<br />
<br />
"Se..serius nih...?" lanjutku<br />
<br />
"Yep!" Setyo menyahut<br />
<br />
“Setelah apa yang kita alamin bareng-bareng? Tentu kita serius dong! Kita juga kangen Ira…” Angel menyahut diiringi anggukan mantap tiap anak.<br />
<br />
“HAH?!!” aku hanya bisa melongo ................................=============............................</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Entah sudah berapa lama aku terseok-seok mencari keberadaan Ira di kota yang identik dengan menara Eiffel ini. Namun, hasilnya nihil…tidak ada jejak yang kutemukan. <br />
<br />
Aku belum menyerah, namun aku mengesampingkan masalah Ira untuk sementara ini dan berfokus pada kuliah di salah satu universitas yang terkenal di Paris. Untunglah aku dapat menjadi salah satu mahasiswa Indonesia yang beruntung bisa kuliah di sini, di Paris ini.<br />
<br />
Memang rencananya aku akan tinggal bersama kakakku, tetapi semuanya berubah. Aku lebih memilih tinggal di apartemen yang terletak dekat pusat kota bersama Rangga dan Setyo dengan tujuan supaya aku dapat mencari Ira dengan leluasa.<br />
<br />
Hari pertama kuliah…<br />
<br />
Aku termangu menunggu dosen yang akan masuk kedalam ruangan. Untunglah ada Rangga dan Setyo yang masih menemaniku hingga di universitas ini. <br />
<br />
Aku sibuk berpikir tentang Ira sehingga aku tidak peduli dengan keadaan disekitarku hingga aku disadarkan oleh Rangga.<br />
<br />
”Rif…ada kabar soal Ira nggak?” Rangga menyikut lenganku<br />
<br />
”Huuff….belum ada…aku udah cari info kemana-mana tapi tetep aja…nihil” aku menyahut dengan lemas<br />
<br />
”Huuh…sabar ya Rif…kita coba lagi aja…” Rangga tersenyum dan menepuk bahuku.<br />
<br />
”Hmmff….iya…iya gam—“ kata-kataku terhenti di tenggorokan<br />
<br />
Aku melihat seorang cewek yang berkulit putih dengan rambut pirang bergelombang, tingginya hampir sama denganku, kutebak keturunan Russia. Ia sedang berjalan kearah tempat duduk di bagian tengah diiringi tatapan setiap cowok diruangan ini, termasuk aku.<br />
<br />
Wajahnya luar biasa cantik dan aku merasa bahwa di universitas ini yang berisi cewek-cewek dari puluhan negara berbeda, hanya dia yang paling cantik. Aku benar-benar menyukai wajahnya, rambutnya, cara berpakaiannya, dan wah…semuanya!<br />
<br />
Sejenak aku hilang pijakan dari muka bumi ini.<br />
<br />
”Rif? Rif?? Kamu kenapa?” Setyo mengguncang-guncangkan bahuku<br />
<br />
”Ah? EH? Kenapa?” aku menggeleng-gelengkan kepala<br />
<br />
”Dosennya udah masuk…jangan kaya orang bego gitu dong…!”<br />
<br />
”Ah iyaa…maaf…”<br />
<br />
Hari pertama kuliah, mata kuliah pertama, dosen pertama dan saat itu juga pikiranku nge-blank. Aku mengikuti mata kuliah sampai selesai dengan tatapan kosong dan hanya mengangguk-angguk bodoh.<br />
<br />
Mataku selalu tertuju pada cewek Russia itu. Huuuffhh…rasanya ruang kosong yang ditinggalkan Ira tiba-tiba terisi kembali dan sesuatu yang telah lama hilang sudah aku dapatkan lagi.<br />
<br />
Siang hari itu, musim semi…<br />
Udara sejuk, tidak seperti di Indonesia yang panas…<br />
<br />
Di kantin saat itu cukup ramai. Aku, Setyo dan Rangga berjalan dengan tenang menyusuri kelompok-kelompok mahasiswa/i yang tengah bercakap-cakap.<br />
<br />
Tubuh Rangga yang atletis dan tinggi ternyata cukup menarik perhatian, buktinya banyak cewek-cewek yang cekikikan sambil memperhatikan Rangga dari atas kebawah.<br />
<br />
”Hey ladies!” Rangga mengacungkan jarinya kepada sekelompok cewek Inggris yang tengah berbisik-bisik sambil sesekali melirik kearahnya.<br />
<br />
Diperlakukan seperti itu, cewek-cewek itu langsung cekikikan dan meja mereka menjadi ramai. Namun, yeah, pasti ada dampak negatif nya…yaitu cowok-cowok Inggris menatap Rangga dengan sinis.<br />
<br />
“Ngga, hari pertama kuliah…jangan cari musuh dong…” ucapku sambil menghela nafas<br />
<br />
Aku menarik bangku panjang tempat mahasiswa/i dari Indonesia sedang berkumpul. <br />
<br />
Memang sikap primordialisme sangat tampak disini. Kebanyakan orang hanya mau berkumpul dengan teman senegara dan sebangsanya saja. Maka tidak heran kalau banyak kelompok-kelompok ras disini.<br />
<br />
“Uuuff...” aku meletakkan kepalaku dimeja…kepalaku pusing…<br />
<br />
“Rini” seorang cewek manis mengulurkan tangannya kepadaku<br />
<br />
”Hah??” kuangkat kepalaku dengan cepat<br />
<br />
”Rini. Nama kamu siapa?” ia tersenyum.<br />
<br />
”Ohh…hei…Arif…” kujawab sekenanya sambil menjabat tangannya.<br />
<br />
Kuperhatikan wajahnya yang manis, kulitnya putih, rambutnya panjang bergelombang sebahu dan buah dada ukuran 34a…mungkin…ah, aku tidak begitu mengurusi ukuran payudara! <span style="font-family: Symbol;">K</span><br />
<br />
”Oiya, kenalin, ini Setyo dan Rangga…” aku memperkenalkan kedua sahabatku yang segera menyalami Rini dengan hangat.<br />
<br />
”Salam kenal! Ini Enggar, Pram, Edi dan blablablabla—“ Rini memperkenalkan teman teman satu bangsa kami satu persatu<br />
<br />
Aku dengan enggan dan senyum dipaksakan menerima uluran tangan mereka. Bukan apa-apa tapi hanya karena kepalaku sedang pusing saat itu.<br />
Rata-rata orangnya ramah dan hangat. Aku menyukai mereka, tapi bukan sekarang.<br />
<br />
“Uuuugghh!!” aku menutup mulutku dengan tangan. Perutku serasa berputar dan aku ingin muntah.<br />
<br />
”Permisi…permisi!!” aku berlari secepat yang aku bisa kearah toilet pria disalah satu pojok ruangan. <br />
<br />
Kelompok-kelompok primordialisme itu memandangku dengan tatapan heran melihat seorang mahasiswa aneh dari Indonesia yang berlari pontang-panting kearah toilet. Uh..aku tidak peduli!<br />
<br />
Kubuka pintu toilet dengan kasar dan aku pun muntah. Aku memuntahkan cairan kuning yang pahit.<br />
Memang agak lega, tapi kini aku merasa lemas. Aku memaksakan diri berjalan ke wastafel di toilet itu.<br />
<br />
<i>”Sialan…semuanya semakin buruk…!”</i> pikirku<br />
<br />
Aku mencuci mukaku dan menatap cermin. Wajahku sudah jauh berubah sejak keberangkatanku dari Indonesia. Aku bisa melihat guratan-guratan kesedihan diwajahku saat itu. Kalau boleh jujur, akupun tidak mengenali wajahku. Hanya teman-temanku yang merasa bahwa wajahku tidak berubah.<br />
<br />
“Ira…kamu dimana sayang?” aku berbisik kepada bayanganku dicermin dan menghela nafas.<br />
<br />
Aku keluar dari toilet dan berjalan terseok-seok. Ketika aku melihat kearah meja anak-anak Indonesia, tanpa sengaja mataku tertumbuk pada seorang gadis. Yep, cewek Russia itu. Ia berkelompok dengan cewek-cewek Perancis yang membuatku heran tentunya. Ah, mungkin aku salah, mungkin dia cuma keturunan Russia.<br />
<br />
Aku mendekat kearah cewek itu. <br />
Teman-temannya masih ribut cekikikan dan tertawa-tawa.<br />
<br />
“Hei, boleh kenalan?” aku tersenyum sambil mengulurkan tangan<br />
<br />
Tiba-tiba saja meja cewek-cewek itu menjadi sepi. Mereka menatapku dengan pandangan jijik. Aku malu, tapi sudah terlanjur.</div>
<div class="MsoNormal">
Cewek Russia itu berpaling dari segelas juice yang sedang dinikmatinya dan menoleh kearahku.<br />
<br />
”Maaf?” cewek itu menatapku terkejut.<br />
<br />
”Boleh aku kenalan sama kamu?” aku mengulangi request ku. Aku tersipu.<br />
<br />
Cewek disebelahnya yang ternyata bernama Anna memutar matanya dan melirik kearah teman-teman Perancisnya diikuti gelengan tidak setuju dari setiap anak.<br />
<br />
”Hmm…anak mana kamu?” ia bertanya dengan tatapan tertarik<br />
<br />
”Indonesia…aku Albert” aku berusaha tersenyum dan mengulurkan tangan. <br />
<br />
Albert adalah nama kecilku sekaligus nama yang kupakai ketika diluar negeri. <br />
Arif, tentu akan kedengaran konyol di telinga para orang-orang di Paris<br />
<br />
Cewek itu kaget dan menunjukkan ekspresi tidak percaya. Anna cs juga terhenyak, mana mungkin seorang cecunguk dari Indonesia berani berkenalan dengan cewek berkelas seperti dia? <br />
<br />
Ah…aku memalukan bangsaku sendiri…maafkan aku Indonesia…<br />
<br />
“Indonesia? Hmm…tentu…” ia mengangguk-angguk sambil berpangku tangan<br />
<br />
Tanganku masih terulur dan kutatap matanya. Ia belum menjabat tanganku.<br />
“Huff…percuma…” pikirku dan aku tertunduk. <br />
<br />
Kuturunkan tanganku pelan-pelan diiringi senyum sinis Anna dan teman-temannya.<br />
Cewek Russia itu masih menatapku dari atas kebawah seperti memeriksa sapi yang akan dijagal.<br />
<br />
Sedetik…dua detik…rasanya bagaikan jutaan tahun.<br />
<br />
“Catherine!” jawabnya ceria sambil mengulurkan tangan<br />
<br />
“Cath..cath…?” aku kesulitan mengeja namanya<br />
<br />
”Catherine” ia mengoreksi<br />
<br />
”Cat…Cathe…??” bego<br />
<br />
”Catherine!” jawabnya dengan sabar<br />
<br />
”Katrina…?” aku nyengir<br />
<br />
“Katrina” ia tertawa dan mengangguk-angguk<br />
<br />
“Catherine!” Anna berbisik tajam ditelinga Catherine namun aku dapat mendengarnya. <br />
<br />
Ia hanya mengangguk-angguk pada Anna dan ia pun segera diam.<br />
<br />
”Maafkan teman-temanku ya…!” ia membungkuk dan berbisik padaku sambil tersenyum.<br />
<br />
ASTAGA!! Ketika ia membungkuk, aku bisa melihat belahan dadanya yang terlihat dibalik kemeja merah yang dia kenakan, aku bisa melihat bagian atas payudaranya yang mulus itu, kalau kutaksir, ukurannya lebih besar dari punya Ira dulu. Begitu “WOW” lah intinya, ingin kujelajahi buah dadanya itu dengan lidah. Adikku bangun sedikit. Sepertinya ia tidak menyadari kalau aku dapat melihat belahan dadanya itu, jadi ia biasa-biasa saja.<br />
<br />
Catherine duduk kemudian tersenyum lagi. Senyumnya manis sekali. Aku merasa tersengat listrik melihat senyumannya itu. Catherine jutaan kali lipat lebih menarik ketika ia tersenyum.</div>
<div class="MsoNormal">
Sejak kejadian beberapa bulan yang lalu itu, aku selalu teringat Catherine. Aku selalu teringat senyumnya. Aku selalu teringat akan matanya yang tenang itu. Seolah-olah Catherine adalah jelmaan Ira dalam versi Russia. Namun aku tidak dapat melakukan apapun…Catherine selalu dikelilingi cowok-cowok macho dan kaya dari berbagai negara. Aku bisa apa? Aku ini apa? Bisa berkenalan dengannya saja sudah merupakan suatu mujizat.<br />
<br />
”Haaahh…capeekk…” aku menghela nafas ketika dosen meninggalkan ruangan<br />
<br />
”Pulang yuk? Aku sama Setyo dan yang lainnya mau liat-liat galeri…ikut?” Rangga menepuk bahuku<br />
<br />
”Nggak deh makasih…aku ngerjain tugas dulu deh disini…hehehe” aku menolak dengan halus<br />
<br />
”Oh..oke…titip apa?” ia mengangguk-angguk.<br />
<br />
”Wine! Hahahaha” aku menjawab sekenanya<br />
<br />
”Ah! Dasar…! Yaudah deh ntar kalo sempat nyari…” Rangga tersenyum kemudian meninggalkanku sendiri.<br />
<br />
Aku menunduk dan mencorat-coret buku tulisku, asyik mengerjakan tugas. Tiba-tiba pintu terbuka dan Anna masuk. Aku menatapnya berjalan, dia tidak melihatku.<br />
<br />
Ah…dari ratusan atau bahkan ribuan orang disini, kenapa harus dia yang masuk?<br />
Aku kembali sibuk mengerjakan tugas.<br />
<br />
”Aku nggak bisa nemuin buku itu! Dimana sih?!” Anna agak berteriak dengan kesal<br />
<br />
”Kenapa Anna? Ada yang hilang?” sebuah suara lain terdengar<br />
<br />
”Oh…kamu ngagetin aja Cath!”<br />
<br />
Telingaku berdiri mendengar nama yang baru saja disebut. Otomatis aku mengangkat kepala dan tampak Catherine sedang berdiri disamping Anna.<br />
<br />
Catherine tampak cantik dengan pakaian yang dikenakannya. Ia mengenakan kaos berwarna abu-abu cerah dan kemeja berwarna biru yang tidak dikancingkan, rambutnya yang pirang tampak bergelombang menuruni punggungnya. Aku terpaku menatap Catherine .<br />
<br />
”Nyari apaan sih?” Catherine bertanya<br />
<br />
”Buku tugas…! Tadi aku taruh dimeja, dan sialnya ketinggalan, sekarang hilang. Hebat.” <br />
<br />
Aku sekilas melihat buku itu di meja dosen, dan ternyata memang masih disana. Kuberanikan diri mengangkat suara.<br />
<br />
”Anna…” aku menyebut namanya<br />
<br />
Catherine dan Anna terlonjak kaget dan buru-buru menoleh kearahku.<br />
<br />
“Buku kamu—“<br />
<br />
“Oh hebat! Bukuku hilang dan orang udik ini mengajakku berbicara! Hari yang indah!” ucapnya pedas<br />
<br />
“Itu—“<br />
<br />
“Nih orang udik, denger yaa, kamu tuh nggak pantes bicara sama aku! Kamu cuma pantes bicara sama orang-orang jalanan dan gelandangan! Sekarang aku tanya, kamu punya rumah disini?” ia nyerocos panjang lebar<br />
<br />
“Tidak…”<br />
<br />
“Alasan pertama kamu nggak pantes ngomong sama aku! Kamu punya mobil sport?”<br />
<br />
“Nggak…” aku tertunduk<br />
<br />
“Itu alasan kedua! Kamu orang kaya?” ia bertanya lagi, lebih pedas<br />
<br />
“Bukan…” aku tertunduk semakin dalam. Hatiku pedih dihina seperti itu.<br />
<br />
“Udah jelas kan?? Kita tuh beda level, jadi jangan sok!” Anna menghentak-hentakkan kakinya dengan marah dan keluar ruangan dengan kesal.<br />
<br />
Catherine menatapku dengan iba kemudian berjalan pelan kearahku. Ia menarik kursi kosong disebelah kiriku dan duduk.<br />
<br />
“Are you okay?” ia bertanya pelan<br />
<br />
“Yeah…mungkin…” aku menghela nafas<br />
<br />
“Maafin Anna ya, dia memang begitu” Catherine tersenyum<br />
<br />
“Iya…” jawabku singkat. Aku tiba-tiba teringat Ira…mataku terasa panas<br />
<br />
Sunyi. Tidak ada yang berbicara.<br />
<br />
BRAAAKK!!<br />
<br />
“Oh Tuhan…Catherine! Aku mencarimu kemana-mana!” seorang cowok keren masuk dengan menjeblakkan pintu.<br />
<br />
Cowok itu berjalan terburu-buru kearah kami. Aku tidak mengangkat wajah untuk menatapnya.<br />
<br />
“Catherine, ayo kita pulang!” cowok itu berkata tegas tapi kasar sambil menarik tangan Catherine menjauhi aku<br />
<br />
“Cowokmu Cath?” aku bertanya tanpa menoleh<br />
<br />
Catherine hendak menjawab ketika cowok itu langsung nyerocos<br />
“Iya! Aku pacarnya! Kenapa?! Nggak terima?” matanya nyalang<br />
<br />
“Tom! Sudah! Jangan mancing keributan!” Catherine berkata tidak setuju<br />
<br />
Ah…Catherine sudah punya pacar…tiba-tiba hatiku terasa sesak.<br />
<br />
“Maaf? Siapa yang bertanya dengan anda? Jelas-jelas tadi saya menyebutkan ‘Cath’ “ ucapku pelan dengan nada sopan yang dibuat-buat. Aku jengkel dengan perlakuan cowok itu.<br />
<br />
“Sok amat kamu?! Heh orang udik, kamu tuh minoritas disini!” bentak cowok yang ternyata bernama Tom itu. Dia orang Amerika.<br />
<br />
“Hha! Yankee…” aku mendengus. ‘yankee’ adalah panggilan bagi orang-orang Amerika.<br />
<br />
BUAAAAKKK!!<br />
<br />
Tom menghantam pipi kiriku. Aku terpelanting, punggungku terbentur meja kayu.<br />
Sakit sekali. Catherine tidak berbuat apa-apa. Ia hanya menutupi mulutnya dengan tangan.<br />
<br />
“Jadiin itu buat pelajaran, udik!” bentak Tom lagi kemudian ia menarik Catherine keluar ruangan.</div>
<div class="MsoNormal">
Uuugghh….kepalaku terbentur tembok…tapi untunglah tidak apa-apa. Aku merapikan buku-buku yang jatuh kelantai, yeah…moodku rusak jadi kuputuskan untuk pulang ke apartemen. <br />
<br />
Aku berjalan dengan tenang dikoridor, kulihat tiap pasang mata memperhatikanku dengan ekspresi aneh. Aku mencoba tidak peduli hingga akhirnya aku berpapasan dengan Rini yang baru saja keluar ruangan. Ia mengenakan kemeja hijau dan celana jeans panjang, Rini sedikit lebih pendek dariku.<br />
<br />
“Hei Rif!” sapanya ceria<br />
<br />
“Oh, halo…pulang Rin?” aku bertanya<br />
<br />
“Iya…eh, kalo nggak salah kita satu apartemen kan ya?”<br />
<br />
“Hmm? Aku malah nggak tau…hehehe…apa iya sih?” aku terkekeh<br />
<br />
“Iya tau! Hhahaha…pulang bareng yuk?” ajaknya<br />
<br />
Langkahnya tiba-tiba berhenti. Sejenak Rini terdiam memperhatikan wajahku. Aku salah tingkah dipandangi seperti itu sehingga aku mencoba menetralisir suasana. <br />
<br />
“Ada apa? Aku tau mukaku jelek, tapi apa harus segitunya? Hahaha” aku memaksakan diri tertawa<br />
<br />
“Kamu kenapa Rif? Berantem yah?” tanya Rini penuh selidik<br />
<br />
“Ah? Nggak kok…kenapa sih?” aku bingung<br />
<br />
“Itu…itu…” Rini menunjuk sudut bibirnya sendiri<br />
<br />
Aku menyetuh sudut bibir kiriku, ada cairan kental yang setelah kulihat adalah darah. Aku cukup kaget karena bibirku terluka. Tiba-tiba ada sesuatu yang dingin ditempelkan pada sudut bibirku. Cepat-cepat aku menoleh<br />
<br />
“Dasar…anak cowok…kerjaannya berantem melulu” ucapnya sambil tersenyum.<br />
Rini mengelap darah di bibirku dengan tissue basah. <br />
<br />
“Eh..Rin…kamu sadar nggak lagi ngapain?” aku malu diperhatikan oleh orang-orang yang lewat<br />
<br />
”Sadar kok…” Rini masih menyeka darah dibibirku<br />
<br />
”Hei, nggak enak dilihat orang…” aku menggenggam dan menurunkan tangannya<br />
<br />
Rini tersipu dan menunduk ketika aku memegang tangannya. <br />
<br />
”Makasih ya…” aku tersenyum semanis mungkin sambil mengambil tissue basah yang digenggam oleh Rini.<br />
<br />
Setelah mengucapkan terima kasih, aku berbalik dan berjalan pulang sambil sesekali menempelkan tissue itu ke bibir untuk menghentikan darah.<br />
<br />
”A…Arif…?” suaranya menghentikanku.<br />
<br />
<i>”Ugh…apa lagi sih?</i> ” <br />
Aku berhenti dengan agak malas<br />
<br />
”Hm? Kenapa?” aku berbalik<br />
<br />
”Ng…nggak jadi pulang bareng?” ia menyeret-nyeret ucapannya, gugup.<br />
<br />
”Oh iya…hahaha…lupa…yaudah yuk pulang!” <br />
<br />
Kami berjalan berdampingan melewati tepian sungai menuju apartemen kami.<br />
<br />
===========<br />
Di apartemen,<br />
Apartemen tempatku tinggal sebenarnya tergolong cukup mewah, walaupun bangunannya tua. Cat berwarna krem yang mendominasi seluruh bangunan membuatnya tidak terlihat tua.<br />
<br />
Kamar XX<br />
<br />
”Aduh! Kunci kamar di Vina!” Rini memekik sambil menyebutkan nama teman sekamarnya.<br />
<br />
Rini mengaduk-aduk tasnya mencari sebuah kunci. Wajahnya tampak putus asa.<br />
Aku yang berdiri disisinya hanya memperhatikan.<br />
<br />
”Loh? Nggak bawa satu-satu apa?” aku bertanya<br />
<br />
”Nggak…ehm…Rif…ennggg….”<br />
<br />
<i>”Oh…jangan bilang kamu mau numpang dikamarku… </i> ”<br />
<br />
”Aku boleh…emmm…numpang di kamarmu dulu?” Rini tertunduk<br />
<br />
<i>”Yeah…bagus! Tebakanku benar…sial…padahal aku mau mandi terus tidur!”</i><br />
<br />
”Nggg….gimana yah…?” aku merasa agak keberatan<br />
<br />
”Pliiss…Vina masih sibuk di kampus…pulangnya ntar sorean…” ia berkata dengan wajah memelas<br />
<br />
Aduh…aku bawa cewek ini ke kamarku? Nanti orang-orang punya pikiran yang nggak-nggak nih…apalagi mahasiswa kampus ku rata-rata tinggal di apartemen ini. Ah sudahlah…toh kami tidak melakukan apapun.<br />
<br />
Kamarku terletak di tingkat paling atas. Kakakku sengaja membeli bukan menyewa kamar itu dan ia memberikannya untuk aku. Aku dan kakakku memang selalu akur, apalagi dia adalah orang yang sangat baik kepadaku, jadi dia tidak sungkan-sungkan membeli satu kamar dan diberikannya padaku.<br />
<br />
Kami sampai di lantai paling atas. Aku merogoh saku mencari kunci kamar.<br />
<br />
“Maaf berantakan” aku tersenyum sambil membukakan pintu<br />
<br />
Kamarku berukuran cukup besar, 6x6 meter dengan perabotan yang cukup lengkap dan bernuansa kabin kayu yang memiliki satu jendela yang menghadap kearah menara Eiffel. Aroma hutan pinus tercium dengan jelas. Ada ranjang besar yang cukup untuk memuat 2 orang dewasa, sebuah sofa, TV, AC, kulkas, speaker surround sound, dan sebuah DVD Player. <br />
<br />
“Waaahh…mewah banget…kamu pasti anak orang kaya ya?” Rini menyapukan pandang ke kamarku dengan takjub.<br />
<br />
”Bukan…ini semua kakakku yang beliin…yang kaya itu kakakku, bukan aku…” aku merasa tidak enak hati<br />
<br />
”Ooh…Wow…ranjangnya empuk banget!” Rini duduk ditepi ranjangku dan memeluk bantal<br />
<br />
Aku tersenyum. Kulirik jam dinding, pukul 5 sore. Matahari bersinar lembut.<br />
<br />
Ketika aku tengah menaruh tas dan melepas sepatu, tiba-tiba Rini bertanya<br />
“Rif?”<br />
<br />
”Yoi?” aku menoleh<br />
<br />
”Udah berapa cewek yang tidur disini Rif?” tatapnya penasaran<br />
<br />
”Eh?” aku tertegun, tidak menyangka Rini bakal sefrontal ini<br />
<br />
”Udah berapa cewek Rif?” ia mendesakku<br />
<br />
“Nggak. Nggak ada satupun” aku kembali melepas ikatan sepatuku yang satunya<br />
<br />
Rini hanya menganggukkan kepala dengan mulut membentuk huruf O.</div>
<div class="MsoNormal">
Hatiku berdebar-debar karena sekamar dengan cewek seperti dia. Antara nafsu dan nurani bertempur. Aku menatap Rini sebentar, cewek itu tersenyum kearahku. Memang Rini tergolong mahasiswi Indonesia yang cantik dengan payudaranya yang termasuk besar.<br />
<br />
Hanya bayangan Ira dan Catherine yang tetap membuatku tersadar. Kalau saja tidak ada mereka berdua, mungkin, bahkan sangat mungkin, aku sekarang sedang menindih tubuh Rini sementara penisku keluar-masuk vaginanya dan kami berdua bersimbah keringat.<br />
<br />
”Uhh…aku mandi dulu yaa…anggep aja rumah sendiri…kalo haus, dikulkas ada minuman” aku meregangkan tubuh sambil berjalan ke kamar mandi diiringi anggukan kepala Rini<br />
<br />
Ketika air menyiram tubuhku, aku merasa seakan hidup kembali. Aaah…hari yang melelahkan…dihina Anna, dihibur Catherine, dipukul Tom dan kini sekamar dengan Rini. <br />
<br />
“Hmph!” aku menahan tawa. <br />
<br />
Tiba-tiba saja semua hal buruk yang kualami adalah sebuah mimpi dan aku baru saja terbangun dari mimpi itu.<br />
<br />
CKLEK!<br />
<br />
DEG!!<br />
<br />
Aku terperanjat dan aku terdiam seketika. Pikiran akan kemungkinan-kemungkinan buruk bersliweran dikepalaku.<br />
<br />
<i>“Astaga…kumohon…dari semua kemungkinan, jangan yang ini…please!!”</i><br />
<br />
“Arif…” suara Rini dengan lembut memanggilku<br />
<br />
<i>”TIDAAAAAAAAAKKKKKK!!!!!”</i><br />
<br />
Aku bergeming, tidak berani membalikkan tubuh ataupun menoleh karena shower di kamar mandiku terletak diseberang pintu, jadi aku kalau mandi membelakangi pintu.<br />
<br />
“Ri…Rini…?” suaraku bergetar<br />
<br />
”Arif…hhh…hhh…” nafasnya berat dan ia merangkul tubuhku dari belakang, tubuh kami berdua basah dibawah pancuran air hangat<br />
<br />
Astaga…Rini tidak mengenakan pakaian! Bisa kurasakan dari kulitnya yang bergesekan dengan kulitku secara langsung. Buah dadanya yang montok dan kenyal itu ditekan-tekankan ke punggungku. <br />
<br />
Hatiku bisa saja menolak, tapi tubuhku tidak bisa berbohong. ‘Adik’ ku mulai terbangun.<br />
<br />
“Ke…kenapa kamu masuk?” aku tergagap, berusaha menepis semua pikiran kotor<br />
<br />
”Puasin aku…Rif…aku mohon…” Rini mendesah berat ditelingaku sementara tangannya menyusuri pinggangku dan mengarah ke penisku.<br />
<br />
DEG DEG DEG DEG<br />
<br />
”Rif…aku mohon…” tangannya menggenggam penisku dan mulai mengocoknya<br />
<br />
Tanganku mulai bergerak akan meraih tangannya ketika tiba-tiba terdengar suara<br />
<br />
<b><i><span style="font-size: 13.5pt; line-height: 115%;">“Kamu udah ngambil virginitasku Rif…jangan tinggalin aku…”<br />
<br />
”Percaya deh sama aku…AKU NGGAK AKAN PERNAH NGEKHIANATIN KAMU”<br />
</span></i></b><br />
Kata-kata yang diucapkan Ira terngiang-ngiang dikepalaku. Aku segera tersadar dan tanganku berhenti bergerak kearah tangan Rini.<br />
<br />
“R-Rin…jangan Rin…stop…” suaraku bergetar menahan nafsu<br />
<br />
”Kenapa Rif…hhh…hhh…aku nggak cukup seksi?” desahnya menggoda<br />
<br />
”Bukan Rin…itu…”<br />
<br />
”Ayolah…tubuhmu berkata lain…aku tau kamu ingin mencicipi tubuhku…” bisiknya vulgar, ia menekankan payudaranya ke punggungku dengan lebih keras<br />
<br />
”Hekh!! Stop Rin…stop!” hampir saja aku kalah! <br />
<br />
“Aku pengen ngerasain penismu di dalem memekku Rif…”<br />
<br />
Aku terdiam, mengatur nafas yang sudah tidak terkendali.<br />
<br />
”Jangan buat aku nunggu…ayo, kita nikmatin sore ini bareng-bareng di kasur…” ia mendesah<br />
<br />
Rini masih mengocok penisku yang sudah berdiri tegak seperti TNI menjalani upacara 17 Agustus didepan Presiden.<br />
<br />
“Kenapa Riff….? Ayo laahh….” Rini masih mencoba<br />
<br />
”Kita nggak seharusnya ngelakuin kayak gini…!” aku sudah kepayahan menahan nafsu yang menggebu-gebu. Aku sadar, sekali gebrak lagi maka aku kalah<br />
<br />
Rini terdiam. Ia menarik tangannya dari penisku dan melepaskan pelukannya lalu melangkah tanpa suara.<br />
<br />
Kudengar suara pintu kamar mandiku ditutup.<br />
Aku menghela nafas lega. Aku menang…Ira, aku menang!!<br />
<br />
Pikiranku masih penuh fantasi kotor dengan Rini…ah memang insting laki-laki begitu liar…<br />
<br />
<i>“Mungkin tadi kalo dilanjutin, aku sekarang udah dikasur sama Rini…wah, bakalan abis tuh cewek…pasti bakalan kuremes-remes kayak waktu sama Ira. Hah?! Ira?! Astaga aku mikir apa heh?!”</i> aku menggeleng-gelengkan kepalaku<br />
<br />
Setelah mengenakan celana pendek, aku keluar kamar mandi dengan hati riang…ah, lagipula Rini pasti sudah pergi karena penolakanku tadi…yes! Aku bisa tidur dengan tenang.<br />
<br />
Aku berjalan sambil bersiul-siul riang dengan handuk kukalungkan di leher.<br />
<br />
“Hmm hmm hmm…HEKH!!” aku tercekat<br />
<br />
Rini sedang duduk dikasurku dan ia menatapku dengan ceria, ia masih seperti tadi saat kutinggal mandi, berpakaian dan rapi. Senyum tak henti-hentinya tersungging dibibirnya yang tipis itu.<br />
<br />
”Ah? Tadi…tadi bukannya kamu…kamu…itu…eehh…tadi…” aku tergagap sambil berulang kali menunjuk kamar mandi<br />
<br />
Rini tertawa melihat tingkahku sambil mengangguk-angguk.<br />
<br />
“Aku balik ke kamarku ya Rif…makasih udah nampung aku!” ia menarik tanganku hingga kami berdiri di dekat pintu kamar.<br />
<br />
”Eh..iya…sama-sama…” aku menjawab dengan ekspresi heran<br />
<br />
Rini berjinjit dan berbisik di telingaku<br />
”Kamu cowok pertama yang lulus Rif…kalau aku cari pacar, kamu bakal jadi cowok pertama yang kutemui!” <br />
<br />
Ia tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya kemudian dengan gerakan cepat ia mengecup pipiku dan berlari.<br />
<br />
“Hah?” aku melongo menatapnya berlari menuruni tangga.<br />
<br />
Setelah menutup pintu, aku berbaring di kasur sambil memikirkan kata-kata Rini.<br />
<br />
<i>”Lulus? Jadi tadi itu ujian?? Dan aku lulus? Argh…tambah rumit aja ni masalah!”</i><br />
<br />
Aku begitu sibuk memikirkannya hingga jatuh tertidur.</div>
<div class="MsoNormal">
TOK TOK TOK TOK!!<br />
<br />
Zzz…zzz…zzz…<br />
<br />
TOK TOK TOK TOK TOK!!!<br />
<br />
”Hah?” aku kaget dan terbangun dari tidur<br />
<br />
”Ariiifff! Woi choy! Gantung diri ya kamu?” suara Setyo dari luar pintu<br />
<br />
Aku segera bangun dan berlari kearah pintu dan membukakannya.<br />
Segera terlihat wajah Rangga, Setyo dan beberapa teman Indo yang lain. Semuanya berpakaian necis.<br />
<br />
”Mau pada kemana? Kondangan?” tanyaku sambil garuk-garuk kepala<br />
<br />
”Ke pub yuk?” Rangga nyengir kuda<br />
<br />
”Pup? Aduh Ngga, aku nggak kebelet pup…kalian aja sanah…” jawabku sambil mengucek-ucek mata. Nyawaku belum terkumpul dan masih sedeng gara-gara bangun tidur.<br />
<br />
“KE PUB BEGO!! BAR!! NIGHT CLUB!! DISKOTIK!!” Setyo berteriak didepan mukaku menyebutkan segala yang diketahuinya yang berhubungan dengan dunia malam.<br />
<br />
Aku baru sadar dan saat itu juga nyawaku lengkap, namun yang aku dengar hanya kata ‘diskotik’, selain itu, aku tidak tahu apa-apa.<br />
<br />
”Ah?! Oke oke..aku ganti baju sebentar!” jawabku agak panik<br />
<br />
<i>"Sekali-sekali main malam ah…toh besok juga libur”</i><br />
<br />
Setelah cuci muka dan ganti baju, sudah mandi tadi sebelum tidur, aku berangkat bersama teman-teman ku. Sepanjang jalan kami tertawa terbahak-bahak mendengar cerita teman-teman kami ketika di Indonesia ataupun mendengar lelucon. Hingga akhirnya kami tiba di depan sebuah diskotik. <br />
<br />
”Huahahaha! Kok bisa ya kayak gitu?!” aku terbahak-bahak<br />
<br />
”Iya! Aku juga heran! Apalagi, katanya cewek-cewek di sini ngacengin loh!” Setyo juga tergelak<br />
<br />
”Hahahahaha! Disini?” aku bertanya agak tidak percaya<br />
<br />
”Iya disini…!”<br />
<br />
”Hahahaha!! Emang kita sekarang dimana sih?” aku bertanya sambil terbahak-bahak<br />
<br />
”Diskotik” jawab Rangga singkat<br />
<br />
<br />
Krik…krik…krik…<br />
<br />
<br />
”PULANGKAN SAYAAA!! TIDAAAAAKKKK!!!!” aku menjerit dan meronta-ronta, tetapi teman-temanku menyeretku masuk kedalam diskotik sambil terbahak-bahak.<br />
<br />
<br />
Di dalam diskotik….<br />
<br />
Suasana benar-benar ramai, lampu kelap-kelip memenuhi atap, asap rokok mengepul tebal serta bau alkohol menguar hebat dan suara musik jedag-jedug tidak karuan. Di Indonesia, aku termasuk cowok baik-baik (baca: cupu) dan tidak pernah masuk dunia malam, maka aku merasa kikuk dan canggung.<br />
<br />
Setyo dan Rangga sepertinya sudah biasa ketempat seperti ini. Mereka dengan santai memilih tempat diantara kerumunan orang-orang yang kebanyakan mahasiswa itu.<br />
<br />
”Minum apaan Rif?” Setyo menawariku minum<br />
<br />
“Teh manis anget” jawabku polos<br />
<br />
Semua teman-temanku tiba-tiba memalingkan wajahnya kearahku. Mereka diam, tatapan mereka mengandung berbagai makna, iba, heran, jijik, dan geli.<br />
<br />
”Heh songong! Kita di diskotik, di Paris pula! Minum teh anget?!” semprot Rangga<br />
<br />
”Oh nggak ada ya? Yaudah deh, aku ngikut kalian aja…” aku pasrah<br />
<br />
Setelah urusan pesan minum selesai, kusapukan pandangan keseluruh tempat. Banyak pasangan yang sedang berciuman. Bahkan beberapa cowok terlihat memasukkan tangan kedalam baju pacarnya sementara ceweknya itu merem-melek keenakan, yah aku sudah tahu apa yang mereka perbuat. ‘Adik’ ku ngilu disuguhi pemandangan seperti ini.<br />
<br />
“Heh setan! Tau aku nggak pernah masuk diskotik kok malah ngajak kesini sih?!” aku melotot kepada Setyo<br />
<br />
”Biar deh…sekali-sekali gaul dikit…hahahaha” Setyo tertawa<br />
<br />
”Cih…lampu kedip-kedip kaya gini, bikin pusing…lama-lama aku bisa kena epilepsi nih!” aku menggerutu<br />
<br />
Aku memperhatikan meja yang merapat ke tembok tepat diseberang kami. Anna dan kawan-kawannya terlihat sedang minum dengan tertawa-tawa. Jadi kami duduk dekat tembok sebelah kanan dari pintu masuk, sementara Anna cs duduk berseberangan dengan kami, dan diantara kami adalah lantai tempat banyak orang sedang asyik berjoget. Untunglah malam itu ramai, sehingga mereka tidak dapat melihat kami. <br />
<br />
Mereka bersama cowoknya masing-masing dan, yah…seperti yang bisa dibayangkan, melakukan hal mesum.<br />
<br />
Yah, ditengah suasana hiruk pikuk ini aku berharap tidak melihat atau terlihat oleh Catherine. Entah kenapa tiba-tiba aku memikirkan cewek Russia itu. <br />
<br />
Tapi kadang-kadang hidup itu begitu kejam. Baru sedetik lalu aku berharap tidak melihatnya, detik berikutnya aku melihat dia datang dan duduk bersama Anna dkk.</div>
<div class="MsoNormal">
“Ah sial…!!” aku berkata pada diriku sendiri.<br />
<br />
Aku memperhatikannya lama. Wajah cewek itu kelihatan kikuk, sama sepertiku dan pakaiannya juga bukan pakaian yang terbuka seperti Anna cs. Berkali-kali Catherine terbatuk-batuk ketika asap rokok yang pekat mengepul dari mulut cowok teman-temannya.<br />
<br />
”Oh yeah…Arif versi cewek keturunan Russia” aku bergumam<br />
<br />
Dan orang yang paling kurindukan sejagat datang membawakan Catherine minuman, Tom. Aku melihat Catherine menerima gelas itu dan Tom duduk disampingnya. Sepertinya Catherine dipaksa menenggak minuman itu sampai habis oleh Anna cs. Dan memang itu yang ia lakukan. Aku merasa risih melihatnya, tetapi naluriku tidak mengijinkan aku untuk berpaling.<br />
<br />
Sejenak kemudian, aku melihat Catherine bersandar pada sofa sambil memegangi dahinya lalu matanya terpejam dan tangannya terkulai lemas. <br />
<br />
Oh tidak!!<br />
<br />
Kulihat Tom memapah Catherine diiringi senyuman Anna cs. Aku bergegas bangkit dan mengikutinya namun dicegah oleh Setyo dan Rangga yang tidak tahu apa-apa.<br />
<br />
”Woi mau kemana Rif?!” Setyo berteriak karena suara musik kini jauh lebih gaduh<br />
<br />
”Ntar aku jelasin!”<br />
<br />
Aku mengikuti Tom yang memapah Catherine menembus keramaian menuju sebuah koridor yang diterangi lampu berwarna ungu dan merah. Tiba-tiba ia berbelok ke salah satu koridor yang remang-remang. <br />
<br />
Astaga, aku tahu apa yang akan dilakukan Tom! Sialan!!<br />
<br />
Aku mengendap-endap mengikutinya. Ketika aku ikut berbelok, ada seorang yang tinggi besar menghalangi jalanku.<br />
<br />
”Wow! Gede…!” aku kaget menatapnya<br />
<br />
”Pergi!” bentaknya kasar<br />
<br />
“Emh, toilet?” aku nyengir sambil menunjuk sebuah pintu yang bertuliskan “chambre privée” atau ruangan privat dalam bahasa Indonesia, tempat Tom membawa Catherine.<br />
<br />
Pria berbadan beruang itu menggeleng dan mendorongku dengan kasar.<br />
Aku tidak kehabisan akal.<br />
<br />
“Aku kasih ini, biarin aku masuk!” aku mengosongkan dompetku<br />
<br />
Kuulurkan semua uangku, kira-kira 150 euro kepadanya dan saat itu juga, aku jatuh miskin. Orang itu tersenyum dan mengangguk-angguk setuju lalu membiarkanku lewat.<br />
<br />
Aku menjeblakkan pintu dengan kasar sama seperti yang Tom lakukan tadi pagi. Dia tampak kaget melihat kehadiranku. <br />
<br />
Di kasur, aku melihat Catherine dengan ritsleting celana jeansnya terbuka, matanya terpejam. Syukurlah Tom baru sempat membuka ritsletingnya saja.<br />
<br />
“UDIK!” Tom menggeram marah<br />
<br />
”Halo yankee…!” aku menyeringai<br />
<br />
Tom menerjang marah kearahku. Dalam waktu singkat, kami terlibat perkelahian yang tidak seimbang. Tubuh Tom lebih besar daripadaku.<br />
<br />
BUAAAAKKK!!!<br />
<br />
Aku terjerembab, punggungku sudah menempel di dinding. Tom melangkah maju kemudian berlutut dihadapanku, ia memegang krah bajuku dan berkata,<br />
”Udik, aku pikir aku udah ngasih kamu pelajaran dengan jelas tadi pagi”<br />
<br />
”Ya. Aku jadi tau bagaimana yankee seperti kamu itu ternyata seorang pecundang!”<br />
<br />
BUAAKK!!<br />
<br />
Ia menghantam pelipisku. Mataku berkunang-kunang.<br />
<br />
”Oh ya? Aku harap dengan kejadian hari ini, kamu belajar untuk nggak ikut campur urusan orang lain!”<br />
<br />
BUKK!!<br />
<br />
Tom menghantam rahangku. Aku benar-benar sudah diujung tanduk, menyerah atau mati. Aku melirik ke arah Catherine. <br />
<br />
<i>“Ira kotor Rif…! Ira kotor!! Ira udah nggak layak buat kamu…! Pergi Rif! Tinggalin aku!! ”</i><br />
<br />
Bayangan tentang Ira kembali menghampiriku. Aku teringat bagaimana hancurnya perasaan Ira. Kali ini, aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama dua kali! Aku harus menyelamatkan Catherine, bagaimanapun caranya! <br />
<br />
Aku tidak mau Catherine mengalami nasib yang sama dengan Ira…walaupun aku tahu bahwa itu perbuatan bodoh, mengingat remaja di Eropa sudah melakukan hubungan sex seperti tradisi.<br />
<br />
Semangatku terbakar dengan tiba-tiba. Dengan tangan kananku yang masih bebas, aku memukul rahang kiri Tom sekeras yang aku bisa. Ia terpelanting kesamping. Aku bangkit dengan sempoyongan.<br />
<br />
“Bajingan! Kamu sadar nggak siapa kamu hah?!” Tom berusaha berdiri kemudian berlari menerjangku<br />
<br />
Kami bergulat beberapa lama hingga akhirnya aku berhasil memukul roboh Tom. Ia terkapar dilantai dan aku berdiri diatasnya dengan memegang kursi. <br />
<br />
Aku mengangkat kursi itu, hendak memukulkannya ke kepala Tom, wajahnya tampak ketakutan. Tiba-tiba sebuah suara berbisik<br />
<br />
<i>”Jangan Rif! Udah cukup…!”</i><br />
<br />
Ah Ira…kamu selalu baik seperti biasanya…<br />
Aku tersadar. Hampir saja aku melakukan hal yang fatal. Kubuang kursi itu kepojok ruangan.<br />
<br />
”Pergi…jangan pernah ganggu Catherine lagi…” ucapku pelan<br />
<br />
Wajah Tom tampak bersyukur dan heran. Ia masih belum bergerak.<br />
<br />
“Pergi…sebelum aku berubah pikiran!” aku menggeram lalu aku melangkah meninggalkan Tom dan mendekati Catherine yang tergeletak dikasur.</div>
<div class="MsoNormal">
DUAAAKKK!!<br />
<br />
Tiba-tiba tengkukku dipukul dengan keras oleh benda tumpul. Biasanya orang akan pingsan ketika tengkuknya dipukul seperti itu, tapi aneh, aku tidak pingsan.<br />
Aku membalikkan tubuhku. <br />
<br />
Kutatap Tom yang berdiri gemetaran sambil memegang sebatang kayu yang rupa-rupanya adalah kaki meja yang patah ketika kami bergelut tadi. Ia kaget bercampur takut ketika melihatku tidak tumbang setelah dipukul seperti itu.<br />
<br />
“Yankee!” aku menyeringai, emosiku memuncak<br />
<br />
“T-tunggu…A-Albert, kita bicara baik-baik” pertama kalinya dia menyebut namaku<br />
<br />
”Perasaan, aku udah kasih kamu kesempatan buat ninggalin tempat ini…” ucapku geram<br />
<br />
”A-ampun…aku akan segera per—“<br />
<br />
”KEPARAAAAAATTT!!!” <br />
<br />
BUAAKK!! <br />
<br />
Tinjuku mengenai batang hidungnya dengan keras. Tom terlempar kebelakang dan jatuh terduduk. Aku memperhatikannya sebentar, ia tak sadarkan diri.<br />
<br />
”Hha!” aku mendengus<br />
<br />
Kupalingkan wajahku kearah Catherine lagi. Ah…cewek Russia itu kini terlelap dihadapanku, wajahnya cantik seperti biasanya. Aku bisa melakukan apapun terhadapnya, tidak akan ada yang menggangguku!<br />
<br />
Tanganku terulur hendak melepas kaos yang dia kenakan ketika tiba-tiba bayangan Ira melintas. Memperkosa cewek yang tidak berdaya karena obat tidur? Tidak! Seorang Arif tidak akan pernah melakukan tindakan sehina ini!<br />
<br />
Aku mengangkat kaosnya sedikit agar aku bisa menutup ritsleting celana jeans yang dikenakannya. Saat aku melakukan itu, aku melihat perutnya yang putih mulus dan langsing. Ohh…andai saja Catherine mengijinkanku untuk meraba tubuhnya yang indah itu…<br />
<br />
<i>”Nggak! Hoi Rif! Cepetan! Keburu kemakan nafsu!”</i> nurani ku membentak<br />
<br />
Tanganku gemetaran sewaktu melihat celana dalam yang dipakai Catherine, putih bersih. Aku menelan ludah. Otakku benar-benar keruh saat itu, ‘adik’ ku juga sudah meronta-ronta. <br />
<br />
Aku menghela nafas. Dengan serangakaian gerak cepat, kututup ritsletingnya dan kukancingan celana jeans itu. Selesai! Sekarang tinggal membawa Catherine keluar dari tempat nista ini. <br />
<br />
Aku memapah Catherine keluar ruangan. Sepanjang jalan, aku tidak bisa konsen karena payudara kirinya terus bergesekan dengan tubuhku. Ingin rasanya kutidurkan Catherine, kubuka bajunya dan kunikmati tubuhnya. Ugh! <br />
<br />
Setelah keluar koridor, aku berganti posisi, kupapah tubuhnya dari sebelah kanan dan aku berjalan dekat dengan tembok, menggunakan keramaian untuk menutupi Catherine dari pandangan Anna cs. yang berada terletak berseberangan dengan meja anak-anak Indo. <br />
<br />
”Hei! Ada yang tau Catherine tinggal dimana?!” aku berteriak kearah teman-temanku<br />
<br />
Semuanya menatapku kaget. Lebih kaget lagi ketika melihat aku memapah Catherine.<br />
<br />
“Heh Rif! Apa-apaan kamu?!” Rangga bangkit dan berbisik ditelingaku<br />
<br />
”Aku jelasin nanti Ngga. Aku nggak macem-macem, kamu percaya kan sama aku?”<br />
<br />
Rangga terdiam dan ragu-ragu sejenak, kemudian ia mengangguk mantap.<br />
<br />
”Oke…oke…aku percaya!”<br />
<br />
”Nah, sekarang masalahnya, ada yang tau si Catherine ini tinggal dimana nggak?” aku mengulangi pertanyaanku<br />
<br />
Teman-temanku beratatapan satu sama lain kemudian dengan kompak menggeleng. Aku benar-benar bingung. Kemana aku harus membawa Catherine?!<br />
<br />
”Kenapa nggak dibawa kamarmu aja?” Setyo mengusulkan<br />
<br />
Teman-temanku menatap Setyo sambil melongo.<br />
<br />
“Ah! Bener juga ya! Ngga, Tyo, bantuin aku mapah dia dong!” aku mengangguk kearah Setyo dan Rangga<br />
<br />
Kini mereka melongo menatapku.</div>
<div class="MsoNormal">
Di kamar apartemenku…<br />
<br />
”Oke Rif, kita tinggal dulu…” ucap Setyo<br />
<br />
”Thanks guys..!” aku tersenyum<br />
<br />
”Oh iya, jangan ngapa-ngapain Catherine loh! Dia tu permata angkatan kita, nggak cuma kamu yang naksir berat sama dia. Dari setiap negara, minimal ada 3 cowok yang naksir dia. Itu pun baru angkatan kita, belum yang lain!” nasihat Rangga panjang lebar<br />
<br />
”Kalo kamu sampe macem-macem, kita nggak sanggup mbayangin akibatnya…” Setyo menggeleng-geleng ngeri.<br />
<br />
”Iya…iya…aku janji…” kataku pasti<br />
<br />
“Yaudah…kita cabut dulu ya…tadi ada cewek cakep di diskotik koh!” Rangga dan Setyo saling bertatapan dan nyengir.<br />
<br />
Setelah Rangga dan Setyo pergi, aku menutup pintu kamarku. Aku menghela nafas. Kulangkahkan kaki menuju ranjang tempat Catherine berbaring.<br />
<br />
Kutatap wajahnya dengan lembut. Catherine tidur lelap sekali, walaupun karena pengaruh obat tidur…wajahnya mengingatkanku akan Ira. <br />
<br />
Aku mencintai Catherine sama seperti aku mencintai Ira dan hal ini tidak wajar bagiku. Aku mencintai Catherine seolah-olah dia adalah Ira, dan aku mencintai Ira seolah-olah dia itu Catherine. Hatiku begitu kalut…mungkinkah aku telah jatuh cinta pada orang lain dan mengkhianati cintaku pada Ira? <br />
<br />
Kupakaikan selimut sebatas leher pada Catherine dan aku menyetel AC pada suhu terdingin, karena berdasar pengalamanku, orang akan tidur lebih nyenyak dan lebih sehat dalam keadaan seperti ini.<br />
<br />
Aku berjalan ke kulkas dan mengisi air dingin pada sebuah gelas yang kemudian kuletakkan di rak sebelah ranjang. Aku duduk dilantai dengan bersandar pada dinding dan tertidur.<br />
<br />
Sebuah lagu mengalun lembut…<br />
<br />
Kepalaku pusing, dan pelan-pelan kubuka mataku. Aku tidak ingat apa yang terjadi tadi. Kulihat seseorang sedang duduk diatas meja, menatap keluar jendela. Ah! Itu Catherine!<br />
<br />
Catherine sedang memetik gitar dan menyanyikan lagu 2NE1, Lonely. Suaranya begitu merdu. Aku takjub, ternyata Catherine bisa berbahasa Korea juga membuatku bertambah minder. Wajahnya terlihat sangat sedih, aku terkesima.<br />
<br />
(DALAM BAHASA PERANCIS)<br />
”Lagu yang kurang tepat. Ya kan Albert?” ia menghentikan petikannya tanpa menoleh<br />
<br />
”Emh…” aku bingung mau menjelaskan kenapa ia disini<br />
<br />
Ketika aku sedang memikirkan kata-kata yang tepat, Catherine meletakkan gitar itu di sofa dan melangkah pelan ke arahku.<br />
<br />
”Whoa…whoa…tunggu Cath! Aku jelasin semuanya!” perasaan panik meliputiku, aku beringsut-ingsut mundur sambil menggelengkan kepala.<br />
<br />
Aku sangat takut kalau-kalau dia salah paham dan marah padaku.<br />
<br />
”Hahaha…nggak apa-apa…aku udah tau semuanya kok!” ucapnya sambil duduk ditepi ranjang<br />
<br />
“Eh? Kamu tau?” aku tertegun<br />
<br />
”Ya. Walaupun aku nggak tau apa yang udah kamu lakuin waktu aku tidur” ucap Catherine dengan wajah khawatir<br />
<br />
Aku salah tingkah ditohok seperti itu.<br />
”Ah…nggak kok…aku nggak ngapa-ngapain!” ujarku terbata-bata<br />
<br />
“Hahaha! Panik amat? Aku percaya kamu nggak macem-macem. Kalo kamu macem-macem, pasti sekarang aku lagi nangis disudut ruangan” ia tertawa sambil menepuk-nepuk bahuku. <br />
Aku menghela nafas lega dan tersenyum.<br />
<br />
”Mm…itu…cowokmu…maaf…aku udah mukul dia” kata-kata itu terlontar dari mulutku tanpa izin<br />
<br />
Wajah Catherine tampak terkejut. “Cowok? Tom maksudmu?” <br />
<br />
“Iya…” aku mengangguk lemah, siap menghadapi kemungkinan terburuk.<br />
<br />
“Tom, dia bukan cowokku..hmph…aku benci orang munafik kayak dia…” jawabnya singkat sambil menyisir rambut pirangnya dengan tangan<br />
<br />
Aku terhenyak. Berarti benar, Tom berusaha memperkosanya. Aku bersyukur tidak salah bertindak. Aku bersyukur Catherine tidak mengalami hal yang sama seperti Ira.<br />
<br />
“Aku sudah bisa membaca apa yang terjadi setelah aku tidur di diskotik itu. Pasti Tom mau…memperkosaku kan?” kata-kata terakhir itu diucapkan dengan suara bergetar<br />
<br />
Kujawab pertanyaanya dengan anggukan lemah…<br />
<i>“Ira…maaf aku nggak bisa nyelametin kamu waktu itu…”</i><br />
Mataku terasa panas, aku tertunduk<br />
<br />
“Dan aku tebak, kamu tanpa pikir panjang langsung datang menyelamatkan aku kan?” Catherine tersenyum<br />
<br />
”Eh? Nyelametin? Yaa…nggak juga sih…” jawabku salah tingkah, malu.<br />
<br />
Catherine bangkit dan berlutut disebelahku yang masih duduk di lantai. <br />
”Albert, aku berhutang budi sama kamu…” ia tersenyum dan mengangkat wajahku sehingga kami bertatap-tatapan cukup lama.<br />
<br />
Catherine mengecup bibirku pelan. Aku tidak merasakan bahagia, senang ataupun bernafsu. Aku hanya merasa takut. Sangat takut. <br />
<br />
Ada sesuatu yang tidak beres pada Catherine!!<br />
<br />
Ia bangkit dan berjalan pelan menuju jendela. Catherine membuka jendela itu dan menatap keluar dengan sedih. Sinar bulan menyentuh lembut wajahnya yang cantik dan rambutnya yang pirang. Kesedihan tergores jelas pada wajahnya. <br />
<br />
Aku semakin takut, ada yang salah dengan mata Catherine<br />
<br />
”Kamu punya cowok Cath?” aku memancingnya<br />
<br />
”Hm…pernah punya…” jawabnya tanpa mengalihkan tatapan<br />
<br />
”Di mana cowokmu?” tanyaku penasaran<br />
<br />
”Aku putus baru-baru ini…aku tinggalin dia…” suaranya menahan tangis<br />
<br />
SHIT! Aku baru saja membuka luka lama di hati cewek Russia ini! Aku terdiam, bingung akan melanjutkan. Aku terdiam…kesunyian meliputi kami berdua.<br />
<br />
Lamat-lamat terdengar lirik lagu yang kusukai…<br />
<i>”No matter what happen, even when the sky is falling down, I promise you that I will never let you go”</i><br />
<br />
Aku tercekat mendengar lagu itu mengalun pelan. <br />
Bagai tersambar petir, aku benar-benar kaget. Kini ketakutanku terbukti.<br />
Kulirik Catherine yang masih belum beranjak dari jendela. Ia menangis.<br />
<br />
Kini semuanya jelas. Kenapa naluriku memilih Catherine sejak pertama kulihat wajahnya. Mengapa aku merasa ada yang janggal dengan cewek Russia ini. Alasan kenapa aku ketakutan telah terungkap bagai kepingan puzzle yang sudah lengkap dan telah tersusun sebagaimana harusnya. Namun fakta ini membuat hatiku sesak.<br />
<br />
”Yah, mungkin sekarang dia lagi mengutuki aku…pasti dia benci sama aku” air matanya menetes.<br />
<br />
“Bener nggak Albert?” Catherine menoleh kearahku dan tersenyum sedih<br />
<br />
Aku tertunduk. <br />
“Nggak…cowok yang kamu tinggalin itu nggak pernah benci sama kamu…dia masih mencintaimu sampai sekarang…” ucapku pelan<br />
<br />
”Hah? Kenapa kamu bilang gitu?” Catherine terperanjat dan menatapku heran<br />
<br />
Aku mengumpulkan segenap tenaga dan berulang kali menghela nafas lalu aku mengucapkan kalimat dalam bahasa Indonesia,<br />
<br />
<br />
<br />
”Karena…sampai sekarang, aku nggak pernah sedetikpun membenci kamu Ira…”</div>
<div class="MsoNormal">
Aku menangis…air mataku jatuh…<br />
<br />
Catherine pucat pasi mendengar kata-kataku<br />
<br />
”SIAPA KAMU?!!” ia menjerit dan melangkah mundur menuju pintu<br />
<br />
Ia berusaha membuka pintu kamarku dan lari, tetapi sayang, pintu kamar terkunci, dan kunci itu ada padaku. Aku bangkit dan berjalan terseok-seok kearahnya. Hatiku hancur karena pertemuan yang tidak kuharapkan terjadi seperti ini.<br />
<br />
Catherine beringsut-ingsut ke pojok ruangan. Tangannya gemetar ketakutan dan ia melotot kearahku.<br />
<br />
”SIAPA KAMU?! JAWAB!!” ia menjerit lagi<br />
<br />
Aku hanya menatapnya…aku menatapnya terus dengan air mata berlinang…hatiku sesak. Catherine balas menatapku, ia tertegun sejenak.<br />
<br />
”A-Arif?! Nggak…nggak mungkin…INI NGGAK MUNGKIN!!” ia menjerit histeris sambil memegangi kepalanya<br />
<br />
”Ini kenyataan Ra…aku disini…” bisikku<br />
<br />
”NGGAK MUNGKIN!! ARIF DI INDONESIA!! DIA NGGAK MUNGKIN KESINI!!” Catherine duduk disudut ruangan sambil menangis<br />
<br />
”Aku datang buat kamu, Ira sayang…” aku menangis<br />
<br />
”NGGAK!! JANGAN MENDEKAT!! PERGI KAMU!! KAMU BUKAN ARIF!!” Catherine menjerit histeris<br />
<br />
“Ira aku—“<br />
<br />
”AKU BUKAN IRA! AKU CATHERINE!! AKU CATHERINEEEE!!!!” ia menjerit<br />
<br />
”Ira, nggak peduli kamu ngecat rambutmu pirang, kamu bergaul sama orang-orang disini, kamu ke diskotik, apapun yang kamu lakukan, kamu tetep Ira…kamu tetep Ira yang kusayang, Ira yang kucintai sepenuh hati” aku mengelus pipinya lembut<br />
<br />
”KENAPA KAMU KESINI RIF?! KENAPAA?!!” teriaknya sambil menepis tanganku<br />
<br />
”Aku kesini untuk—“<br />
<br />
”KAMU MAU NGANCURIN HIDUPKU LAGI?! IYA?!!” <br />
<br />
“Nggak Ra, aku—“<br />
<br />
”KENAPA KAMU DATANG DISAAT SEMUANYA MULAI NORMAL?!!”<br />
<br />
”Karena—“<br />
<br />
”AKU MULAI NGELANJUTIN HIDUPKU LAGI DAN KAMU TIBA-TIBA DATENG!! KENAPA RIF?!”<br />
<br />
“Karena aku—“<br />
<br />
”PERGI KAMU RIF! PERGI DARI HIDUPKU!! AKU NGGAK MAU—“<br />
<br />
”KARENA AKU NGGAK BISA HIDUP TANPA KAMU RA!! AKU NGGAK BISA!!” aku berteriak sambil menangis.<br />
<br />
“NONSENSE! BUKTINYA SELAMA INI KAMU—“<br />
<br />
“INI PERTEMUAN KITA YANG PERTAMA SETELAH SETAHUN LEBIH, DAN KAMU BUANG AKU SEENAKNYA KAYAK GINI RA?! BISA NGGAK—“ <br />
<br />
“AKU NGGAK BUANG KAMU AKU CUMA—“<br />
<br />
“LALU APA? KALO KAMU NGGAK MEMBUANG AKU, KENAPA KAMU NGGAK NGEHARGAIN USAHAKU? JERIH PAYAHKU?”<br />
<br />
“AKU BUKANNYA NGGAK NGEHARGAIN USAHAMU, TAPI—“<br />
<br />
“KAMU PIKIR AKU DISINI KARENA APA?!!”<br />
<br />
“KARENA KAMU MAU BALAS DENDAM KE AKU—“<br />
<br />
“KARENA AKU CINTA SAMA KAMU RA! AKU CINTA BANGET SAMA KAMU!!”<br />
<br />
Ira tertegun, tangisnya berhenti dan ia menatapku.<br />
<br />
”PLEASE RA!! Please kembali kesisiku Ra…aku mohon!!” aku berlutut dihadapannya<br />
<br />
Hatiku benar-benar pedih. Aku tidak menyangka Ira bakal menolakku sepedih ini.<br />
Aku menangis meraung-raung seperti hewan liar.<br />
<br />
”Kamu tau? Semenjak kamu pergi ninggalin aku, semuanya hampa Ra! HAMPA!! Hidupku nggak ada arah!!”<br />
<br />
Ira masih menatapku dengan terkejut.<br />
”Arif…aku—“<br />
<br />
”AKU MOHON RA! AKU MOHON! Cuma kamu satu-satunya cewek di hidupku!”<br />
<br />
“Nggak bisa Rif, aku—“<br />
<br />
”KENAPA LAGI RA?! AKU NYUSUL KAMU KE PARIS, APA ITU NGGAK CUKUP BUAT BUKTI?!” jeritku<br />
<br />
”AKU UDAH BILANG ALESANNYA RIF! AKU TUH CEWEK KOTOR!!” Ira balas menjerit, air matanya mengalir lagi<br />
<br />
”KALO KAMU CEWEK KOTOR DAN KAMU NGAKUI HAL ITU, KAMU PASTI SEKARANG UDAH DI PELACURAN! KAMU NGGAK AKAN REPOT-REPOT KULIAH DI PARIS INI!!” aku meraung<br />
<br />
”OKELAH, TAPI AKU TAU, KAMU PASTI NGANGGEP AKU KOTOR, WALAUPUN CUMA SEDIKIT!!”<br />
<br />
“NGGAK PERNAH!! NGGAK PERNAH RA!! AKU PERCAYA KAMU NGGAK PERNAH TIDUR SAMA SIAPAPUN DI PARIS INI!! AKU YAKIN!! Jangan bohongi perasaanmu sendiri Ra…” suaraku melemah<br />
<br />
“Aku…” ia kehabisan kata-kata<br />
<br />
”Jangan rubah apapun yang ada pada kamu…kamu tetep Ira yang aku sayangi…kamu bilang sendiri kalo kamu benci orang munafik…kalo kamu bohongi perasaanmu sendiri, kamu munafik Ra…” suaraku berubah menjadi bisikkan<br />
<br />
“TERSERAH! KALO KAMU NGGAK MAU PERGI, BIAR AKU YANG PERGI!” Ira melangkah ke sofa untuk mengambil tasnya<br />
<br />
”Percuma….” ucapku pelan<br />
<br />
Ira menghentikan langkahnya. Tangannya gemetar mendengar kata-kataku.<br />
Aku bangkit berdiri dan berjalan terseok-seok kearahnya. Ia tidak membalikkan badan.<br />
<br />
“Kemanapun kamu pergi, pasti bakal kutemuin. Dan tiap pertemuan akan jadi seperti ini, cuma menambah kepedihan di hati kita masing-masing…” ucapku pelan<br />
<br />
Ira berbalik. Ia menatapku tajam.<br />
”Kamu bilang, kamu nggak pernah mencintai cewek lain selain aku? Iya?”<br />
<br />
Aku mengangguk mantap.<br />
<br />
”Kamu udah bohong Rif…kamu udah cinta sama cewek lain” ia menggeleng pelan<br />
<br />
DEG!!<br />
“A…apa?” aku begitu terpukul<br />
<br />
“Kamu cinta sama Catherine!! Kamu cinta aku sebagai Catherine, bukan sebagai aku yang dulu!!” Ira menjerit<br />
<br />
Aku menggeleng pelan.<br />
”Aku cinta Catherine sebagai Ira, dan aku cinta Ira sebagai Catherine”<br />
<br />
Ira tampak tidak puas dengan jawabanku.<br />
”KAMU TUH SAMA AJA KAYAK COWOK LAIN! BINATANG SEMUA!!”<br />
<br />
”Aku emang binatang…aku akuin itu…” ucapku pelan<br />
<br />
Ira terkejut mendengar jawabanku.<br />
<br />
”TAPI KARENA INSTING BINATANG ITU, AKU JADI BISA KETEMU KAMU! AKU JADI BINATANG KARENA APA? KARENA AKU KEHILANGAN KAMU!!”<br />
<br />
Ia tercekat, tak mampu membalas kata-kataku.<br />
<br />
“Aku tau, kamu nggak percaya sama aku Ra…tapi aku mohon…tolong beri aku kesempatan sekali lagi…!” aku menunduk dan berlutut dihadapannya<br />
<br />
Ira tidak mempedulikan permohonanku. Ia melangkah melewatiku menuju pintu. Sepertinya ia lupa bahwa pintu itu terkunci. Aku berdiri.<br />
<br />
”Hmph! Sepertinya aku udah mencintai orang yang salah ya…” aku menahan tawa<br />
<br />
Pedih sekali hatiku saat itu. Kecewa, marah, sedih…<br />
Aku sudah tidak mampu berpikir jernih.<br />
<br />
”ARIF, BUKA PINTU INI SEKARANG JUGA!!” Ira berteriak marah<br />
<br />
Aku berjalan kearah laci dan mengambil 2 buah tang. Ira tampak kaget. Aku berjalan pelan kearahnya.<br />
<br />
”A-Arif?! Mau ngapain kamu?!” ia bertanya ketakutan<br />
<br />
”Aku…nggak mau kamu pergi lagi Ra…” ucapku pelan<br />
<br />
”He-hei! Jangan Rif! Apapun yang mau kamu lakuin, plis, aku mohon jangan!!” ucapnya terbata-bata. Tangannya gemetaran karena takut.<br />
<br />
Aku mengeluarkan kunci kamarku dan kupegang tepat didepan wajahnya. Ia kaget dan heran. Dengan cepat, kupatahkan kunci itu dengan kedua tang. Ira terbelalak.<br />
<br />
”Hei! Apa-apaan kamu?!!” ia berusaha meraih kunci yang sudah patah dua itu, namun aku lebih cepat.<br />
<br />
Kubuang kunci itu melewati teralis jendela.<br />
“Ups…jatuh…” aku menyeringai buas<br />
<br />
Ira terkejut. Dia paham seringaiku dan spontan ia segera menutupi tubuhnya dengan tangan ketika aku membuang tang itu kesudut ruangan.<br />
<br />
Tanganku terulur menjamah tubuhnya. Dia semakin gemetaran.<br />
”A-Arif…please jangan Rif…” ia mulai menangis lagi<br />
<br />
Aku tersenyum liar</div>
<div class="MsoNormal">
Plok!<br />
<br />
Kutepuk kepalanya dengan lembut<br />
<br />
”Ah…ngantuk…aku mau tidur…kalo mau mandi, itu handuknya ngambil di lemari” ucapku sambil berbalik kearah kasur, aku tidak dapat melihat ekspresinya<br />
<br />
<i>“Maaf aku udah bikin kamu takut Ra…asal kamu tau, semarah apapun aku, aku nggak bakal sanggup nglakuin hal kasar sama kamu, nggak setelah kita terpisah selama ini”</i><br />
<br />
Aku berganti pakaian santai, kaos dan celana pendek kemudian berbaring telungkup dikasur.<br />
<br />
”KELUARIN AKU! ARIF! KELUARIN AKU!!!” Ira memukul-mukul punggungku<br />
<br />
Tanpa ia sadari, aku tersenyum bahagia karena aku telah berhasil menemukan belahan jiwaku, walaupun tidak utuh. Walaupun dia masih menolak kehadiranku<br />
<br />
Sejenak kemudian aku tertidur<br />
<br />
================================================== ===================================<br />
<br />
Aku terbangun ketika merasa ada sesuatu yang dingin menempel dipipiku. Aku terjaga tapi tidak membuka mata dan masih pura-pura tidur.<br />
<br />
“Maafin aku Rif, aku emosi…aku nggak bisa ngontrol omonganku…” Ira mengelus-elus pipiku dengan lembut.<br />
<br />
“Aku udah pikirin lagi dan aku sadar kalo aku salah…ketika kamu bangun, aku bakal perbaiki semuanya…kamu mau kan maafin aku Rif?” kalimat terakhir diucapkannya sambil menahan tangis.<br />
<br />
“Kamu nyusul aku ke Paris, itu udah lebih dari cukup buat bukti kalo kamu bener-bener sayang sama aku, cuma akunya aja yang nggak sadar…maafin aku Rif…maafin aku…” isaknya<br />
<br />
Aku terenyuh mendengarnya. Kupegang tangannya sehingga Ira terkejut, aku merasakannya dari tangannya yang kejang karena kaget.<br />
<br />
”Pasti kumaafin sayang…” aku masih memejamkan mata<br />
<br />
“K-kamu nggak tidur?!” serunya terkejut<br />
<br />
“Jadi, kamu mau ngasih aku kesempatan kedua?”<br />
<br />
”Nggak. Aku yang harusnya tanya gitu ke kamu Rif.”<br />
<br />
Aku hanya tersenyum. Pelan-pelan kubuka mataku.<br />
<br />
”WHAT THE HELL?!!” aku berteriak kaget dan langsung terlonjak duduk<br />
<br />
Ira hanya berbalut handuk, sepertinya habis mandi. Ia duduk disampingku. Wangi tubuhnya begitu menyenangkan. Wangi yang sempat kulupakan selama setahun lebih, wangi yang membuatku tenang.<br />
<br />
“Kenapa?” tanyanya heran<br />
<br />
”Nggak…nggak…kaget aja…” aku belum terbiasa menghadapi fakta bahwa Catherine adalah Ira<br />
<br />
Aku menoleh ke kanan-kiri mencari jam. Ira menatapku tajam. Aku tertegun.<br />
<br />
”Arif…” panggilnya serius<br />
<br />
”I..iya?” aku gugup di pandangi seperti itu<br />
<br />
”Aku akuin kalo aku salah ninggalin kamu Rif. Kamu…mau maafin aku?” Ira menunduk<br />
<br />
Aku tersenyum. Kutatap Ira dengan lembut.<br />
<br />
”Hei…tentu saja…kita mulai semuanya dari awal ya?”<br />
<br />
Ira mendongak menatapku, ia tersenyum dan menangis.<br />
<br />
Mata itu!! Matanya yang teduh dan penuh kasih sayang itu kembali!! Ooh..mata yang selama ini kucari…! Aku begitu bahagia!<br />
<br />
Kami berpelukan sangat lama, mencurahkan berbagai perasaan tanpa bicara sedikitpun.<br />
Setelah emosinya reda, Ira melepaskan pelukannya dan menatapku.<br />
Aku balas menatap Ira lekat-lekat.<br />
<br />
”Ke…kenapa?” ia tersipu<br />
<br />
”Kamu jadi tambah cantik tau nggak?” kuseka air matanya<br />
<br />
“Kamu juga tambah cakep…hehehe.. “ ucapnya sambil memencet hidungku<br />
<br />
Ira menggeser duduknya mendekat kearahku. Ia meraih pipiku dan mencium bibirku dengan lembut. Bibirnya hangat. Kami berciuman dengan penuh kasih sayang, bukan dengan nafsu. Ira menangis ketika berciuman denganku.<br />
<br />
“Aku cinta kamu Rif…” ia memeluk leherku dan menangis. <br />
<br />
Wangi tubuhnya menenangkanku. Aku begitu bahagia, rasanya penderitaanku selama ini terbayar dengan bertemunya aku dengan Ira.<br />
<br />
“Aku milikmu seutuhnya Rif…lakuin apa yang kamu mau…tubuhku cuma punya kamu seorang” desahnya di telingaku<br />
<br />
BLAAARR!! ‘adik’ ku berdiri tegak mendengarnya<br />
<br />
“Aku udah nunggu lama buat hari ini…hari dimana aku bisa nglakuin ini lagi sama kamu Rif…walaupun aku tau, kemungkinannya kecil banget” Ira berbaring sambil melepas lilitan handuk di tubuhnya<br />
<br />
Waaaa!! Tubuhnya jadi jauh lebih seksi daripada yang dulu! Aku benar-benar speechless.<br />
Buah dadanya lebih besar daripada yang terakhir aku lihat, perutnya masih langsing, dan ‘itu’ nya masih dicukur habis dan bersih. Kulitnya semakin bersih dan yang paling membuatku tidak tahan, wajahnya yang sangat cantik bagiku.<br />
<br />
Aku menindih tubuhnya dan kucium bibirnya dengan lembut. Lidah kami saling membelit. Ira terlihat sangat menikmatinya. Sudah setahun lebih aku tidak melakukan apapun yang berbau seks karena depresi ditinggal oleh Ira.<br />
<br />
“Uuuhh…Ariff….aaahhh….” Ira melenguh keenakan ketika buah dadanya kuremas dengan lembut<br />
<br />
Kusibakkan rambut pirangnya yang panjang, ciumanku turun ke lehernya. <br />
”Ahh…Arif….aahh…aahh…geli Rif…” desahnya<br />
<br />
Aku berhenti dan melepas kaosku lalu kubuang entah kemana. Tiba-tiba Ira bangkit dan mendorong tubuhku hingga aku telentang. Matanya sayu, aku dan Ira sama-sama tahu, perasaan sayang dan bahagia lebih mendominasi daripada nafsu, sehingga kami melakukannya pelan-pelan.<br />
<br />
Ira mengarahkan tangannya ke celana pendekku dan pelan-pelan membukanya. Begitu celana dalamku terlepas, ‘adik’ ku berdiri dengan tegak.<br />
<br />
Ira tampak terkejut<br />
<br />
“Kenapa Ra?” aku bertanya-tanya<br />
<br />
”Ge…gede banget..!” matanya melotot melihat ‘adik’ ku<br />
<br />
”Ah masa sih? Nggak ah…biasa aja” aku membantah<br />
<br />
”Dua kali lipat daripada waktu dulu terakhir kita beginian” ia mengocok penisku pelan<br />
<br />
Seketika itu juga aku merinding. Sudah lama tidak disentuh oleh cewek, ‘adik’ ku marah rupanya. Pelan-pelan Ira memasukkan penisku kedalam mulutnya. Rasanya dingin sekaligus hangat.<br />
<br />
“Aaakkhh…Raa…enak Ra…oohh…” aku tidak sanggup bertahan<br />
<br />
Teknik blow-job nya masih setajam dulu. Lidahnya membelit penisku dan mengocoknya pelan-pelan. Aku melayang entah kemana.<br />
<br />
“Mmmphh…mmmhh…” Ira mendesah sambil mengocok penisku dengan mulutnya<br />
<br />
Beberapa kemudian aku sudah pada batasnya.<br />
<br />
”Ira…sebentar lagi Ra…ooh…terus…” aku mengerang<br />
<br />
Ia mempercepat kocokannya. Aku mengejang<br />
<br />
Croott…crrooot…<br />
<br />
Spermaku muncrat di dalam mulutnya. Rasanya sangat nikmat.<br />
<br />
”Mmmpph…” Ira berusaha menelan semua spermaku<br />
<br />
“Enak Rif? Hehehe” ia bertanya sambil terkekeh setelah melepaskan penisku<br />
<br />
”Enak dong sayang…makasih yaa!” aku tersenyum<br />
<br />
Ira mengangguk dan kembali menjilati sperma yang berleleran. Sejak kapan dia menjadi liar seperti ini? Aku tertegun menatapnya. <br />
<br />
Dia mengocok penisku dengan tangan sambil tersenyum. Tapi lama kelamaan senyumnya memudar, ia menatap wajah dan penisku bergantian dengan heran.<br />
<br />
“Loh? Kok nggak lemes?” tanya Ira<br />
<br />
”Aku juga nggak tau…” ucapku sambil mengangkat bahu<br />
<br />
Aku bangkit dan memeluknya dari belakang lalu kutidurkan sehingga kini aku berada dibawah tubuhnya. Kami sama-sama menghadap keatas.<br />
<br />
”Ariff…uuhh…enak Rif…” Ira mengerang ketika kedua payudaranya kuremas lembut<br />
<br />
Aku tersenyum. Tangan kiriku menelusuri tiap jengkal kulitnya yang mulus itu hingga ke daerah kemaluannya.<br />
<br />
”Mmph!” Ira mengerang ketika jari-jariku membuka bibir vaginanya<br />
<br />
Dengan penuh perasaan aku menggesek-gesekkan jariku pada vaginanya yang berwarna pink itu sementara tangan kananku meremas buah dadanya secara bergantian.<br />
<br />
“Nnghh…terus Rif…aah..aahh…” desahannya membuatku merinding<br />
<br />
Tubuh Ira mengejang setiap kali jariku bergesekan dengan klitorisnya. Aku dengan sengaja hanya menggesek-gesek klitorisnya membuat Ira kelojotan dan berteriak-teriak. Putingnya mendapat perlakuan yang sama membuatnya semakin menggila.<br />
<br />
”Aaaaaaahhh!! Ariiff!! Kamu apain sih Riff? Aaaahh…enak banget Riff…teruuss!!” <br />
<br />
“Aaaaaarrgghh! Aku keluar Riff…!! Ahh…ahh….aaaahhh!!” kedua tangannya meremas kasur dengan kuat sementara tubuhnya kejang-kejang.<br />
<br />
Tanganku terasa seperti disiram sesuatu yang hangat, ya, Ira orgasme, namun aku tidak menghentikan gesekan jariku. Hal ini membuat Ira yang masih lemas gara-gara orgasme kepayahan.<br />
<br />
“Aaaaakhh! Riiiff..!! Oooh…! Aku nggak kuat Riff..!! Aaaahh!!” tubuhnya terus mengalami kejang-kejang dan kelojotan tak terkendali<br />
<br />
Aku melanjutkannya terus tanpa ampun hingga sekitar 15 menit. Sudah berapa kali Ira orgasme aku tidak tahu. Yang jelas kini Ira terkapar tak berdaya dan hanya bisa megap-megap tanpa suara.<br />
<br />
“Aampun Rif…nggak kuat…ampun…” ucapnya memelas<br />
<br />
Nafas Ira tersengal-sengal, ia megap-megap seperti kehabisan nafas. Matanya berkaca-kaca karena tidak kuat lagi menahan gesekan pada klitorisnya. Aku masih saja menggesek-gesekkan jariku.<br />
<br />
”Ariiiiiiiiiffff!!!” Ira menjerit keras sekali. <br />
<br />
Seketika itu tubuhnya menggelinjang hebat, bukan hanya kejang lagi. Entah sudah berapa kali dia orgasme. Aku hanya tertawa geli melihatnya.<br />
“Ekkh…aakkhh…ampun Rif…ampun…aakkhh…” Ira menangis<br />
<br />
Tidak ada ampun! Dua jari tangan kananku kumasukkan kedalam vaginanya dan kukocok dengan cepat namun stabil sementara tangan kiri masih menggesek-gesek klitorisnya.<br />
<br />
Ira hanya terkulai sambil menangis. Tangan dan kakinya tidak bergerak.<br />
<br />
”Maaf Rif…maafin aku…ampun…” ia terisak-isak<br />
<br />
Sekali lagi! Aku mempercepat kocokanku dan menambah intens gesekannya. Tubuhnya mengejang sekali.<br />
<br />
”Aaaakkkhhh—“ jeritannya terpotong, tubuhnya gemetar hebat. Setelah itu tak ada lagi suara, hanya nafasnya yang pendek-pendek kurasakan.<br />
<br />
Aku merasa ini sudah cukup. Aku bangkit dan menaiki tubuhnya. Kutatap wajahnya yang berlinangan air mata itu.<br />
<br />
”Kamu jahat Rif…” ucapnya sambil menangis<br />
<br />
”Hehehehe…” aku terkekeh melihatnya dalam keadaan seperti itu<br />
<br />
”Huh!” Ira melengos<br />
<br />
”Hei…kok marah sih?” aku menggoda sambil menggesek klitorisnya lagi<br />
<br />
Tubuhnya mengejang sekali,<br />
”Aaah! Awas lah kamu…!” ia menepuk kepalaku sambil tersenyum<br />
<br />
“Aku masukin yaa?” ucapku sambil menempelkan penisku di vaginanya<br />
<br />
”Hm mh” angguknya<br />
<br />
Kutekan sedikit…sedikit…Ira terbelalak.<br />
<br />
”Agghh! Enngghh! Nggak cukup! Uggh” vaginanya berusaha menelan penisku<br />
<br />
“Sabar, sebentar lagi juga masuk semuanya” aku masih berusaha.<br />
<br />
Separuh penisku sudah masuk. Ira hanya merem melek menahan nikmat.<br />
<br />
“Agh! Ahh…aahh…ahh..gede banget Rif...aagghh...mem*kku penuh...” ia mengerang ketika akhirnya seluruh penisku berhasil masuk<br />
<br />
Vaginanya masih sempit seperti dulu, bukti bahwa Ira tidak pernah membiarkannya dimasuki penis orang lain. Aku tersenyum. Baru beberapa kali genjotan, Ira sudah mengejang lagi.<br />
<br />
”Aaahh!!” jeritnya ketika ia mengalami orgasme<br />
<br />
Aku mengambil posisi duduk dan Ira berhadapan denganku sementara aku terus memompa vaginanya.<br />
<br />
“Egghh..!! Aaahh…!! Fuck me Rif! Fuck me more! Aaahh!” rintihnya<br />
<br />
”Apa? Kamu bilang apa barusan?” aku menghentikan gerakanku dan mengrenyit kearahnya<br />
<br />
”Ups! Hehehe” spontan ia menutup mulutnya dengan tangan lalu terkekeh<br />
<br />
Aku geli melihat tingkahnya. Sekitar 10 menit aku berada dalam posisi ini hingga punggungku pegal, maka aku berganti posisi missionary. Dengan ini penisku bisa menggesek vaginanya dengan lebih intens.<br />
<br />
“Aaagghh! Dalem banget Rif…oohh…!” <br />
<br />
“Aku hampir keluar Ra! Uuh..!” penisku berdenyut-denyut<br />
<br />
”Sebentar sayang, aku juga hampir…aahh…!”<br />
<br />
Beberapa menit kemudian aku memuntahkan sperma di dalam vaginanya. Croott..croot..crott... Spermaku memenuhi vaginanya yang hangat dan lembut itu. Begitu nikmat hingga lututku terasa lemas.<br />
<br />
“Aaah! Kamu ngeluarin di dalem ya?!” Ira panik<br />
<br />
”Ah?! Iya! Kenapa?” aku jadi ikut-ikutan panik<br />
<br />
”Nggak apa-apa “ <br />
<br />
“Huu! Dasar! Hahahaha” aku mencium bibirnya dengan lembut<br />
<br />
“Kita nggak akan pernah pisah lagi kan Rif?” ia bertanya kepadaku dengan polos<br />
<br />
Aku mengangguk mengiyakan. Kujilat putingnya dan kugigit kecil.<br />
<br />
”Uugh! Udahan sayang…aku capek…” wajahnya terlihat sayu dan kelelahan<br />
<br />
Setelah itu kami membersihkan diri dan membuat kopi. Kami bercakap-cakap hingga matahari terbit sambil memandangi menara Eiffel yang tertimpa cahaya matahari pagi.<br />
Hidupku telah kembali. Kebahagiaanku telah kembali. Dan Ira, juga kembali kesisiku.<br />
Kami menghabiskan sisa hari dengan bercakap-cakap, bercanda dan berjalan-jalan.<br />
<br />
Menara Eiffel menjadi saksi bisu kebahagiaan dan kepedihan kami selama di Paris</div>
<div class="MsoNormal">
Esoknya di kampus…<br />
<br />
Aku sedang berkumpul bersama teman-teman sebangsaku dihalaman kampus<br />
<br />
”Eh Rif, Catherine gimana kemarin?” tanya salah seorang temanku<br />
<br />
“Ya nggak kenapa-kenapa kok” aku tersenyum<br />
<br />
”Eh yang bener?”<br />
<br />
”Iya dong…!”<br />
<br />
Dari kejauhan aku melihat Ira datang berjalan kearahku. Semua mata cowok tertuju padanya. Aku hanya tersenyum.<br />
<br />
“Waduh! Itu Catherine, mampus lo Rif!” mereka panik<br />
<br />
”Hai sayang!” sapa Ira akrab<br />
<br />
“Halo sayang. Kok baru berangkat?” aku mengecup bibirnya<br />
<br />
Teman-temanku melongo melihat Ira menyapaku dalam bahasa Indonesia. Tidak cuma teman-temanku, cowok-cowok disana semuanya melongo. Rangga dan Setyo apalagi.<br />
<br />
Mereka minta penjelasan, akhirnya kuceritakan bahwa Catherine itu Ira. Mereka sempat tidak percaya dan menolak mentah-mentah, bahkan menganggapku gila, namun melihat bahwa hal itu fakta, akhirnya mereka percaya.<br />
<br />
Rangga dan Setyo menceritakan asal-usul dan sebab kami berpisah dulu di Indonesia, aku dan Ira mendengarkan diiringi tawa dan perasaan sedih. Mereka terkesima mendengar cerita tentang kami berdua. <br />
<br />
Mereka menjadi duri pelindung kami, mereka melindungi kami dari berbagai gossip tidak enak yang ditebarkan oleh Tom dan Anna cs. Rini adalah salah satu yang paling membela aku dan Ira. Ira masuk kedalam kelompok kami dan menjauhi Anna cs. Ada suatu waktu ketika Tom berusaha menjatuhkan nama baikku namun berakhir dengan ditertawakan dan dihina oleh para mahasiswa lainnya, semuanya berkat teman-temanku.<br />
<br />
Beberapa tahun kemudian, kami lulus. Ira lulus cum laude sementara aku bisa dibilang lulus dengan memuaskan. <br />
<br />
Sehari setelah kelulusan, orang tuaku datang ke Paris. Hari itu juga aku melamar Ira di taman dekat tepian sungai Seine<br />
<br />
“Ira…mmm…” kupersiapkan mental<br />
<br />
“Opo?” jawabnya dalam bahasa Jawa, Ira nyengir<br />
<br />
Aku mengeluarkan sebatang mawar merah dari dalam ranselku tanpa sepengetahuannya dan kusembunyikan dibalik badanku.<br />
<br />
“Euh…mmm….” Aku masih tergagap<br />
<br />
“Apa sih? Kaya mau nembak aja!” ia menatapku heran<br />
<br />
”Marry me?” aku tertunduk malu sambil menyerahkan bunga itu<br />
<br />
PLAAAAAAAKKKK!!!<br />
<br />
Ira menamparku keras sekali, bunga yang ada ditanganku terjatuh ke rerumputan.<br />
Aku tidak menyangka bakal jadi seperti ini. Hatiku begitu pedih.<br />
<br />
“Of course I will, you idiot!!” tiba-tiba Ira memelukku sambil menangis<br />
<br />
“Lho? Tapi kenapa musti nampar? ” aku benar-benar tidak menyangka<br />
<br />
“You stupid, idiot, moron!! There’s no need to ask, you already know the answer, you dumbass!” Ira menangis <br />
<br />
Ah…dia menerima lamaranku…tiba-tiba dunia terlihat lebih berwarna, bunga-bunga menjadi lebih wangi dan hatiku dipenuhi kebahagiaan yang tak terkatakan.<br />
<br />
Hari itu juga, aku bersama keluarga ku menemui orang tua Ira di Paris dan mengajukan lamaran. Lamaranku diterima dengan sangat baik, karena ternyata orang tua Ira sudah memperhatikan sikapku mulai dari kami jadian dan mereka melihat jerih payahku yang menyusul Ira sampai ke Paris. Tanpa banyak cing-cong, mereka setuju, dan hari itu juga kami menentukan tanggal pernikahan kami.<br />
<br />
Sebulan kemudian, kami kembali ke Indonesia dan menikah dengan bahagia. Happy ending.<br />
<br />
=SELESAI= (go to_hell)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>ival syadewahttp://www.blogger.com/profile/18301224571854071554noreply@blogger.com1Jakarta, Indonesia-6.211544 106.84517200000005-6.355154 106.69912250000004 -6.067934 106.99122150000005tag:blogger.com,1999:blog-1600249277997251424.post-91531045485259348972012-03-03T20:03:00.001-08:002012-03-03T20:03:29.890-08:00<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><br />
<b>NIA<o:p></o:p></b></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: x-small;"><span style="line-height: 14px;"><i><br /></i></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; line-height: 115%;">Hujan turun sore itu dengan derasnya. Disudut
jendela sebuah rumah, tengah duduk seorang gadis dengan tatapan kosong pada
titik air hujan yg mulai menggenang di pelataran rumahnya. Dia adalah Nia,
seorang gadis mahasiswi PTN semester 2. Dengan wajah yang cantik, rambut
panjang, kulit putih, dan tubuh cukup proposional 50/167 kiranya tak sulit
utknya mendapatkan seorang pria tambatan hati.<br />
Tapi sore itu terlihat lain, dari jarak dekat dapat dilihat pada sudut matanya
menggenang airmata yg siap meluncur basahi pipi halusnya. Seorang cantik sedang
merana, cintanya tersangkut di ujung penantian. Ya, Nia sedang jatuh cinta,
pria yg beruntung telah dicintai seorang Nia adalah Roy, tapi bukan Roy Martin
tentunya. Nama lengkapnya adalah Roy Kanda, seorang mahasiswa semester 6 di
kampus yang sama dg Nia namun berbeda jurusan. Roy terbilang cukup keren atau
lebih tepatnya bisa dibilang bintang kampus. Banyak cewek yg tergila-gila
padanya, tak terkecuali Nia tentunya. Dengan wajah cool, tampan, dan pembawaan
yang berwibawa maka patutlah dia menjadi pujaan kaum hawa disana.<br />
Tapi disitulah letak kegundahan Nia. Pria tampan bernama Roy itu tak juga
menyatakan perasaannya meski mereka berdua telah berteman cukup dekat.<br />
Sore itu menjadi sore dingin dan penuh kebekuan bagi Nia. Tadi pagi terdengar
kabar bahwa Roy telah jadian dengan Sesya. Sesya adalah gadis cantik centil
semester 4 dari jurusan sekretaris di kampus itu. Sesya terkenal sebagai gadis
kampus yg cantik, seksi, centil, namun jg jutek. Dengan tubuh 50/160, rambut
bergelombang, wajah cantik sensual dan dada besar sungguh terlihat sintal
menggoda. Apalagi ditunjang dg dandanan dan pakaian yg seksi sehingga selalu
terpampang kemolekan dan kemulusannya. Berlawanan dg itu, nuansa jutek begitu
kentara. Jiwa kesombongan dan keangkuhan yg direkatkan pada kecantikan telah
mampu membuatnya berasa bak bintang. Sedangkan Nia yg terkesan anggun dan
rendah hati sering menjadi korban kejutekan Sesya yg merasa tersaingi oleh
kecantikan Nia.<br />
<br />
Kembali pada kesedihan sore itu, Nia terlihat murung. Bukan dia tak mau
menerima salah satu dari beberapa pria yg pernah menembaknya, namun hati
berkata lain tentang cinta. Dan dihatinya saat ini hanya ada Roy seorang.<br />
Sore berganti malam hingga waktu tidur Nia pun tiba. Di atas ranjangnya Nia
tetap gelisah. Pil pahit seperti tengah ditelannya. Pikiran mencari kepuasan
diripun menyeruak. Keinginan menghibur diri. Perlahan ia tanggalkan baju
babydoll. Kini terlihat tubuh seksi mulus tergolek diranjang. Tak menunggu
lama, Bra tipe 36 dan CD g-string segera ia lepas pula. Dan sekarang terlihat
tubuh polos tanpa noda. Begitu seksi ternyata Si Nia. Tak kalah rasanya
dibanding keseksian Sesya. Lebih-lebih tatkala terlihat bukit payudara Nia yg
ternyata cukup besar membulat indah. Dihiasi puting merah muda khas
orisinilitas yg belum pernah terjamah tangan pria. Dadanya begitu seksi, putih,
montok, sekal, dan membusung menggoda. Berlahan tapi pasti ia raba sendiri dada
ranumnya. Dia remas, raba, dan dipilin putingnya dg penuh perasaan. Mata Nia
terpejam menghayati kenikmatan itu. Keningnya berkerut meresapi gairahnya.
Sayup mulai terdengar desahan Nia,<br />
"stttt...ehmmm..ehhh",<br />
Mulutnya sungguh terlihat seksi dalam melantunkan desahan itu.<br />
Dengan gemulai satu tangannya menjalar menyusuri perut dan pinggul yang
berlekuk bak gitar, kemudian berhenti di gundukan berbelah rapat di pangkal
pahanya. Di belainya labia mayora yang juga masih kesat orisinil dan belum
tertusuk jarum pria. Suasana lembab pun mulai tercipta nun jauh dibawah sana.
Kian lama kian basah akibat belaian tangannya yg mengundang hasrat. Rancau Nia
semakin terdengar jelas,<br />
"uhmmm..uhh..stt..ahh..ah..mas royy..uhmm..".<br />
Ya,memang hanya Roy yg memenuhi pikiran dan imajinasinya. Nampaknya Nia telah
terjangkit virus asmara yang begitu kuat hingga pengaruhi hati dan pikirannya
utk selalu menghayal tentang Roy.<br />
Tak puas hanya bermain di pintu kenikmatan, jari Nia yang lentik menjelajah
hingga ke sudut atas lubang surganya. Sesaat dia terhenyak tatkala tonjolan di
sudut itu tergosok oleh jarinya. Merasa menemukan kenikmatan lebih dari gesekan
pada daerah tersebut, Nia berinisiatif untuk lebih intens pada daerah tersebut.
Alhasil, lenguhan keras terlontar dari bibirnya,<br />
"uhhhhh...mmhhh..auhh..ah ah ah..", semakin digosok semakin pula
meningkat kegelian dan rasa nikmat yang tak bisa diungkapkan kata-kata. Hingga
pada suatu ketika ditemukanlah suatu titik puncak dan membuat Nia gemetar dan
mendesah sejadi-jadinya,<br />
"auwhhhh..awhh..stttt..uh uh uh...arghhh..",<br />
Nia gapai orgasme tersebut dengan kepala terdongak dan punggung terangkat
tinggi keatas, semenit kemudian Nia limbung bersimbah peluh diikuti nafas
memburu yang kian lama kembali teratur. Nia tergeletak lemas diatas tempat
tidurnya dengan terpejam seakan mengais sisa-sisa kenikmatan yang baru saja
diraihnya.<br />
Nia bukanlah gadis kampus yang binal. Namun sisi privasinya yang manusiawi
dalam mencari dan menentukan langkah kenikmatan kepuasan adalah hasrat jiwa.<br />
Sesaat kemudian Nia telah lelap tertidur tanpa busana. Wajahnya terlihat letih
namun kerutan dahi yang masih tertinggal menandakan bahwa ia telah merasakan
dentuman birahi yang menggelora. Nampak di seprei tepat dibawah pahanya
membekas basah karena tetesan cairan kenikmatan yang diraihnya.<br />
<br />
Esok paginya..<br />
Pagi ini Nia sudah duduk manis di meja ruang kelasnya. Sekilas melintas Roy di
samping kelas Nia dan sempat pula menyapa Nia lewat jendela yang terbuka. Nia
tak menggubrisnya, dan Roy pun menjadi bertanya-tanya dalam hati.<br />
Siangnya ketika jeda kuliah, Nia selalu menghindar setiap Roy mendekatinya.
Hati Nia terasa telah beku. Hingga saat pulang terlihat Sesya berjalan
beriringan bersama Roy kemudian masuk mobil berdua diselingi kecupan Sesya pada
pipi Roy, kepedihan semakin menjadi-jadi di hati Nia.<br />
Sore harinya, 10 kali telepon dari Roy direject oleh Nia, bukan dia membenci
Roy tapi dia takut berharap terlalu banyak pada Roy.<br />
<br />
Hari-hari berlalu, tak terasa sudah 3 bulan Nia tak lagi bertemu dengan Roy.
Masa-masa pertemanan yang dekat antara Nia dan Roy seperti telah sirna. Begitu
juga Roy juga tengah disibukkan oleh Sesya sesya dan sesya.<br />
Pada suatu siang di hari sabtu, Nia sedang bermain ke rumah Nina, seorang
sahabat sekelasnya di kampus. Nina adalah pribadi yang humoris. Sering hadir
dalam kemurungan Nia dengan candaan dan humor yang mampu membuat Nia terlupa
sejenak pada kepedihannya. Nina adalah gadis energik bertubuh langsing atau
lebih tepat disebut kurus 45/160 namun memiliki kelebihan di sisi dadanya yg
berukuran 36 dan pantatnya yang bahenol montok sehingga terkesan aneh karena
badan kurus dengan onderdil depan belakang penuh. Namun dalam sisi lain ia
tampak lebih menggiurkan, apalagi ditunjang paras yang imut dan hidung yang
mancung. Sungguh menjadi sebuah daya tarik tersendiri.<br />
Siang itu selagi Nia dan Nina asyik bercanda di kamar atas rumah Nina,
tiba-tiba bel rumah Nina berbunyi. Karena penghuni rumah lainnya sedang
berkunjung ke rumah neneknya diluar kota, maka Nina sendiri yang beranjak
berdiri dari kasur untuk membukakan pintu. Saat Nina melompat dari tempat tidur
terlihat dadanya yang besar dan menggantung indah itu bergoyang-goyang.
Beberapa menit menunggu, Nia dikejutkan oleh suara cowok,<br />
"hai Nia, udah lama disini?",<br />
Ternyata suara itu adalah suara pacar Nina, Kenji namanya. Kenji adalah teman
sekelas Roy dan kebetulan mereka adalah teman dekat.<br />
"hai ken, barusan kok setengah jam yang lalu".<br />
Setelah sedikit berbasa-basi, kenji segera meluncur ke arah laptop Nina diatas
meja belajar. Ternyata laptop Nina sedang ada masalah dan butuh bantuan Kenji
untuk membetulkannya. Laptop tersebut ngadat saat Nina kesusahan
mengoperasikannya. Bisa jadi Nina masih belum familiar dengan OS Linux mint 10
julia di laptopnya yang dipasang oleh Kenji beberapa hari yang lalu.<br />
Sembari Kenji tekun mengerjakan laptop di meja belajar, Nia dan Nina kembali
bercanda diatas kasur Nina. Setelah sekitar 30 menit kemudian terlihat Kenji
senyum-senyum sendiri di depan laptop.<br />
"say, tahu ga ngadat nya kenapa coba?, nih liat.. kamu ngejalanin 3 film
bokep berjalan bersamaan dengan player berbeda, sizenya besar lg, ya tentu aja
jadi multi tasking and ngambek tuh laptopnya say !".<br />
Nina yang penasaran segera menghampiri Kenji dan melihat layar laptop yang
sedang menampilkan adegan syur. Lama-kelamaan Nina jadi keasyikan nonton dan
duduk dipangkuan Kenji sambil melihat laptop. Sekian lama kemudian terlihat
Kenji meremas dada Nina yang ada di pangkuannya. Nina sebentar melirik ke arah
Nia seakan mengatakan malu, namun Nia memberi isyarat dengan tangannya untuk
melanjutkannya.<br />
Kenji berkata pada Nia,<br />
"Nia, maaf nih bikin kamu jadi obat nyamuk, kalau kamu ga nyaman gak papa
kamu duduk diluar kamar aja dulu".<br />
Nia menjawab,<br />
"ow gak papa terusin aja, aku disini aja deh".<br />
Sepertinya Nia juga penasaran pada aktifitas kedua temannya tersebut.<br />
Kini Kenji mulai menciumi bibir Nina dengan ganas. Nina juga menyambutnya
dengan ganas pula. Sekejap terlihat sebuah adegan panas beberapa meter di depan
Nia. Dia bahkan asyik memperhatikan aktifitas itu yang ternyata cukup
mendongkrak libidonya. Sedangkan Nina kini telah topless dan terlihat bahwa
kenji sibuk mengulum dan menjilat puting Nina yang menjulang indah. Nina
mendesah diliputi gemuruh ombak nafsu,<br />
"ahhh..sttt..ken..terusskannn..mhhh..".<br />
Mendapat sinyal positif, kenji semakin berani bergerilya. Beralih menggelitik
tengkuk dan telinga Nina dengan lidah dan bibirnya, sambil tangan kirinya
meremas dan memilin bukit payudara Nina yang wah itu. Tangan kanan kenji pun
tak mau ketinggalan, perlahan tangan itu menjalar menelusup di celah pakaian
bawah Nina, meraba dan menerjang. Sekian detik kemudian tampak kini Nina
benar-benar bugil tanpa penutup apapun. Begitu membusung dada besar Nina
terlihat, dan demikian aduhai bulatan pantat Nina yg mulus terpampang.<br />
Nina segera menuntun kenji berdiri, dan mereka kembali berpagutan bibir dengan
panas. Jemari lentik Nina meremas erat tonjolan di selangkangan kenji dari luar
celana. Kemudian dia tanpa babibu segera Nina berusaha melucuti pula pakaian
Kenji. Sambil tetap berpagutan, tangan Nina sibuk melepas kemeja sekaligus
celana panjang Kenji. Sekarang Kenci hanya berpenutup CD saja. Nina nampaknya
masih membiarkan kain terakhir itu menutup selangkangan Kenji. Namun Nia yang
tampaknya menjadi lebih penasaran akan isinya. Pandangan Nia hanya terpaku pada
tonjolan di bawah pusar Kenji. Sekilas nampak Nina menangkap tatapan mata Nia
pada selangkangan pacarnya. Seperti hendak pamer, dengan sedikit terburu-buru
di pelorotkannya CD Kenji. Sekarang nampaklah batang Kenji menjulang dengan
kerasnya. Sesaat kemudian nampak Nina berjongkok dan mengulumnya.<br />
<br />
"ehhhmmm...sayangg....terussskann..." Kenji mendesah perlahan.<br />
<br />
Demi melihat hal itu, Nia sudah tak kuasa lagi menonton adegan selanjutnya.
Dengan terburu-buru ia berpamitan pada Nina,<br />
"Nin, aku pulang dulu, ada sms dari mama nih..." Nia beralasan.<br />
"ehhmmm....iya Nia ati-ati, sori dari tadi dicuekin, tolong kunci pintu
dari luar, trus lemparin kuncinya ke sofa lewat jendela" Nina membalas di
sela per-karaoke-an-nya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 115%;">Buru-buru
Nia keluar dari kamar Nina dan mengunci pintu seperti apa yang diminta Nina.
Dengan hati kacau segera di-stopnya sebuah taksi untuk segera meluncur ke
rumahnya.<br />
"ke jalan x mas" kata Nia pada sopir taksi.<br />
"iya non.." jawab sopir taksi singkat.<br />
<br />
Nia bukan wajah penggemar 3 some ( hehehe...mas bro yang komen #1 salah
sangka...), Nia juga tergolong pendiam, namun adegan yang baru saja dilihatnya
didepan matanya sendiri tentu bukanlah sekedar angin lalu belaka. Nia seorang
gadis normal yang punya nafsu. Melihat hal demikian tentu dan sudah pasti
membuat darahnya bergejolak. Bahkan kkali ini birahinya sudah diubun-ubun.
Makanya segera Nia mohon pamit karena melihat gelegar nafsunya sedang
menyala-nyala.<br />
<br />
Dalam kemelut pikiran dan hati yang tak karuan, tiba-tiba Nia dikejutkan dengan
tumbukan keras di moncong taksi yang dinaikinya.<br />
Brrraaakkkk.......<br />
sebuah peristiwa kecelakaan terjadi, mas sopir taksi na'as menabrak seorang
pengendara motor didepannya yang meleng dan hilang kendali. Sesaat sebelum
kejadian sempat terlihat si pengendara motor sibuk ber-sms ria sambil tetap
melajukan kendaraannya (nahhh...para semproters...jangan ditiru ya). Taksi
segera menepi dan sopir itu sibuk berurusan dengan warga yang emosi. Memang tak
salah jika warga membela pengendara motor, taksi dalam posisi salah karena dia
yang menabrak dari belakang meskipun hal itu dipicu si pengendara motor. Urusan
panjang pun terjadi. Sesaat, sopir menemui Nia dan mengatakan agar Nia
berpindah pada angkutan yang lain saja.<br />
"siaallll..." gerutu Nia dalam hati.<br />
<br />
Jalanan begitu ramai, sampai-sampai taksi yang berlalu dijalan itu pun juga padat
penumpang. Angkot dan bus kota juga terlihat penuh sesak.<br />
"uuuuffffhh....lengkaplah sudah penderitaanku" gerutu Nia.<br />
<br />
sambil berjalan tanpa tenaga Nia menyusuri jalanan tersebut, rumah Nia masih
kurang 5 kilometer lagi.<br />
dddinnn...diinn....<br />
Nia dikejutkan suara klakson mobiil yang muncul dari arah belakangnya, namun
mobil itu kemudian berhenti dan membuka kacanya.<br />
<br />
"Nia....ngapain kamu jalan sendirian...?? sini bareng gue yukkk"
suara dari dalam mobil berteriak melawan deru suara mobilnya.<br />
Nia tersentak, sosok yang memanggilnya itu adalah Roy, ya Roy yang dikaguminya
namun akhir-akhir ni dijauhinya.<br />
"ga..makasih" jawab Nia agak ketus sambil terus berlalu.<br />
<br />
"Nia...tunggu dong..kenapa sih kamuuu???" teriak laki-laki yang
ternyata Roy itu lagi.<br />
<br />
Nia tak menggubris, tetap ia berjalan menyusuri jalan trotoar sambil
mempercepat langkah. Namun Nia kurang hati-hati, karena terburu-buru akhirnya
ia kurang kontrol dan terperosoklah kaki Nia pada lobang di sisi trotoar yang
rusak (dduhhh hari gini trotoar rusakk? hehehe). Nia pun terjengkang. Roy
segera menepi dan bergegas mendatangi Nia. Nia meringis kesakitan, pergelangan
kaki kanannya terkilir.<br />
<br />
"aduuhhh...." Nia nampak panik.<br />
"Nia...kamu gak apa-apa? tuh kan...Roy bilang juga apaaa..!!" kata
Roy begitu sampai di depan Nia.<br />
"Ikut Roy ya..." kata Roy lagi.<br />
<br />
Sekarang Nia tak dapat menolak, keadaan tak mendukungnya. Nia pun mengangguk
pelan. Dengan sigap Roy membopong (menggendong tepatnya) Nia dan mendudukkannya
di kursi depan mobilnya. Sesaat kemudian mobil melaju.<br />
<br />
"kita ke rumah sakit atau ke tukang urut nih..???" tanya Roy sambil
terus melajukan kendaraannya.<br />
"ga usah...pulang aja" jawab Nia singkat.<br />
Setelah itu keadaan hening, hanya terkadang terdengar suara Nia mengaduh saat
mobil melewati jalan berlobang atau bergelombang (duuuhhh...lagi-lagi jalan
rusak...hari gini jalan rusak???).<br />
<br />
Sepi tanpa suara akhirnya Roy memberanikan diri membuka pembicaraan.<br />
<br />
"Nia...kenapa sih..kkamu kok sekarang menjauh gitu, apa sudah tidak mau
bersahabat lagi dengan gue?".<br />
Nia diam tak menjawab atau tepatnya dia bingung mau menjawab apa. Lucu aja
kalau dia bilang cemburuu sama sesya, emang Nia apanya Roy? pacar bukan, istri
malah bukannn..<br />
<br />
"Niaaaaa....ngomong dooong..."ucap Roy mempertegas.<br />
<br />
"kka kkamu kan udah punya pacar, ga perlu kan jalan ama aku?" kata
Nia kemudian dengan terbata.<br />
"maksudnya..??" Roy balik bertanya.<br />
"aaak akku merasa tersisihkan, sebagai sahabatmu tapi ga bisa bebas
becanda seperti dulu" Nia menjawab lagi.<br />
Kali ini Nia masih menggunakan kata 'sahabat' untuk memperhalus maksud
sebenarnya bahwa ia cemburu.<br />
<br />
"hahaha...Nia nia...ngapain sih mikirin begituan? teman tetaplah teman
Nia...ga bakalan posisi teman direbut paksa ama pacarku atau istriku sekalipun
!" Kata Roy lagi.<br />
<br />
TEMAN ? teman tetaplah teman?. Nia menjadi berpikir bahwa Roy memang tak
sekalipun menaruh hati padanya. Roy hanya menganggap Nia sebatas teman, tidak
lebih.<br />
<br />
Sampai dirumah Nia, mereka langsung menuju ruang tamu. Ternyata Roy adalah
tukang urut freelance yang handal (sambilan Roy jika libur kuliah...hahahaha).
Sakit pada kaki Nia pun diurutnya dengan lihai.<br />
<br />
Nia fokus meresapi kesakitan saat kakinya diurut, namun sekilas Nia menangkap
tatapan mata Roy ke wajah Nia yang penuh arti. Nia menjadi
bertanya-tanya......eng ing enggg......<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 115%;">Begitu
melihat Nia (dalam tanda kutip "memergoki") dirinya yang sedang
memandang wajah Nia, Roy pun membuang pandangan kearah lain. Sebenarnya apakah
arti dari pandangan itu? Hati Roy berkata apa sih? (hehehe...penulis ikutan
bertanya-tanya...).<br />
<br />
"Nak Roy, kamu itu lho mau-maunya mijitin kaki Nia yang bau kaos kaki
itu...jangan mau nakkk!" tiba-tiba muncul mama Nia dari ruangan dalam
membawa secangkir kopi, eh salah...teh ding...untuk Roy.<br />
<br />
"Ihhh...mama apaan sih, siapa juga yang bau..!!!" rajuk Nia manja.<br />
<br />
"Iya tan, ga apa-apa kok...jiwa seorang pemijit ga boleh
pilih-pilih...meski bau hihihihi" timpal Roy.<br />
<br />
"TIDAK BAU !!!" nada Nia meninggi (baca:sambil melotot galak...aw aw
aw aww...)<br />
<br />
"iya...iya...ga bau, ihh gitu aja marah neng..." Roy menjawab dengan
tersenyum.<br />
<br />
Mama Nia pun berlalu ke dalam lagi, mungkin beliaunya merasa tidak enak
mengganggu urusan muda-mudi.<br />
<br />
"Gimana Nia, udah enakan?" tanya Roy di sela proses pemijitannya.<br />
"Lumayan, tapi masih susah di tekuk nih kakiku..." jawab Nia.<br />
"Permisi ya..." Roy berkata sambil tangannya naik ke atas paha Nia
bagian dalam dan satu tangannya lagi memijit di belakang tulang kering Nia.<br />
"jalurnya otot dari sini, harus rata mijitnya" kata Roy lagi.<br />
"iii iiya" jawab Nia agak kaget. Terus terang Nia lumayan kaget plus
merinding disentuh pahanya, itu kan daerah sensitif Nia.<br />
"celana panjangnya diganti celana pendek atau apa gih sana, sayang celana
panjangnya kalau kena minyak urut" lanjut Roy.<br />
<br />
Tanpa menjawab Nia langsung berjalan tertatih menuju kamarnya. Tak seberapa
lama kemudian Nia sudah muncul kembali dengan kaos santai longgar (tepatnya
kedodoran alias kegedean...hehehe sepertinya tuh kaos punya bokapnya haha...)
dan bawahan sebuah rok santai se lutut.<br />
<br />
Proses per-pijitan berlanjut. Nia masih saja mengunci mulutnya. Diam-diam ia
juga meresapi setiap gesekan tangan Roy di pahanya yang mulus itu. Sensasinya
berbeda dengan saat dia meraba sendiri tubuhnya. Kian lama Roy juga semakin
asyik berkutat dengan pekerjaan barunya itu. Dengan masih tetap diam, keduanya
meresapi kegiatan "pijit" itu. Tangan Roy yang awalnya memijit
lama-lama berubah menjadi remasan dan belaian di paha itu. Nia juga tak menolak
perlakuan itu. Nia hanya memejamkan mata sambil bersandar di sofa. Sesekali
terlihat keningnya mengkerut seperti menahan sesuatu. Bulu kudu di paha Nia
meremang seketika saat Roy merubah gerakan menjadi mengelus dan sedikit
menjalar keatas (hanya sedikit keatas...tidak lebih...jangan berpikiran terlalu
jauh ya pembaca...!!)<br />
<br />
"uhhhhhhh....." tiba-tiba Nia menggumam seperti mendesah. Nia menjadi
terkejut sendiri atas apa yang barusan disuarakannya. Sepertinya itu reflek
mengalir dari mulutnya.<br />
<br />
Roy juga demikian kaget pula. sampai-sampai di menghentikan gerakan tangannya.
Mereka saling berpandangan. Pipi Nia memerah menahan malu, kemudian dia
tertunduk.<br />
<br />
"udah deh mas Roy mijitnya, udah enakan kok" kata Nia sambil kemudian
mundur menjauh dari tangan Roy.<br />
<br />
Roy sesaat terlihat kecewa, namun segera ditutupinya dengan senyumnya nan
sahaja berwibawa...(uuuhhh senyum ini lho yang bikin Nia ter kiwir-kiwir...hihihihi).<br />
<br />
"Mas Roy terimakasih ya, Nia mau istirahat dulu" kata Nia kemudian.<br />
<br />
"Iya deh, aku pamit dulu ya, sampaikan pamitku pada mamamu juga
ya..." Jawab Roy.<br />
<br />
Sepeninggal Roy, Nia menjadi termenung sendiri di sofa itu. Dia berpikir dan
memutar otak untuk menemukan jawaban atas tatapan Roy tadi dan juga aksi Roy
yang penuh penjiwaan itu (cieee...cieee penjiwaan...).<br />
<br />
"Heeeiiii....bengong aja Non..!!". Suara plus tepukan di bahu Nia
membuat Nia terkejut sekali. Ternyata sang mama sudah ada disampingnya.<br />
<br />
"ihhh mama ngagetin aja siiihh !!!" teriak Nia.<br />
<br />
"ada apa sih cantikkk...bengong aja...Roy udah pulang ya? udah gih sana
makan trus istirahat biar segera sembuh sakitnya" kata mama sambil
membelai sayang kepala anak gadisnya itu.<br />
<br />
Nia pun berlalu sambil sedikit tertatih (cuma sedikit tertatihnya...kan udah
dipijitin Abang Roy...). Segera dia makan tanpa selera (ga nafsu makan karena
sakit kakinya atau karena kebayang Roy nya niihhh???). Sesaat kemudian ia masuk
kamar dan mengunci pintu. CEKLEKKK !!!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 115%;">Sayup
terdengar nada lagu ONLY WHEN I SLEEP-nya The Corrs di ruang kamar Nia. Sedikit
diperkeras volume player di HP nya itu. Sebuah lagu yang tentu dan pasti hanya
buat impiannya terhadap Roy. Sambil merebahkan diri di atas ranjang, Nia
memandang langit-langit kamarnya dengan kosong. Pikirannya menerawang jauh
entah kemana. Perlahan air mata mengalir menyusuri pipinya lalu jatuh diantara
daun telinganya.<br />
<br />
"oh Tuhan....apa yang harus kulakukan" rintih Nia di sela tangisnya.<br />
<br />
Nia merasa begitu rapuh. pikirannya begitu kusut. bayangan wajah Roy sekilas
muncul di langit-langit kamar itu. Nia semakin menangis sejadi-jadinya.
Pengalaman cinta pertama yang begitu menyesakkan jiwa.<br />
<br />
Dielusnya pergelangan kakinya yang terkilir, sesaat kemudian ia menjadi teringat
kembali pada wajah Roy yang sedang memijatnya, teringat pada peristiwa jatuhnya
dia di jalanan tadi, teringat pula pada apa yang membuat ia jatuh, teringat
saat taksinya menabrak orang, teringat saat dia keluar dari rumah Nina,
teringat saat dia di dalam kamar Nina, teringat padaa...pergumulan Nina...<br />
<br />
Nia menjadi kacau. Kini pikirannya hanya berkutat pada kejadian pergumulan Nina
dan kenji, kemudian peristiwa 'sedikit' nikmat dipahanya akibat tangan Roy. Nia
menjadi terbakar birahi yang tadinya sirna oleh tangisnya. Pikiran dan nafsu
yang tadinya dibawa pulang dari rumah Nina kemudian hilang karena sakit kakinya
kini timbul lagi. Pikiran-pikiran memuaskan diri kembali membuncah dalam
jiwanya. Ditambah bayangan Roy sebagai objek imajinasinya begitu melekat kuat
dalam benaknya.<br />
<br />
Nia mulai mengangkat kaos longgar dan melepasnya. sekilas nampak perut
rampingnya, kemudian tersembul dada montoknya yang masih tertutup bra warna
pink. Dilepasnya pula bra itu dengan lembut. Sekarang nampak dada putih montok
Nia membusung padat. Tak berhenti disitu, dilepasnya rok selututnya lengkap
dengan CD yang menghalangi selangkangannya.<br />
<br />
Tubuh polos mulus menggoda tergolek di atas ranjang tanpa daya. Matanya sayu
nanar menyiratkan gejolak yang menyalak-nyalak. Sebuah pemandangan sensual yang
tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.<br />
<br />
STOP !! (stop menghayal bro...ga usah dilamunin gitu deh...dibaca aja....ehhhh
mas,tangannya mo ngapain tuh...pakai masuk ke celana segala...hahahaha)
lanjjuuuttt...<br />
<br />
Nia memulai aksi individunya dengan memilin halus puting merah muda miliknya.<br />
"uuuhhhh.....mmmhhhh....." Nia mulai menggeram tak jelas.<br />
<br />
Semakin erat dan cepat ia pelintir putingnya dan semakin menggeram ia,<br />
"uuuuffhhhhhh......hhhmmmmmm.....ahhhsssss"<br />
begitu nikmat sepertinya.<br />
<br />
Kemudian mulai di sibuk meremas bulatan montok mulus di kedua dadanya yang
ranum. Dengan variasi tangan kiri memilin puting dan tangan meremas payudara
sungguh membuat Nia merem melek sendiri.<br />
"uhhh uhh...hmmmm..uhhh...awhhh awhhhh"<br />
Tubuhnya menggeliat kekiri dan ke kanan mengikuti irama pilinan dan remasan.
Sesekali terlihat bibirnya meringis menahan sakit di kakinya yang terkilir
karena terlalu banyak tingkah dalam menggeliat.<br />
Tempo remasan semakin cepat dan membabi-buta (ciee...membabi-buta...kayak
pertempuran aja heheee..)<br />
Dadanya ia remas keras-keras dan penh gemas.<br />
"uuuhhhhhhhhhhhhh...." Nia melenguh panjang menikmati sensasi itu.<br />
<br />
Dia sudah lupa (sebentar) akan deritanya. Derita itu kini menjelma menjadi
sebuah arungan kenikmatan yang menderu-deru...(ahaiiii...kayak mobil aja
menderu...)<br />
<br />
"ahhh ahh ahhhh ahhhhhhh" Nia tak henti-hentinya melenguh dan
menggeram.<br />
<br />
WWWOOIII !!!! (hayoo....agan-agan....ngebayangin apa hayyoo...??? tenang
bro....jangan terburu nafsu dulu...hihihi) boleh dilanjutt??<br />
<br />
Kembali pada 'keasyikan' Nia. Nia mulai merabai perut dan pantatnya yang mulus
dan seksi itu. Diremasnya bulatan pantatnya sendiri dengan lembut namun semakin
lama semakin cepat dan keras (keras tapi bukan kerasukan lho ya).<br />
<br />
Tak lama berselang, ia rabai sendiri lubang anusnya dengan penuh gairah (orang
nafsu mah tak pandang buu dalam meraba, begitu kata mbah nyitnyit tetangga
depan rumah).<br />
<br />
Tak puas hanya dengan main pantat, tangannya berlari menuju gawang indah di
selangkangannya. Dibelainya bulu pubis dengan lembut dan mendebarkan
jeng...jeng...jenggg..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 115%;">Dengan jari
yang lembut dan kuku yang tidak panjang dan jorok (yeee...emang situ...jarang
potong kuku) Nia mulai menggelitik belahan Vegi nya. Di gosoknya dengan penuh
penjiwaan dan penghayatan.<br />
<br />
"uhhh...sssstttttt.....aauhhhhhh" Nia mulai menggeram lagi.<br />
Digosoknya bulatan kecil klitorisawati yang bersembunyi di ujung atas lobang
dengan bersemangat (iiihhh si Nia udah apal tuh tempatnya sekarang...hehehe).
Semakin lama semakin cepat dan berirama.<br />
<br />
"uuh uuh uhhh....ahhha hahh ahhh sttttt...mhmmmm...ahhsstttt" Nia
melenguh tak terkendali.<br />
"aiihhh...awwwhhh aaahhh....aassshhhh...hhmmhh...auuwwwhhh"<br />
"ah ahhh ahhha hhhhhsssttttt"<br />
<br />
Dan kemudian...<br />
TOK TOK TOK !!! BUNYI KAMAR NIA DIKETUK<br />
(ga kok gannn...cuma becanda hehehe...)<br />
<br />
Dan kemudian...<br />
"aaauuuhhhhhhhhhhhhhhhhhh...." Nia melenguh keras. Badai klimaks
tengah datang melandanya. Orgasmesisasi diri (ceileee...)<br />
<br />
Namun, tak seperti biasanya Nia hari itu. Yang biasanya di langsung terkapar
puas, kali itu tidak. Dengan sigap lagi bersahaja dia mulai mencumbui the
mekiawati lagi dengan beringas ( wowww...beringas...gue suka itu !!).<br />
<br />
Kali ini dia nekat mengobok-obok ke dalam lobang. Sementara tangannya yang lain
masih sibuk menggosok klitorisawati.<br />
"uuhwhhh ihhhhhhh ssstttt" kembali ia mendesah<br />
<br />
awalnya hanya beberapa centimeter saja jari telunjuknya masuk. Tapi itu dirasa
masih kurang. akhirnya ditambah alias ditemani oleh si jari tengah. masih
kurang juga ??? tanpa perhitungan ia lesakkan kedua jari bersaudara itu masuk
dalam jauh di lobang mekiawatinya. Nia memekik tertahan,<br />
"aaawwwww.....aduuuhhhhh".<br />
<br />
Sejenak ia terdiam, namun rasa nikmat yang kemudian menjalar di dinding dalam
lobang anunya memompa semangatnya lagi untuk memompa mekiawatinya.<br />
<br />
Sleep sleppp sleppp begitu bunyinya kira-kira persetubuhan Nia dengan
tangannya. semakin lama semakin cepat dan kacau gerakannya. tak lupa tangan
yang lain mengekspoitasi habis tonjolan kacangnya.<br />
<br />
"auuuhhh...ahahhh ahhh ahhh sssttt awwwhhssss...auuuhhh...ihhh ihh ahh
asssttt...auuhh masss mass rrr..rrrroyyyy.....ahhhhhhhhhhhhhhhhhh".
Desahan diiringi imajinasi terhadap Roy menghantarkan Nia pada puncak klimaks
yang kedua. Nia kemudian terlihat limbung. Keringat deras menetes di kening dan
pelipisnya. Rambutnya pun sudah kacau dan basah.<br />
<br />
Nia kemudian duduk dan hendak berdiri memakai pakaian untuk mengambil minum di
dapur. tapi alangkah kaget se kaget kagetnya Nia saat melihat ada bercak darah
di seprei kasurnya. Nia terduduk lemas di tepian kasur. Ia telah merenggut
keperawanannya sendiri. Pikirannya menjadi kacau, bingung, takut, dan akhirnya
ia menangis....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 115%;">Pagi yang
cerah. Nia terbangun saat sulur sinar mentari menjilat wajahnya. Dengan
berkejap mata dan menggosokkan tangan ke matanya ia beranjak berdiri dari
pembaringan. Dengan langkah lemah ia menuju jendela kamar dan membukanya. Masih
dalam posisi tubuh menghadap jalanan perumahan yg tepat disisi jendelanya, Nia
menghirup dalam-dalam kesejukan udara pagi itu dan kemudian menghembuskannya
perlahan. Asyik ia memandangi lalu lalang manusia yg melintas dijalan dengan
segala kesibukannya.<br />
<br />
Nia terhenyak. Lamat-lamat dipandangnya wajah security perumahan yang sedang
berkeliling untuk patroli, kenapa wajah Roy yang muncul pada tubuh security
itu. Nia berpindah pandangan, ia pandangi bapak tukang kebun di sebelah rumah.
Lagi-lagi wajah Roy yang ada disana. Saat memandangi tukang loper koran,
penjual sayur, penjual baso..semuanya berwajah Roy. ta percaya pada semua itu,
Nia mengucek-ucek matanya berharap pandangannya salah. Namun tetap saja wajah
Roy yang muncul di setiap pandangannya. Sejurus kemudian wajah-wajah Roy itu
memandang kearah Nia. Mereka melangkah maju dan terus maju mendekati tempat
dimana Nia berdiri. Semakin dekat dan dekat.<br />
"aaaaaaarrrhhhhhh..."Nia berteriak histeeris dannn......<br />
<br />
Cinta suci hanyalah untukmu, dengalah kasih, kaulah dambaanku....<br />
Potongan lagu Stinky pada ringtone HP Nia membangunkan Nia dari lelap tidurnya.
Nia terduduk, sekian detik kemudian ia baru sadar bahwa ia baru saja bermimpi.<br />
<br />
Nia segera menyambar Sony Ericsson X10 mini qwerty android miliknya.<br />
"halllooooo..." ucap Nia di telepon.<br />
"Nia....nia....tolongin gue nia...." suara diseberang.<br />
"what????....siapa ini" kata Nia berikutnya.<br />
"gue Nia, Nina...tolongin gue..." Jawab suara diseberang.<br />
"iya...iya...ada apa Nin..???" kata Nia lagi.<br />
"gue...gue...guee...hamilll Nia....huuuaaaaaa (suara menangis)" kata
Nina.<br />
"apa?????? kok bisa" tanya Nia.<br />
"kok bisa kok bisa ! ya bisa dongggg...udah deh tunggu disitu, gue
meluncur ke rumah lo sekarang" jawab Nina galak sambil menutup call
telepon.<br />
<br />
Nia hanya garuk-garuk kepala. Kemudian ia meloncat dari tempat tidur dan
berlari untuk mandi sebelum Nina datang. Tak lupa ia ganti sepreinya dengan
yang bersih agar bercak noda bersejarah semalam tidak diketahui orang lain.<br />
<br />
(sebentar sebentarrrr.....sejak kapan Nia sembuh kakinya? kenapa sekarang dia
bisa melompat dan berlari ????<br />
hehehe...berkat 'tangan ajaib' Roy dong...terbukti kehandalannya bukan ????)<br />
<br />
Selepas mandi, Nia segera berganti pakaian dan makan. Sejenak setelah makan
selesai, Nina sudah nangkring di depan pagar rumah Nina sambil manyun.<br />
<br />
"uuppssss sori kawan...aku baru bangun, pagar masih di gembok
ya...hehehe...soriiiii" teriak Nia sambil berlari membuka kunci pagar.<br />
<br />
Nina hanya diam sepuluh ribu bahasa. Nia segera menggiringnya ke kamar.<br />
<br />
"niaaaaaa....gue hamil Nia, lo kan baru tahu kalo hubungan gue kayak
begitu dengan kenji kemaren...tapi itu udah kesekian ratus kalinya kita
lakuin...daaannn gue sekarang hamil, gue berasa telat M seminggu ini, penasarn
gue coba beli testpack di warung obat dekat rumah, hasilnya
positipppp....gimana ini nia..???" Nina nerocos bagai petasan tiada henti.<br />
<br />
Nia hanya mengernyitkan keningnya, bingung mau bilang apa.<br />
<br />
"Kenji udah tahu?" tanya Nia kemudian.<br />
<br />
"nah itu diaa...Kenji menghilang setelah tadi pagi gue sms dia...dia lari
dari tanggung jawabbb...huuuuuaaaaaaaaaaaaaaaaa..." jawab nina sambil
menangis keras-keras.<br />
<br />
"Heeeiiiii stoooppp niruin gaya nangisnya Nobita di film doremonnn !!!!
dewasa dikit kenapa sihhhh...!!" bentak Nia.<br />
<br />
Hepppp. Nina langsung spontan diam dan membuang tangisnya.<br />
<br />
"nahhh gitu dong sayang...kalau ga nangis, nanti mama beliin permen
dehhh" kata Nia kemudian.<br />
<br />
"hehhhh serius doooongg !!!!!" sungut Nina.<br />
<br />
"Iya iya maaf..." jawab Nia.<br />
<br />
"sekarang lo harus tolongin gue, hubungi tuh si Roy, dia kan sahabatnya
Kenji, siapa tahu dia tahu keberadaan kenji !!!" bisik Nina dengan agak
keras.<br />
( yeee...bisik kok keras? ga nyambung kaleeee)<br />
<br />
"eh iya anu itu anu ehhhh itu tuh anu ehmmm" jawab Nia gelagapan.<br />
" anu itu anu itu apaan sihhhh...yang jelas dooonggg" gerutu Nina.<br />
<br />
"iya anu itu...kita cari aja dulu berdua, kalau udah mentok baru nanti deh
aku hubungi Roy...ini kan masalah serius Nin...jangan sembarang orang
tahu...!!" kata Nia sambil mencari cara ngeles agar tidak jadi menghubungi
Roy.<br />
<br />
"iya juga ya..." jawab Nina sambil garuk-garuk kepalanya yang tak
berketombe.<br />
<br />
Sekian menit kemudian dua makhluk indah ciptaan Tuhan itu sudah duduk di kursi
taksi dan meluncur menuju rumah Kenji. 30 menit berlalu dan sampailah mereka di
rumah kenji nan megah bak istana.<br />
(agak dibuat wah gitu deh rumahnya...sebenernya sih cuma tipe 36 doang hehehe).<br />
<br />
Dari rumah kenji diketahui bahwa kenji berpamitan pagi-pagi tadi untuk latihan
band di studio xx di jalan yy nomer zz (huuiihhh bahasa detektip bangettt).
Taksi segera meluncur ke TKP.<br />
<br />
Jrenggg...jrenggg....kauuuu jaga selalu hatimuuu...saat jauh dariku...tunggu
aku kembaliiii....lagunya Seventeen sayup-sayup terdengar dari ruangan studio
musik xx. Mereka segera berjalan menuju kasir dan bertanya apakah band yang
sedang latihan di dalam itu adalah band bernama xxx.<br />
<br />
"maaf, bukan mbak. ini yang di dalem namanya band O" jawab kasir.
(ehhhmmm band namanya band O..??? kayak nama perkakas rambut cewek aja).<br />
<br />
Dengan langkah gontai dan lemas mereka menuju keluar studio.<br />
<br />
"Niaw....!!!" seseorang memanggil nama Nia. Suara itu berasal dari
dalam ruang tunggu studio. Tak ada yang memanggil nama Nia dengan ejaan NIAW
selain Adis. Dan saat Nia menghampiri suara tersebut memang benar suara itu
suara Adis.<br />
Adis adalah teman SMA Nia dahulu kala. Sempat Nia hampir menjadi pacar Adis
saat itu namun keadaan berbalik saat Nia tahu bahwa Adis seorang playboy.
Kenapa Adis memanggil nama Nia dengan ejaan NIAW?, ternyata selidik punya
selidik nama lengkap Nia adalah Kania Wita. Makanya dipanggil Niaw karena
dicomot tengahnya oleh Adis. sedang nama Adis pun juga hasil karya Nia sendiri.
Sebenarnya pria itu bernama Adi Suroso, disingkat menjadi Adis.<br />
(hehehe jaman sekarang yaaa...nama pakai dicomot sesuka hati, disingkat sesuka
hati).<br />
<br />
"Haiiii Niaw....lama tak bersua..." sambut Adis sok akrab sambil
melambaikan tangannya.<br />
"Hai Adissss....kangen juga ya lama ga ketemu..."jawab Nia akrab
pula. Memang mereka akrab dari dulu kok.<br />
<br />
Ngalor ngidul mereka ngobrol mengenang masa kuliah eh salah...masa SMA
maksudnya. Asyik sekali mereka mengobrol hingga tak disadari oleh Nia ternyata
Nina tercuekkan (bbbrrrrr...bahasanya apa ya yang sesuai selain kata
tercuekkan???). Nina begitu murung, diam-diam ia pergi dari tempat itu.
Berjalan teruussss tak tentu arah. Sambil sesenggukan menahan tangis. Tak
terasa sudah 20 menit Nia ngobrol dengan Adis dan 20 menit pula Nina telah
pergi dari studio itu.<br />
<br />
"ehhh dis...kenalin ini temanku namanya Nin...lhooo dia kemanaaa???"
Nia celingukan mencari Nina. Di luar ruangan ga ada, di kamar mandi ga ada, di
kolong kursi ga ada, di tempat sampah juga ga ada ( yeeeee...emang kucing
dicariin sampai segitunyaa!!!).<br />
<br />
"ya udah deh dis, ini no HP ku 081xxx, aku mau cari temanku dulu,
byeee...." Nia berpamitan kepada Adis dan berlalu.<br />
<br />
Berlari Nia menghentikan sebuah taksi dan 'sedikit' memaksa sopir untuk
'sedikit' lebih ngebut menuju rumag Nina. 15 Menit kemudian di bahu kiri jalan
tempat taksi Nia melaju tengah ada keributan kecil. Ada kecelakaan rupanya.
Sambil taksi berjalan tersendat, Nia melongok keluar jendela untuk mengetahui
ada kejadian apa sebenarnya.<br />
<br />
APAAAAA....??? NINAAAAA?<br />
Seorang gadis imut tergeletak tak sadarkan diri di trotoar. Ya itu adalah Nina
sahabat Nia. Nia segera menghentikan taksi kemudian berlari menghambur. Sekian
menit kemudian Nia sudah membawa tubuh Nina yang pingsan ke dalam taksi dibantu
oleh warga dan melaju menuju rumah sakit.<br />
<br />
Dilain tempat, sedang terjadi keributan kecil antara Roy dan Kenji. Tepatnya
kejadian itu adalah di tepian kota saat mobil Kenji parkir sejenak di pinggir
jalan melepas lelah. Saat itu memang mobil Kenji hendak meluncur meninggalkan
kota untuk lari dari kenyataan akan berita hamilnya Nina. Roy ikut di mobil
itu? memang ikut atau tepatnya memaksa ikut saat kenji curhat kepadanya
sekaligus berpamitan sebelum pergi keluar kota. Roy menahannya namun tak bisa,
akhirnya Roy memaksakan diri untuk ikut dengan tujuan mampu melunakkan hati
Kenji selama dalam perjalanan.<br />
<br />
dipinggir jalan itu terjadi pertengkaran mulut antara keduanya.<br />
"lo ga bisa dong ken main lari aja...gimana perasaan Nina saat mengetahui
kenyataan ini !!!" ucap Roy lantang.<br />
<br />
"ehhh lo diem deh, ini urusan gue...lo bisa ikut dan tahu kemana gue pergi
aja udah untung...udah deh lu diem aja dan duduk manis tuh di jok mobil !"
jawab kenji tak kalah lantang.<br />
<br />
"enak aja gue diem...gue sahabat lo kennn...gue ngingetin lo bahwa ini
salahhhhh" kata Roy lagi.<br />
<br />
"hallaaahhh tahu apaan sih lo tentang salah dan benar, lo jangan sok jadi
pahlawan ya !!" bentak kenji.<br />
<br />
"eh lo dibaik-baikin malah nyolot ya !! emang lo ga kasihan Nina???"
kata Roy.<br />
<br />
"persetan dengan perasaan, gue masih kuliah, gue masih punya masa depan
yang panjang...gue ga mau cita-cita gue terhenti disini...!!!" jawab
Kenji.<br />
<br />
"iyaaaa...tapi bukan begitu caranya...lo perlu ngomong berdua dengan Nina
!!!" kata Roy lagi.<br />
<br />
"hehhh lo udah deh gue bilang diem ya udah diem aja...sok ikut campur
urusan orang !!!" bentak Kenji sambil mendelik menakutkan.<br />
<br />
"lo dibilangin susah banget sih, dasar batu looo !!! lo kan cowok...berani
berbuat harus berani bertanggung jawab !! gentleman broooo...!!!" Roy
menanggapi dengan sengit.<br />
<br />
"Heiii jaga ucapan lo...sekarang gue tanya, gue yang ga gentle atau lo
yang ga gentle hahhh??? lo cowok tapi ga berani ngungkapin perasaan lo
sesungguhnya ke Nia !!! dasar banci lo !!" balas Kenji dengan lebih
sengit.<br />
<br />
BBBUUKKKK....!!!!<br />
satu pukulan tangan Roy melayang dan melesak ke perut Kenji. Roy sudah hilang
kesabarannya. Kenji sedikit terhuyung ke belakang. Sekian detik kemudian dia
maju dan membalas pukulan Roy dengan memukul pula, kali ini pipi dan rahang Roy
terimbas oleh pukulan itu. Roy semakin naik pitam. Darah segar yang mengalir
dari sela mulutnya tak menyurutkan langkahnya untuk maju merangsek menuju
Kenji. Jual beli pukulan tak dapat dielakkan. Jatuh bangun tubuh sudah tak
dapat dihindari.<br />
<br />
Kembali pada keadaan pingsannya Nina. Nina sudah dibawa masuk ke dalam ruang
ICU. pertolongan pertama sedang dilakukan. Tak lama kemudian Nina pun sadar.
Dokter yang menangani segera keluar dan menemui Nia yang sedang dilingkupi
kecemasan di kursi tunggu ICU.<br />
<br />
"mbakk...temannya Nina yang pingsan tadi ????" tanya dokter.<br />
"ehhh iya dok, bagaimana keadaan Nina??" jawab Nia sambil langsung
bertanya balik.<br />
"ohhh tidak apa-apa, hanya luka-luka ringan, memar dan sedikit gegar otak
ringan...tapi tak berbahaya...silahkan masuk dan dilihat sendiri...korban sudah
siuman...kami akan tangani hingga besok pagi dengan perawatan intensif, besok
sudah boleh pulang kok" terang dokter panjang lebar.<br />
<br />
BBANGGG...MASSS...GANNN...BROOOO<br />
(serius amatttt....senyum dongggg)<br />
<br />
Saat Nina tahu bahwa Nia masuk ruangan, dia langsung menangis sesenggukan. Nia
hanya bisa diam sambil mengelus kepala Nina dengan lembut untuk menenangkan
tangisnya.<br />
<br />
"Niaaaa...gimana nasib janin di dalam kandungan gue....gue takut kenapa
kenapa ...!!!" rengek Nina.<br />
<br />
"lho...mbak hamil ??? sebentar mbak pendamping keluar dulu, coba saya
periksa kandungannya, apakah ada efek samping dari kecelakaan ini ke
kandungannya" sahut dokter tadi dengan buru-buru.<br />
<br />
tiiiiiiiiingnggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
hhhhhhhghggggggggggggggggggggggggggggggggggkkkkkk<br />
(diisi tulisan begini aja ya untuk menggambarkan lamunan Nia dikursi tunggu
yang ga bisa digambarkan...!"<br />
<br />
10 menit kemudian...<br />
Teng---teng---tengg bel sekolah berbunyi tanda jam sekolah berakhir. (woiii
ngawuurrrrr !!!!!! hehehe becanda bro, jangan tegang begitu doooongggg makanya
!!!)<br />
<br />
10 menit kemudian...<br />
"mbak...silahkan masuk...saya jelaskan di dalam kamar saja agar mbak Nina
juga dengar" panggil dokter pada Nia.<br />
<br />
"jadi begini...siapa bilang mbak Nina hamil, ga kok ga hamil" kata
dokter enteng.<br />
<br />
"lho dok...beneran hamil kok...saya sudah pakai testpack hasilnya positif
hamil dok tadi pagi..!!!" sahut Nina.<br />
<br />
"Beli dimana? merk apa?" tanya dokter.<br />
<br />
"diwarung obat dekat rumah, merknya ga terkenal sih...merk yyy" jawab
Nina.<br />
<br />
"mbak....jangan asal beli barang kesehatan yang tidak jelas...apalagi kita
butuh hasil akurat kan? bisa jadi alat yang dibeli mbak itu tidak resmi atau
bisa dibilang asal jual aja...belilah yang di apotik..ini jelas tidak hamil
mbak...ada data medisnya kok...!!!" terang dokter itu.<br />
<br />
"oowhhhh......" jawab Nina malu.<br />
<br />
KKRIIINGGGGGG !!!!!!<br />
HP Kenji berbunyi...muncul nama Nina disana. Pertempuran tinju terhenti
sejenak. Kenji terdiam dengan HP ditangan. tanpa menunggu lama, Roy menyambar
HP itu dan menerima telepon dari Nina tersebut.<br />
<br />
"Halllooo Kennnn....gue ga hamiilllll...cuma salah tesnya...ini gue
diperiksa dokter dan jelas sudah kalau memang tidak hamilll...Kenji lagi
dimana???" cerocos Nina tanpa koma.<br />
<br />
"Haloo ini Roy...dia ga mau angkat teleponnya...nanti gue omongin deh ke
dianya, lo sedang di dokter mana, nanti gue suruh doi datang kesana ya"
jawab Roy datar.<br />
<br />
Setelah telpon ditutup.<br />
"heh...tuh kan lo keburu ngacir duluan sihhh...nih Nina bilang dia salah
tes...ternyata di ga hamilllll !!!! lo datang deh ke RS xx sekarang, dia disana
!!".<br />
<br />
Dengan muka bonyok-bonyok kedua pejantan tangguh itu segera memasuki mobil dan
meluncur masuk kota.<br />
<br />
"Nia...lo pulang dulu deh sana...lo belum makan kan...bentaran lagi Kenji
datang kok" kata Nina kemudian.<br />
<br />
"ooowww gitu ya...ya udah deh aku pulang dulu mau mandi...bau nih badan
hehehe..." jawab Nia centil (tumben centil nonnn...hehehe).<br />
<br />
Dijalanan...<br />
"brooo...sori banget yaa...lo udah babak belur gara-gara gue, tolong
jangan diambil hati ya..." ucap Kenji memecah keheningan di dalam mobil.<br />
<br />
"iya sama...gue juga minta maaf...gue kelewat emosi tadi" jabaw Roy
kalem.<br />
<br />
"tapi saran gue...beneran deh lo segera pastikan perasaan lo ke Nia...usah
deh ga usah ngejar bodi montok sesya...yang penting perasaan lo lega..."
saran Kenji.<br />
<br />
"iya sih bro...gue juga jadi sadar atas pertengkaran kita tadi, lo ada
benernya juga...ga sepantasnya gue diem aja sembunyiin perasaan gue ke
Nia...tapi gue takut Nia malah tersinggung dan dikirain gue nglunjak...temen
baik minta jadi pacar...!!!" jawab Roy lagi.<br />
<br />
"Heiii sodara....pesimis begitu jadi manusia...coba dulu...siapa tahu
dianya juga suka kan !!!...urusan Nia ngamuk urusan nanti...yang penting lo
mencoba jujur duluuu..." balas Kenji lagi.<br />
<br />
Roy hanya mengangguk.<br />
<br />
Kembali pada sosok Nia yang baru sampai dirumahnya.<br />
"lhooo....ada tamu tooohhh" kata Nia begitu melewati ruang tamu.<br />
<br />
"hehehe...iya gue pengen ngobrol banyak...udah lama kita ga
ketemu..." jawab tamu itu yang ternyata adalah Adis.<br />
<br />
"bentar ya...aku mandi dulu...bauuu hihihi...habis itu kita keluar aja yuk
cari tempat ngobrol yang enakan gitu..." jawab Nia sambil berlalu ke dalam
rumah.<br />
<br />
Adis hanya mengangguk masyhul...(mengangguk apaan??? masyhul...kata-kata dari
mana tuh ??? sastra banget !!! hehehehe).<br />
<br />
Sekitar 30 Menit kemudian Nia dan Adis sudah sampai di sebuah cafe. Mereka
memesan makanan favorit mereka dahulu kala sambil ngobrol. Sekian menit
kemudian masakan telah dihidangkan.<br />
<br />
ssrrtttttt...sruuupppp...hmmmmm...nyammm...nyammm. ...suara Nia melibas makanan
yang ada.<br />
<br />
"heyyy non...habis jadi kuli tadiii??? pelan dikit dong makannya...kesedak
nantii !!!" sergah Adis.<br />
<br />
"mmmhhh llapel dis...kelapellan" jawab Nia sambil mulutnya dipenuhi
makanan.<br />
<br />
"huhhh dasar...masih sama kayak duluuu" balas Adis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 115%;">sendok
terakhir dari makanan yang di lahap Nia baru saja masuk ke dalam mulutnya. Saat
Nia menelan minumnya, Adis berkata "Niaw, kamu inget ga masa SMA kita yang
hampir pacaran dulu?".<br />
<br />
Gllegggkkk....(suara mulut+tenggorokan nia tersedak air yang diminumnya). Nia
tak menyangka bahwa Adis akan membahas hal itu lagi. Awalnya dia berharap Adis
sudah melupakan kisah monyet tempo dulu itu. Sekarang kondisi telah berubah,
bukan jaman cinta monyet lagi...<br />
<br />
<br />
Tapi mau tidak mau, Nia perlu dan wajib menjjawab pertanyaan Adis itu karena
dia tahu bahwa saat ini adalah masa yang cukup dewasa untuk mengatakan penyebab
kegagalan cinta mereka.<br />
<br />
"iya dis, gini deh...beneran kala itu aku sebel banget waktu tahu bahwa
kamu sudah punya pacar saat nembak aku....nahhh daripada hatiku sakit...ya
mending aku batalin aja...walaupun sebelumnya kita sudah tahu sama tahu tentang
perasaan kita, tapi...sudahlah memang saat itu bukan saat yang tepat buat kita
menjalinnya" kata Nia menanggapi.<br />
<br />
"ehhmmm...iya...maaf saat itu memang gue bodoh, ngapain pakai main api
segala, gue kebakar omongan teman yang nantangin gue buat koleksi cewek
hehehe...maaf ya niaw..." sahut Adis.<br />
<br />
"ho-oh deh dis" jawab Nia singkat.<br />
<br />
"emmmmm....tapi kalau sekarang...eemmm....masih ada ga perasaan itu buat
gue?" tanya Adis tiba-tiba.<br />
<br />
<br />
Nia terkejut bukan kepalang. Memang sih kata cinta yang dulu pernah ia siapkan
buat Adis masih belum sempat terucapkan. Dan kini silih berganti kisah telah
dilalui, bahkan Nia sendiri sudah tidak yakin pada perasaannya itu sekarang
apakah masih ada atau tidak.<br />
<br />
"ehhmmm dis, maksudnya apaan sih?? kamu nembak gue lagi nih sekarang???
tanya Nia balik.<br />
<br />
"Bisa dibilang begitu deh...gue janji niaw...gue bukan cowok playboy kayak
dulu...dulu itupun hanya perlombaan dengan teman...sekarang aku ingin serius
menjalani semua ini" terang Adis.<br />
<br />
Dueerrrrr !!! tuh kan benar Adis nembak lagi. Nia bingung tujuh keliling. Baru
hari ini bertemu lagi dengan Adis. Masih terlalu cepat membangun kembali puing
cintanya yang lama terpendam. Dan hal yang paling memusingkan adalah Roy yang
melekat di genangan sukma terdalam Nia. dalam hati kecilnya masih berharap Roy,
namun kenyataan kini tengah menyuguhkan suatu pilihan dramatis yang harus pula
pintar-pintar Nia memutuskannya. Dalam kebimbangan yang mencekam, Nia terus
mencoba untuk berpikir jernih dan realistis. Dan akhirnya terfokus pada satu
baris kalimat yang dia buat sendiri dalam benaknya.<br />
<br />
"sampai kapan aku harus menunggu Roy? mungkin dengan menjalin cinta
sekaligus mulai belajar lagi menumbuhkan benih cinta yang telah lama usang
bersama Adis akan mampu memunculkan harapan keindahan baru pada hatiku"
batin Nia.<br />
<br />
"emmm dis begini...aku sudah berpikir berulang kali dan memang hidup
adalah pilihan...aku juga perlu memilih sesuatu yang sekiranya baik buatku...ok
dis mungkin ini saatnya kita menyatukan perasaan yang dulu tertunda...aku akan
kembali belajar untuk membuka kamus cintaku buatmu dis" lanjut Nia.<br />
<br />
"ahaii aayy ayyyyy...beneran niaw?....horeeee hore...." rona wajah
Adis begitu gembira.<br />
<br />
<br />
Sampai didepan rumah Nia, jam sudah menunjukkan pukul 21.30 malam. Tanpa turun
dari mobil Adis berpamitan untuk langsung pulang kepada Nia.<br />
<br />
"sayang...gue langsung balik aja...ga enak lah sama ortu kamu...udah
malem" kata Adis.<br />
<br />
"ehmmm...iya dis, hati-hati ya dijalan" jawab Nia agak canggung
(maklum bro...kali pertama hihihihi).<br />
<br />
"ok bye sayang...." cuupppp...Adis mengecup kening Nia dengan lembut.<br />
(iiihhhh....so sweattt....)<br />
<br />
Malam itu Nia lelap tidur dengan belaian impian indah pada harapan sayap-sayap
cintanya untuk esok, lusa, dan selamanya....<br />
<br />
<br />
Diujung jalan ini, setahun kemarin ku menunggu...kencan pertama bidadari
belahan jiwaku...potongan lagu kahitna pada ringtone HP Nia membangunkan Nia
pagi itu (hehehe...ga lagi stinky bro ringtone nya...kata Nia sih banyak teman
yang gak suka lagu melow kayak gitu...kurang nge-beat katanya hehe..),. Seperti
biasa, Nia duduk sejenak mengumpulkan kesadaran lalu segera sigap mengangkat
telepon.<br />
<br />
"Halooo..." Nia memulai pembicaraan.<br />
<br />
"Nia, ini gue Nina...gue barusan sampai rumah, tadi pagi-pagi dijemput
bokap di RS. Ohya...tolong kunci mulut ya mengenai tragedi hamil yang salah
itu...hihhihi...jadi malu...maen sini dong Nia" kata orang diseberang yang
ternyata Nina.<br />
<br />
"iya bentarr...aku mandi dulu ya...ok deh see u...bye..." jawab Nia
singkat sambil langsung menutup telepon. Nia berlari ke kamar mandi dengan
riang.<br />
<br />
<br />
Sejam kemudian Nia telah ada dihadapan Nina yang duduk dikursi teras rumahnya.
Nina tersenyum menyambutnya.<br />
<br />
"Nia...makasih ya...lo udah nemenin gue kemaren seharian, dan udah
ngebantu gue mecahin masalah gue yang rumit" ucap Nina membuka percakapan.<br />
<br />
"Yaelahh non...santai aja kaleee...itulah gunanya sahabat non..."
jawab Nia menirukan logat jakarte para pemain sinetron di tivi.<br />
<br />
Mereka berdua akhirnya tersenyum berdua dalam keriangan hati masing-masing.
Beberapa saat kemudian sebuah mobil tipe caravan warna hitam parkir tepat di
depan rumah Nina. Tak lama berselang, dua orang pria macho dengan hiasan wajah
penuh lebam memasuki pekarangan rumah Nina.<br />
<br />
"Kenji...Roy...." teriak Nina melambaikan tangan.<br />
(para pembaca yang budiman apa tidak curiga? kapan ya mereka kuliahnya?
kayaknya hari-hari mereka libur teruss...). Mereka sebenarnya sedang liburan
akhir semester, jadi ya memang sedang tidak kuliah.<br />
<br />
<br />
DEGGGG...!!!<br />
Jantung Nia serasa tersentak keras. Sebentar ia lupa Adis kekasihnya saat Roy
datang, ia merasa ada perasaan senang akan kehadiran Roy namun terselubung
suatu tabir yang Nia juga tak tahu apa itu. Berikutnya dia ingat kembali pada
Adis, kekasih real miliknya. Ledakan dan gemuruh rasa berkecamuk dalam pikiran
Nia. Dunia serasa berputar begitu cepat.<br />
<br />
<br />
Tanpa melihat Nina, Roy langsung menghampiri Nia.<br />
"Nia...gue perlu ngomong penting ke kamu, bisa gak kitaaaa...." ucap
Roy yang kemudian dipotong langsung oleh Nia,<br />
"yuk kita kedepan aja, ga enak gangguin orang sakit kalau disini...".<br />
<br />
<br />
DEEGG..DEGGG...DEGGGG...<br />
(eeiittsss jangan dikira itu suara jantung Nia yang lagi bingung itu ya...ini
cuma suara langkah kaki Nia dan Roy yang melewati jembatan papan penutup
selokan didepan rumah Nina).<br />
<br />
<br />
"Nia.....eeeeee.....gue....gueee....begini...seben arnya ini sangat sulit
gue ungkapin...tapi bagaimanapun juga gue harus jujur, ku harus adil terhadap
hati gue sendiri, dan kamu juga perlu tahu keadaan sebenarnya....dari
dulu...saat kita awal-awal berkenalan dan bahkan hingga
kini...sebenarnyaaa....gueee....sss...sssuka sama kamu...gue cinta sama kamu
Nia..." ucap Roy berterus terang.<br />
<br />
Seharusnya ini bukan sebuah berita menggelegar bagi Nia. Bahkan seharusnya Nia
justru gembira mendengarnya. Namun semua berkata lain sekarang. Tangisan sedu
sedan Nia yang penuh penderitaan batin, kebekuan hati Nia, perubahan tabiat
seksual Nia yang terkesan aneh, hilangnya keperawanan Nia, dan peristiwa Nia
jadian dengan Adis, semuanya sunggu menjadi sebuah godam yang berat menumbuk
tengkuk Nia bersamaan dengan ucapan Roy saat itu. Seorang Nia yang hanya
seorang gadis lemah sungguh tak mampu begitu saja menetralisir segala peristiwa
dan realita yang berkecamuk secara tiba-tiba dalam pikirannya. Nia hanya
terdiam dengan tatapan kosong. Sesaat kemudian dia ambruk. Nia pingsan.<br />
<br />
<br />
Roy histeris setengah mati melihat bidadari cintanya limbung. Kenji datang
tergopoh-gopoh. Nina sambil tertatih juga akhirnya sampai di tempat dimana Nia
pingsan.<br />
<br />
"Heeeiiii Roy...lo apain temen gue hahhh???...lo pasti bikin gara-gara
sama dia !!...ayooo cepat kita bawa dia ke rumah sakit...gue ga mau kalau orang
yang telah menyelamatkan gue sampai ke rumah sakit kemaren sekarang mengalami
hal serupa dan gue diem aja...ayo cepat Kenji bukain pintu mobilnya..!!!"
Bentak Nina dengan cemas.<br />
<br />
Beralih pada peristiwa lain. Nun jauh di luar sana sedang terjadi pergumulan
mengejar birahi antara Adis dengan pacarnya. (apa? Adis? punya pacar?).<br />
<br />
<br />
Aksi tipu muslihat Adis terhadap Nia yang katanya bukan playboy ternyata sukses
berat. Di tempat itu tepatnya di kamar kos pacar Adis, sebut saja namanya Dina,
sedang terjadi aksi asyik-asyikan antara Adis dan pacarnya itu. Dina adalah
seorang anak kuliahan tapi bukan satu kampus dengan Nia. Tubuhnya tinggi namun
posturnya tidak kurus, TB dan BB nya sekitar 175/55. Wajah cantik sensual Indo
(blasteran bule dan Indonesia) dan berbagai bongkahan daging nikmat ukuran
kwalitas super menempel di badannya.(sebuah daya tarik yang memikat siapapun
pria kecuali bagi anak-anak dan manula tentunya hehe).<br />
<br />
<br />
Awalnya mereka hanya saling peluk. Namun yang namanya kucing dapat ikan, Adis
tidak akan menyia-nyiakan hidangan masakan indo-barat kali itu. Disambarnya
bibir Dina dengan ganas, dikulum dan dilumat dengan penuh nafsu. Dina
menerimanya dengan pasrah. (hehehe...pasrah ato emang ngarep mbakyu...???).<br />
<br />
Tangan Adis sibuk menjelajahi bongkahan daging yang ada di depannya. Diremasnya
payudara Dina dari luar pakaian. Kemudian dengan grusa-grusu di tariknya kemeja
Dina dengan paksa, akibatnya seluruh kancing baju Dina putus berjatuhan
menghujam bumi (hhohoho....mas bro Adisss...kasar banget...gaya lo gahar
disss..!!!!)<br />
<br />
Ditarik paksa pula bra hitam milik Dina hingga pengait bra Dina dibelakang
punggung yang terbuat dari plastik itu ikut terbetot dan patah. Dina bukannya
takut tapi malah seakan 'menyuguhkan' hidangan pembuka itu sekehendak Adis.
Dina sepertinya seorang pemain kelas berat ( petinju kaleee).<br />
<br />
Remasan pada daerah Sekwilda (sekitar wilayah dada) oleh Adis terhadap Dina
begitu merajalela. Pilinan dan remasan silih berganti membuat Dina blingsatan
tak terkendali.<br />
<br />
"uhmmmmm geliii yanggg....amphunnnn geliii ahhhhhhh" rancau Dina
kegelian.<br />
<br />
Mendengar rancauan itu, Adis semakin menggila. Disruputnya puting Dina dengan
mulutnya dan dikulum-kulum.<br />
<br />
<br />
"auuuuuuuuhhhh....aahhhh ayangggg...nakhalllll...oouuwhhhh ssttt"
desah Dina.<br />
Merasa tak sanggup menagan geli yang berkepanjangan, Dina menggapai-gapai
kebawah celana Adis. Diremasnya tonjolan KL Adis dengan penuh nafsu.
Pelan-pelan dibukanya ikat pinggang Adis kemudian dibantunya Adis mencopot
celana panjang sekaligus CDnya. Sekarang batang KL panjang Adis sudah ada dalam
genggaman Dina sembari ia menikmati kuluman di dadanya yang sekarang telah
menjalar menjadi jilatan di perut.<br />
<br />
<br />
Adis mengangkat rok mini Dina hingga tergulung di sampai perut. CD Dina ia
pelorotkan hingga lepas. Tanpa banyak cingcong Adis memutar posisi menjadi 69
dan dengan gerakan tiba-tiba 'menerkam' VG Dina, dijilat dan digelitik tonjolan
kacang Dina.<br />
<br />
"ooouuuushhhhh ssstttttttahhhhsssss aaaahhhhhh yangggg
eengggsssssssttttt....." Dina mendesah hebat dan tak sempat lagi mengulum
batang KL Adis yang sudah ada di depan matanya.<br />
<br />
VG nya berasa geli plus ngilu-ngilu nikmat tak tertahankan.<br />
<br />
"ehhmmmmmmmmm...ssttttt.....auuhhh ahahahhhh.....auuuuggghhhhhhhhhh"
Dina mengelinjang dan merintih, ia hanya bisa merem-melek sembari meremas erat
batang KL Adis.<br />
<br />
Lidah Adis kian menjulur ke dalam lobang surga Dina, Distimulasi pula oleh
gerakan menggesek jari di kacang Dina dengan kecepatan tinggi.<br />
<br />
"aaauuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhhhaarrrgggggggggjhhhhh h..." Dian
menggeram dan melengking tinggi dan sesaat kemudian orgasme puncak diraihnya.
Batang KL Adis jadi bulan-bulanan remasan tangan Dina yang menegang.<br />
<br />
<br />
tanpa menunggu gelombang nafsu Dina surut. Adis mengganti posisinya. Ditariknya
Dina untuk menungging. Tanpa babibu ia lesakkan batang KL ke lobang VG Dina dan
langsung digenjotnya dengan kecepatan tinggi.<br />
<br />
"auuuhhhhhh ahaa aaahh yanggg akhuuu gakh kuatttt ampuunnn...tapi terussss
jaaaa enakkkkhh sihhh ahhh ahhh" rancau Dina menerima perlakuan binal
pacarnya.<br />
<br />
5 Menit dengan posisi nungging, akhirnya mereka berubah dengan posisi sama-sama
berdiri. Adis menggamitkan kedua kaki jenjang Dina ke pinggangnya sambil
berusaha melesakkan sekali lagi batang jantannya ke goa becek Dina. Posisi
mereka mirip seperti seorang pria mengendong wanita dengan saling berhadapan.
Genjotan pun dilanjutkan....<br />
<br />
"aaaaakkkhhhhh ahh ahhh ahhh yanggggg....seret bangettttt auuuhhh"
Dina kembali merancau.<br />
<br />
"iihhhh hekkkk hhekkkk say...VG mu juga berasssa rrrapet bangettt
posishiii giniiii....ehhhemmmmmm" jawab Adis terpatah-patah.<br />
<br />
"Auuuuhhhhh aaaaahhhhhhhhhhhhhhhh...gue nyampai lagi yanggg...." Dina
berteriak menikmati orgasmenya yang kedua.<br />
<br />
"hhhhaaaaahhhhhhhhhhh...gue juga keluar
sayyyy.....ahhhhhcrooot...crootttt...crrooottttttt t" Adis berteriak ganas
sambil memuncratkan cairan kentalnya ke rahim Dian.<br />
<br />
<br />
Mereka terdiam sejenak dan emudian berdua rebah diatas kasur.<br />
<br />
KRIIIINGGGGG.....!!!!<br />
HP Adis berbunyi nyaring mengagetkan kedua insan penuh nafsu tersebut....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 115%;">Nia telah
sampai di ICU dan saat ini sedang di 'garap' oleh tim medis agar segera siuman.
Berbagai usaha dengan berbagai bahan rangsangan untuk kasus pingsan telah
dicoba. Lambat laun terdengar lirih suara Nia memanggil-manggil nama Nina.
Dokter segera memanggil nama yang disebut agar membantu lebih cepatnya
kesadaran Nia.<br />
<br />
"Nin, aku mau ngomong sama kamu, tapi yang lain suruh keluar dulu"
kata Nia lirih.<br />
<br />
Nina dengan sigap segera 'mengusir' Kenji dan Roy dari ruangan itu.<br />
<br />
"Nin, tadi Roy bilang kalau suka aku...tapi kamu perlu tahu, aku baru
kemarin jadian sama Adis...cowok yang ketemu sama kita kemarin di studio...Roy
terlambat Nin..aku sudah berniat untuk lupaln Roy demi pacarku itu dan juga
demi menjaga perasaanku..Roy terlalu lama menimbang sesuatu yang dia tak
sendiri tak sadar bahwa itu melukaiku, terlalu lama bagiku menderita demi dia
Nin...kenapa baru sekarang....hikss...hiksss..." Nia bercerita sambil
sesenggukan.<br />
<br />
"tolong kamu sampaiin ke Roy ya, aku ga kuasa untuk ngomong sendiri dengan
kondisi fisikku yang masih lemah seperti ini..." tambah Nia lagi.<br />
<br />
Nina hanya mengangguk dan segera keluar untuk menemui Roy. Mendengar berita
laksana geledek itu Roy bungkam, hanya satu yang ada dipikiran Roy, sebuah
keanehan tentang Nia dan Adis yang jadian begitu mendadak. Sebuah tanda tanya
besar muncul di kepala Roy.<br />
<br />
"ini bukan faktor kebetulan, gue rasa janggal dengan kisah tentang Adis
yang mendadak itu....sesuatu yang dipaksakan...eemmm bukan...bukan...sepertiiii
sesuatu yang sudah direncanakan dengan licik...sepertinya Nia digiring dengan
luwes....ehmmm...ini menarik..." Roy mengkerutkan dahi sambil bergumam
dalam hati. Sejurus kemudian dia tersenyum. Nina dan Kenji menjadi bingung
sendiri. Bukannya Roy harusnya bersedih? kenapa malah tersenyum?<br />
<br />
<br />
Selama Nina diluar ruangan untuk menjelaskan kepada Roy, Nia teringat Hp
disakunya. Dia segera menelepon Adis<br />
<br />
KRIIIINGGGG !!!<br />
TUUTTSSS....<br />
<br />
"Halo...sebentar...gue lagi dijalan...silahkan tingggalkan pesan suara
setelah bunyi BIP atau kirim sms saja...daaaadaa" suara automatic call
answer dari HP Adis. Nia menghela nafas panjang dan kemudian mengetik sms buat
Adis. Saat itu Nina masuk kembali keruangan.<br />
<br />
"Nia...Roy pulang dianter Kenji, lo disini dulu gue temenin...kalau butuh
bantuan gue bisa telepon Kenji lagi nanti" ucap Nina sambil duduk di kursi
sebelah Nia yang sedang terbaring.<br />
<br />
<br />
1 Jam berjalan, kondisi Nia semakin membaik. Setengah jam lagi sudah
diperbolehkan pulang oleh dokter.<br />
<br />
"Hallooo ken...jemput kita setengah jam lagi ya, Nia udah boleh pulang
kata dokter" ucap Nina di telepon.<br />
<br />
"Sori say...perutku lagi ga beres...berulang kali ke Double You
C...mules...kamu naik taksi ga apa-apa kan say ???" jawab Kenji.<br />
<br />
"iya deh ken...buruan minum obat ya biar cepet mampet
anunya...hihihi...bye....muahhh" balas Nina di telepon.<br />
<br />
<br />
"Permisi....." muncul seorang pria di ambang pintu menuju ke kasur
Nia. Kedua gadis cantik itu menoleh.<br />
<br />
"adisss...ga usah khawatir, tadi aku cuma kepeleset dan pingsan...betul
kan Nin..??" ucap Nia sambil melirik kearah Nina.<br />
<br />
"eeee...iiyaaahh" jawab Nina cengar-cengir.<br />
<br />
<br />
Setelah berkenalan dengan Nina dan menemani Nia menyelesaikan administrasi
pembayaran (lho??? Nia bayar sendiri? Adis cuma nganter ngurus administrasi?
ahhh Adisss...bener-benr kau !!!), Adis segera mengambil mobil dan membawa
kedua gadis itu pulang.<br />
<br />
Sebelum mengantar Nia pulang mereka mampir dahulu ke rumah Nina untuk
menurunkan Nina disana. Setelah itu meluncur ke Rumah Nina.<br />
<br />
"Sayang...nanti temenin aku dulu ya dirumah, papa mama lagi ke lar kota,
besok baru balik, tadinya sih mau nginep di rumah Nina, tapi aku jadi sungkan
gara-gara pingsan malah nanti ngrepoti keluarganya" ucap Nia pada
pacarnya.<br />
<br />
"woooww ini yang gue tunggu hehehehe nanti malam gue garap lo cewek
blo'on...tapi siang ini gue rampungin dulu urusan ama Dina...hahahaa...ga
nyangka...sehari dapat dua lobang sekaligus...." batin Adis dalam hati.<br />
<br />
"ehhmmm...iya say nanti sorean gue kesini lagi deh, tapi setelah ini gue
mau langsung cabut dulu, mau anterin nyokap belanja hehehe...malu gue
bilangnya...cowok kok belanja...hahaha" ucap Adis pada Nia.<br />
<br />
"ihhh ga apa-apa lageee nemenin nyokap belanja...itu namanya anak
berbakti...ga usah malu sayyy...aku malah bangga lho kalau ada cowok tapi peduli
sama urusan kaum hawa..." jawab Nia.<br />
<br />
<br />
Sampai depan rumah Nia langsung turun. Lambaian tangan Nia mengantar kepergian
mobil Adis. Senyumnya terkembang, ia merasa menemukan pilihan yang tepat.
Ganteng, baik, mau ngertiin dan bantuin urusan perempuan.<br />
<br />
"ahhhh...tak salah kupilih Adis...meski aku baru belajar lagi untuk bisa
mencintainya...tapi ku tahu dia pria yang baik..." Nia melamun sambil
senyum-senyum sendiri.<br />
<br />
Mobil Adis kembali parkir di halaman kos Dian. Liburan begini semua penghuni
kos pada mudik. jadinya bebasss...<br />
<br />
<br />
"Haiiii sayang...sori lama ya...nyokap belanjanya suka begitu...pilih ini
pilih itu hahhh capeknya..." ucap Adis ketika menemui Dina yang sedang
asyik FB-an pakai laptop di kamarnya.<br />
<br />
(sebentar bro....ada yang janggal nih...gimana caranya Adis tadi berkontak
dengan Nia saat nia di ICU ya...??? harusnya kan ketahuan Dina !!!
ooowwww...tentu tidak, begitu mendengar bunyi telepon yang ter-reject oleh
automatic answer-nya, Adis bilang ke Dina kalau ituh bunyi alarm...setelah itu
dia ngacir ke kamar mandi...sms-an dengan Nia... daannnn...aman deh)<br />
<br />
<br />
Kembali Adis 'menyergap' Dina untuk melanjutkan babak ke duanya yang tertunda.
Di sisi lain tanpa di ketahui Adis tentunya, ada dua kepala (jangan ngebayangin
dua kepala doang ngelinding gitu loh ya...maksudnya lengkap dengan tubuh dan
kaki lahhh) mengendap dibalik kaca jendela kamar Dina yang tertutup korden
namun ada bagian yang sedikit terbuka dipojoknya sehingga mudah untuk di intip.
memang kawasan kos Dina terkenal sebagai kawan lingkar hitam. banyak orang
kriminal dan pengangguran yang kerjaannya ngurusin urusan orang lain di tempat
itu. Terdengar kasak-kusuk di sisi jendela itu, namun derit ranjang dan
rintihan Dina menenggelamkan suara kasak-kusuk itu. Mereka tak sadar kalau aksi
mesum mereka sedang dilihat oorang lewat jendela itu.<br />
<br />
<br />
"auuuhhhh yanggg....ini kamuuuh apaiiinnn....ennakkkk sayayangggg...uuuhhh
sssttttt" Teriak Dina saat jempol kaki Adis (iya beneran jempol kaki
kok...) mengobok VG nya Dina. Saat itu Dina sudah telanjang bulat dan empat
pasang mata diluar sana juga pasti bisa menikmati bentuk lekuk tubuh Dina yang
aduhai itu.<br />
<br />
Karena hari sudah mendekati sore dan Adis inget bahwa akan ada babak ke tiga
hari itu namun dengan acar barunya, Adis segera melakukan intercourse dengan
mengkangkangkan (mengkangkangkan ? susah bacanya ya...hihi...) kedua kaki Dina
yang saat itu telentang di kasur dan kemudian menghujamkan KL botaknya yang
berotot itu ke lobang VG Dina.<br />
<br />
"ouuhhh...gghhhhh....yanggghhhh uuhhh" Dina mendelik tertahan dan
kemudian menggeram nikmat saat batang jantan Adis 'mengoyak' lobang buaya milik
Dina (hehehe...lobang buaya...serem amattt !!!).<br />
<br />
"aiiihhhh ahhha hahh auhhwwaaahh sssttt aaahhhaakkkagghh" Dian
semakin liar saat Adis mempercepat tempo genjotannya.<br />
<br />
"aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh..." Dian mengejang indah sambil
tangannya meremas seprei kasur. Dian mencapai orgasmenya dengan cepat.<br />
<br />
Tak lama berselang, "aaaaaaarrhhhhhhhhh..." Adis juga menggapai
ejakulasinya dengan lega se lega leganya.<br />
<br />
<br />
Mereka berpelukan erat, aliran cairan Adis mengalir keluar dari celah VG Dina.
ciuman bibir yang panas mengahiri pergumulan yang ganas hari itu.<br />
<br />
"yanggg...kalau gue hamil gimana dooong...??" tanya Dina kepada Adis.<br />
<br />
"tenanggg...kan ada A'a sayang..." jawab Adis mantap.<br />
(cieeeee....gombal gosong kau diss...mulutmu bau terasi !)<br />
<br />
<br />
DIN..DIIINNNN...<br />
sebuah mobil memasuki garasi rumah Nia sore itu. Mobil Adis tentunya.<br />
<br />
"ehhh...gue mo pesta lageee hehehe" teriak batin Adis diiringi senyum
sinis mirip pemain antagonis di sinetron.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="line-height: 115%;">Jam dinding
rumah Nia menunjukkan pukul 6 petang saat Adis tiba. Sore itu Kania Wita (nama
lengkap Nia...masih inget kan??) sudah berdandan cantik untuk menyambut
kekasihnya. Celana Jeans selutut dipadu dengan kaos putih 'sedikit' press body
bergambar mickey mouse dan sebuah bando (ehhmmm jadi inget band namanya band O
!!!) warna pink terselip cantik dirambut Nia yang lurus dan panjang. Nia nampak
begitu segar. Pulasan lipgloss shiny di bibirnya melengkapi beningnya
penampilan sang dara dan membuat ia nampak begitu 'istimewahhh'.<br />
<br />
"haii sayangg...cantik banget kau sore ini...emhhh wangi lagi" ucap
Adis sambil mengecup singkat pipi kekasihnya.<br />
<br />
"hhmmm...makacih say...kamu juga....hhmmm bauuuu....huhhh...mandi dulu
sana gihhh !!!" balas Nia sambil membalas kecupan pipi Adis yang ternyata
lengkap dengan keringat dan debu jalanan.<br />
<br />
Selembar handuk lebar bergambar Batman (kenapa harus bergambar Batman? kenapa
tidak bergambar lain?....karena batmannnn....engaku idolaku...batmannn....)
dilemparkan Nia ke tubuh Adis seakan memaksa Adis untuk segera beranjak mandi.
Dengan langkah malas Adis melangkah ke kamar mandi menuruti permintaan Nia.<br />
<br />
Setelah Adis mandi nampak di meja sudah disiapkan satu mangkuk mie instan rebus
dan segelas es teh panas (upsss...segelas teh panas ga pake es maksudnyaa...)
oleh Nia.<br />
<br />
"makan dulu say..." ucap Nia singkat sambil menerima handuk basah
bekas pakai Adis dan membawanya ke belakang.<br />
<br />
Adis segera melahap santapan itu mengingat itu adalah menu favorit Adis sejak
dulu. Nia masih hafal menu itu seperti dulu saat makan di kantin sekolah.
Setelah selesai makan, mereka bergeser ke ruang tengah untuk menonton tivi
bersama.<br />
<br />
"sayy...kamu nanti balik jam berapa? tunggu aku ngantuk dulu baru pulang
ya...ga enak kalau bengong sendirian" ucap Nia membuka pembicaraan.<br />
<br />
"ehmm ya terserah kamu aja sayang...gue santai kok, tidur sini juga gak
apa-apa kalau boleh" balas Adis memancing situasi.<br />
<br />
Nia hanya mengangguk beberapa kali diiringi senyum cerianya menghiasi deretan
giginya yang berjajar rapi bersih seperti pagar kantor kabupaten.<br />
<br />
Suasana semakin santai dan mencair setelah merekamulai terbiasa berduaan malam
itu. Nia duduk bersandar pada dada bidang Adis yang sedang duduk lesehan diatas
karpet menghadap tivi. Jam semakin menjauh dari jam kedatangan Adis pukul 6
sore tadi. tak terasa kini sudah menginjak pukul 9 malam. Adis mulai sedikit
demi sedikit merengkuh dan memeluk tubuh Nia yang bersandar di dadanya. Bau
harum shampoo di rambut Nia menusuk lembut ke dalam hidung Adis dan membuat
Adis semakin berani melakukan hal yang lebih 'ehem'. Adis berusaha menciumi
pipi Nia dengan lebih intensif. Tengkuk Nia juga menjadi sasaran ciuman Adis
dan membuat Nia sedikit meremang bulukudunya. Mata Nia mulai terlihat sayu
menerima rangsangan lembut tersebut.<br />
<br />
<br />
Dengan pelan diputarnya tubuh Nia menjadi berhadapan dengan Adis. Nia hanya
memejamkan mata. Nia begitu grogi sekaligus deg-degan menunggu apa yang bakal
dilakukan Adis. Perlahan bibir Adis menyentuh bibir Nia dengan lembut. Jemari
tangan-tangan Adis membelai indah pelipis Nia dengan pelan. Darah Nia berdesir
saat geli mulai muncul akibat pertemuan halus antara jari Adis, tepian rambut,
dan tepian daun telinganya yang tergesek rambut. Sebuah sensasi baru yang
dirasa begitu dahsyat bagi Nia yang tergolong muda dalam urusan per-ehem-an
ini. Hati Nia berasa begitu terbuai melambung. Nia sudah tak ingat lagi kalau
pintu rumahnya masih terbuka sejak sore tadi. Memang posisi Nia tidak akan
tampak bila ada tetangga yang melintas, tapi seorang dewasa yang membiarkan pintu
terbuka hingga malam adalah tindakan ceroboh. Hal ini akan mengundang lirikan
kriminal jika terus terulang.<br />
<br />
<br />
Rongga mulut Nia seperti dilalui oleh lelehan es cream saat lidah Adis
menyeruak ke dalam mulut Nia. Putaran lidah Adis di mulut Nia begitu lincah dan
'terlatih'. Nia merasa bagai di awang-awang menerima perlakuan istimewa itu.
Sesaat lagi sepertinya Nia telah siap memberikan tubuhnya untuk Adis.<br />
<br />
Merasa telah cukup memberikan sensasi baru di bibir Nia dan juga seputar leher
Nia, Adis berubah haluan dengan niat membuka kaos Nia. Dengan sangat
berhati-hati dan berlahan Adis mengangkat tepi kaos Nia. Sedikit mulai terlihat
pusar dan pinggang Nia yang ramping. Tarikan kaos terus berjalan keatas dengan
berlahan hingga hendak mempertontonkan tepi bawah bra Nia.<br />
<br />
<br />
BRRRRAAAAKKKKKKKKK !!!!!<br />
(semua ayo bareng-bareng terkejut yuukk !!! xixixixi...)<br />
<br />
Meja ruang tamu Nia yang terpisah sekat dengan ruang tivi keluarga mengeluarkan
bunyi tumbukan begitu keras. Seperti ada benda keras yang menghantamnya (jangan
membayangkan ada durian jatuh di meja itu ya...ga mungkin !! hehe).<br />
<br />
Adis mengurungkan niat untuk mengangkat kaos Nia lebih jauh. Mereka menghambur
ke arah ruang tamu dan mencari tahu apa gerangan yang tengah menimpa meja ruang
tamu dengan begitu malang itu.<br />
<br />
JREENGGGG !!!<br />
<br />
bagai tersambar petir di siang bolong Nia mendelik terkejut. Di ruang tamu itu
telah berdiri dengan wajah angker dua orang pria. Wajah-wajah yang sangat
dikenal Nia. Wajah Roy dan Kenji.<br />
<br />
Tanpa menunggu aba-aba dari wasit, Roy spontan menerkam Adis hingga keduanya
terjatuh dilantai dengan posisi Roy diatasnya Adis. Belasan pukulan dilesakkan
kewajah dan perut Adis oleh Roy.<br />
<br />
Nia terkejut bukan kepalang. Teriaknya tertahan tangis yang menyesak di
dadanya.<br />
<br />
dalam satu kesempatan Adis mampu mendorongkan kakinya ke tubuh Roy hingga Roy
mundur beberapa meter kebelakang. Adis berdiri hendak membalas hujaman Roy,
namun Kenji bertindak sigap dengan gerakan karate tingkat tinggi dirangkulnya
tubuh Adis dan dikunci dengan variasi jurus yang cantik. Kenji adalah juara
karate tingkat provinsi pada pertandingan 1 tahun yang lalu. Pantaslah kiranya
jika dia terlihat lincah saat itu.<br />
<br />
<br />
Adis terlihat tak berkutik dalam kuncian tangan kenji. Adis meronta-ronta.<br />
<br />
"diammmm kauuu brengsekk !!! mau gue patahin ni tangan hahhh ???"
bentak Kenji menggelegar. Nampaknya hati Adis menciut mendengar ancaman Kenji.<br />
<br />
Roy beranjak berdiri dan maju beberapa langkah mendekati Nia.<br />
<br />
"Nia...kamu tahu tidak siapa lelaki bangsat ini?, dia lelaki sialan yang
sudah tega memperdayaimu Nia !!!" Roy angkat bicara.<br />
<br />
"apaa hiikk...hikk maksud kamu ?" tanya Nia dengan sesenggukan.<br />
<br />
"kamu boleh bangga punya pacar baru Nia.... tapi tolong jangan dia, kamu
hanya dimanfaatkan...lelaki bejat ini sudah memiliki pacar selain kamu..."
jawab Roy lagi.<br />
<br />
"Sebelum bberangkat kesini tadi, dia tidur dan bermain mesum dulu dengan
pacarnya itu Nia, kamu dibohongi sama diaa..." imbuh Roy.<br />
<br />
"Heeeiii...lo jangan asal ngomong ya !!! lo orang asing tahu apa tentang
gue !!: sergah Adis.<br />
<br />
"Nia...inii HP gue, lihat aja rekaman video disana, siapa tuhh yang lagi
maen ama cewek bahenol ??? ga usah khawatir, file sudah gue back up di piranti
lain" tambah Roy.<br />
<br />
Melihat adegan panas membara di HP Roy itu Nia menjadi merah padam. Nampak
jelas disana siapa pria yang sedang asyik menggauli seorang perempuan seksi.<br />
<br />
Nia melangkah maju kearah Adis dan menapar Adis dengan keras.<br />
<br />
"Kurang ajar kau dis...janjimu palsu !! pergi kau dari rumahku !!"
bentak Nia.<br />
"tapii...tapiiii " sergah Adis.<br />
<br />
"SEKARANG JUGAAA !!!" bentak Nia lebih dahsyat.<br />
<br />
Adis segera melepaskan diri dari cengkraman tangan Kenji yang dikendurkan dan
dengan wajah marah dia menuju keluar. Sesaat ia menoleh ke belakang dan
menunjuk kearah Nia seraya berkata "awas kalian ya, gue bakal balas ini
semua !!"<br />
<br />
Sontak Kenji mengangkat sebuah kursi plastik dan melemparkannya ke arah Adis.
Kaki kiri Adis tertumbuk kursi dengan keras. Dia mengumpat tak jelas sambil
berjalan tertatih meninggalkan ruangan itu. Deru suara mobilnya terdengar
menjauh dari tempat itu.<br />
<br />
Hati dan pikiran Nia begitu kacau malam itu. Kenji dan Roy memutuskan untuk
mengantarkan Nia kerumah Nina agar bisa tidur ditemani Nina disana. Kejiwaan
Nia malam itu benar-benar kacau.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
Wajah geram pada airmuka Adis masih begitu membekas.
Kejadian memalukan yang dialaminya itu memang sudah berlalu 2 bulan yang lalu,
namun dendamnya begitu menyengat sampai keubun-ubun, Tak akan bisa ia lupakan.<br />
<br />
"hhhhgggrrrr..keparat kalian, gue yakinkan bahwa gue bakal menuntut
balas..!!" gumam Adis dalam hati.<br />
Sejak kejadian itu ia sibuk mencari tahu informasi tentang Roy yang sudah
menghujaninya dengan pukulan serta telah merusak hubungannya dengan Nia.<br />
<br />
<br />
Suatu sore di sebuah rumah sedang terjadi obrolan seru antara dua orang cewek
dan seorang cowok di ruang tamu. Cewek pertama yang sepertinya tuan rumah
terlihat begitu segar dan 'menggiurkan'. Kompisisi wajah dan tubuh yang luar
biasa. Wajah cakep, tubuh seksi bahenol dengan dada yang wah, sungguh
mempesona.<br />
<br />
Cewek yang kedua yang nampaknya adalah tamu adalah seorang yang cukup tinggi
(lencir kalau orang jawa menyebutnya) namun kebesaran masa depannya (dada
uhuii), wajjahnya, dan keseksiannya tak kalah dibandingkan cewek yang pertama
(yang pasti mereka berdua absolutely ihiirrr lahhh..!!).<br />
<br />
Yang cowok cukuplah ganteng dan atletis. Tatapannya menawan hati. ditunjang
dengan warna kulit putih sehingga terkesan produk unggulan sepertinya.<br />
<br />
<br />
Ketiganya asyik mengobrol, ternyata si cewek I adalah teman dari si cewek II.
Sedangkan si cowok adalah pacarnya si cewek II. Namun si cewek I belum kenal si
Cowok tersebut. Baru kali itulah mereka berkenalan (uhhh ribet amat sih pakai
cewek I lah...cewek II lah...!!!). Mereka terlihat mulai asyik mengobrol dan
seru, kadang terdengar senda gurau dari mereka. Memang saat itu ortu tuan rumah
sedang diluar kota, jadi mereka bebas berteriak cekikikan tanpa ada yang
mendengar selain mereka.<br />
<br />
<br />
cewek I hari itu lumayan terlihat seksi. Baju atasnya adalah kaos putih
berbahan agak tipis dan full press body. Bulatan dada yang menggunung tercetak
jelas disana. Dibawahnya dihiasi rok se paha gaya cheerleader sehingga udara
menjadi lebih mudah masuk kebawah sana karena begitu pendeknya bahan kain itu
(hehe udara...yang laen juga akan lebih mudah masukkk..!). Sesekali terlihat
CDnya mengintip saat roknya tersingkap karena asyik becanda.<br />
<br />
<br />
cewek II memang setiap hari selalu seksi. Hari itu ia memakai atasan tanktop
dan bawahan sebuah celana panjang berbahan kaos yang press ke pantat.
Bodinya....<br />
<br />
<br />
Lambat laun obrolan menjadi berubah menjadi bahasan mengenai seks, <br />
<br />
"sist....lo ngapain hari gini dirumah?? sono pergi samperin cowok lo...apa
lo ga kangen KL ? hahahaha...." ucap cewek II memulai.<br />
<br />
"ahh males...cuma ciuman mulu bisanya..." jawab cewek I.<br />
<br />
"hahh...yang bener lo sist?....emang selama ini lo pacaran cuma dapet
ciuman doang??" tanya tamu yang cowok.<br />
<br />
"iyeee.....nahh dianya, nolak mulu...garing bookkk, jalan bareng juga
jarang....kayak hari ini...!!" timpal si cewek I lagi.<br />
<br />
<br />
Diam-diam cowok tamu melirik nakal kearah paha cewek I yang kadang terbuka
mengundang lirikan. Lama-lama si cowok jadi horny sendiri. Dia berpikir bahwa
tak ada salahnya jika dia 'sedikit' mencumbu pacarnya disitu daripada menahan
konak gara-gara melihat cewek seksi yang menjadi tuan rumah.<br />
<br />
Si cowok berusaha merangkul pacarnya dan menjatuhkan tangan yang melingkar di
bahu pacarnya itu ke dada montoknya. Kemudian tangannya itu mulai meremas nakal
pada daerah dada pacarnya dari luar baju. Si pacar mendelik seakan
mengisyaratkan untuk jangan diteruskan. Sepertinya si cewek II malu kepada tuan
rumah.<br />
<br />
"aiihhh lanjutin aja kalee....ga usah malu cin...lagian ortu gue juga lagi
di luar !" sergah si tuan rumah saat melihat kesan canggung pada wajah
temannya.<br />
<br />
Sesaat si cowok terdiam, kemudian terlihat berbisik di telinga pacarnya. SI
cewek terlihat menganggukkan kepala.<br />
<br />
"ehhhh sist, gabung yuk..." ucap cewek II.<br />
<br />
"gabung??? maksud lo ??" balas cewek I.<br />
<br />
"udahhh...sini...lo boleh nikmatin cowok gue, kita ber-tiga-an
yuk...kecian lo kayaknya nahan banget gara-gara pacar lo ya garing
ntuuh..." lanjut cewek II.<br />
<br />
"iahh sist, nikmatin aja...kita have fun dikit yuk.." timpal si
cowok.<br />
<br />
<br />
Tanpa menjawab, si cewek I langsung berdiri dan membaur di sofa panjang ruang
tamu tempat kedua temannya duduk. Cowok duduk di tengah diantara keduanya.
Kedua tangan cowok itu merangkul kedua cewek disampingnya. Sambil melingkar di
pundak ia juga mengefektifkan rangkulannya dengan meremas gunung-gunung
menjulang yang ada di sekitarnya. Remasan terus berlanjut. Wajah si cowok agak
menyerong ke arah cewek II. Sesaat kemudian terlihat bibir mereka bertemu. Aksi
melumat bibir pun terjadi sembari si cowok masih meremas payudara sekel dari
cewek di samping kanan dan kirinya (gila lo mas...2 cewek sekel bahenol,
cakep-cakep lagi....luar biasaaa...).<br />
<br />
<br />
"cantik...lo berdua hmm...sluupp....buka baju atasnya hmmm...ya...sleppp
mmhhmm...branya juga hmmm" ucap si cowok di sela perciuman dengan
kekasihnya.<br />
<br />
<br />
Kedua cewek itu langsung berdiri, mereka spontan melepas baju atas mereka.
Sekejab kemudian terlihat dua bukit...eh salah....empat bukit putih dan
menggembung indah. Si cowok sepertinya sangat bernafsu. Ia segera menghambur
untuk meremas bergantian ke-empat gunung cewek-cewek seksi itu. Bergantian pula
ia melumat dan menjilat puting-putingnya.<br />
<br />
"auuuh....hmmm...sssszzzttt...gilaahh enakkk....aaaahhhhh"<br />
"aaaiiihhh ssstttt... hmmmmm...hmmmmmmmmmmm"<br />
"aaahhh sssssiiipppp sayyyy.....aahhhhhh"<br />
"aiiiiihhhhhhh ssssssstttt.....aauuuwwhhhhhhh sssttt"<br />
<br />
arungan desah yang menggelora terdengar bersahutan diantara kedua cewek itu
(heyyy mbakkk !!! berisikkkk hehehehe......)<br />
<br />
<br />
Sepintas kemudian terlihat si cowok memberi aba-aba kepada kedua bidadari untuk
membuka bawahan mereka. Kini terlihatlah dua bidadari sedang berdiri polos
bugil tanpa selembar benangpun menutupinya. Benar-benar seksi dan montok-montok
meraka.<br />
<br />
(mas mas pembaca....seksi kagak tuuhhhhh ????)<br />
<br />
<br />
si cowok mendekat pada cewek I (tuan rumah). Dilumatnya bibir si cewek dengan
membabi-buta. Si cewek I terlihat gelagapan namun sejenak kemudian terlihat
semakin menikmati ciuman itu. Namun tiba-tiba....<br />
<br />
BRUUUAAAKKKKKK....!!!<br />
<br />
<br />
(eitssss jangan dikira ada perkelahian lagi ya....)<br />
<br />
Suara berisik terjadi saat kedua cewek telanjang seksi itu mendorong paksa si
cowok hingga terjengkang di sofa. Mereka terlihat terburu-buru melucuti pakaian
si cowok. Akhirnya si cowok pun telanjang juga di depan dua bidadari horny yang
terlihat sudah terlingkupi kobaran birahi tinggi.<br />
<br />
Si cewek I terlihat berdiri dan ternyata dia berusaha menggagahi wajah si cowok
yang telentang itu dengan VG nya. Ia ingin di oral VG nya ternyata.<br />
<br />
"dengan senang hati..." ucap si cowok sesaat sebelum mulutya
tersumpal daging berjenggot.<br />
<br />
Dilain pihak nampak cewek II mulai menjilati batang KL si cowok dengan nikmat.
Dikulum dan diemut laksana menikmati sebuah ice cream. Kadang bagian skrotum
(biji-bijian) juga dia emut dan sedot membuat si cowok kelojotan. Dengan wajah
yang tertutup pantat bohay dan paha mulut cewek I, si cowok berusaha menggapai
bibir VG cewek II dengan tangannya. Begitu ketemu tak ayal lagi langsung ia
kocong dan gosok dengan cepat.<br />
<br />
"uuuhhh....terrr...uusss masss...auuhhhh ennnnkkk nyaaahhh .....VG kuuu
uuuhhh emmmuttt terussshhh aaahhhh" rancau cewek I menikmati oral pada VG
nya.<br />
<br />
<br />
"mmmhhh....ssllllluuuppppsss....aauuuhhhhhhh....aa
aahhhhhhh.....ssslllleeppppp uuuuhhhh srrruuupppsss....." nun jauh dibawah
sana si cewek II ikut mendesah menikmati tusukan jari di VG nya sembari
mulutnya masih tersumpal batang panjang kokoh milik si cowok.<br />
<br />
"aiiihhhhh uuuhhh sssttt aaaaahhhhhhhhh aw awww awwwwhhhh...."<br />
"ahhhhrrgggggghhhh...sstt...sleeppssss...mhhhmmmmh h....sssslupppp"<br />
"gggrrhhhh.....aaaahhhhhh...aaahh ahh ahha hahhh ahhh oh my
godddd....."<br />
"aaaaawhhh ssrruppptttt aahhmmmmm...sssssssluuppp aahwww.."<br />
<br />
sahut-sahutan desahan dari kedua cewek dan erangan cowok menggema memenuhi seisi
ruang tamu tersebut. Untunglah kawasan perumahan itu cukup elite dan sepi, jadi
kemungkinan kecil orang luar bsa mendengarnya.<br />
<br />
<br />
"aauuhh uhhhh ahhhhh masssss ampunhhh aahhh aakhuuuu gakkkkk kuatthhhh
aaawwww aww aaaaaahhhhhhh"<br />
desah si cewek I melengking sambil meliukkan pinggulnya, gelombang orgasmenya
datang bergulung-gulung. Si cowok hanya terdiam pasrah menerima suasana lembab
tepat di depan mulut dan hidungnya yang tengah menyetubuhi VG legit itu.<br />
<br />
<br />
Si cowok beranjak bangun dari sofa. Kedua bidadari ia posisi kan berdiri
nungging dengan bertelekan kedua siku tangannya di bibir sofa. Nampak di depan
cowok itu sekarang dua bongkahan keong emas membulat montok putih dengan lobang
lembab menggiurkan di tengah-tengahnya. Bulu-bulu hitam menghiasi setiap lobang.
Begitu membuat nafsu menyeruak.<br />
<br />
(LHAAAAA...MAS .MASS PEMBACA....NGEBAYANGIN APA HAYOOOO.....IHHH KOK MUKANYA
JADI MERAH BEGONOO...??? HAHAHAA...XIXIXIXIXIXI..... <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/wink.gif" height="43" src="file:///C:/Users/ival's/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" v:shapes="Picture_x0020_1" width="40" /><br />
<br />
<br />
Dengan batang mengacung tegak bersambung (iihh emang belajar menulis tegak
bersambung di SD...!!!) si cowok mengarahkan ke bagian tengah lobang cewek II
yang merupakan pacarnya itu. Dia lesakkan sekuat-kuatnya batang hangat itu ke
lobang surgawi yang menyemu merah. Di genjotnya dengan perlahan dan semakin
lama semakin cepat. Pegangan tangannya di pinggul sang cewek membantu setiap
hentakan menjadi suatu arungan yang keras dan panas.<br />
<br />
<br />
"ahhhh yaaaangg....ssssstttta ahhhh hheeeggkkkk aau auuu awwwwhhhhhh"
si cewek II melenguh dengan keras.<br />
<br />
"bagaimana sayanggg...ehmmm...rasa batangku???" tanya si cowok sambil
tersengal.<br />
<br />
"ayyhhh yangggg eennaakkk banngettt aah ahhhh ahhhhh awwwhh ssssssttt
aaahhhhh" si cewek membalas dengan tersengal pula.<br />
<br />
<br />
5 Menit mereka berjibaku dengan peluh dan aliran nafsu tegangan tinggi. Si
cowok melirik ke arah pantat yang satunya. Dia segera mencabut batang indah itu
dan ia arahkan ke lobang lembab si cewek I (tuan rumah). Awalnya terasa susah
dan agak kering. Mungkin 5 menit menunggu telah membuat kelembaban itu
berkurang. Namun dengan gesekan intens si KL ke VG nya, akhirnya pesawat KL
dapat meluncur masuk dengan leluasa dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Gesekan terus berlanjut menjadi genjotan dan tujukan ganas. Si cewek menjadi
terlonjak-lonjak dari tumpuannya di sofa akibat dari serangan ganas itu. <br />
<br />
<br />
"haiiikkkk....aaaaaw aww awwwwwhh......aaadduhhh masss... ampunnnn...belum
pernah rasain batang yanggg gedean giniii.....aahhhh enaaakkk gilaaaa auuh
aaahhhhhhh mmmhhhmmmhhhhh aaaahhhhhh" rancau si cewek.<br />
<br />
<br />
Cewek I yang sementara 'nganggur' beranjak menyusup ke bawah cewek I. Ia kulum
payudara indah yang bergoyang-goyang karena genjotan itu dengan nikmat. Tak
berapa lama kemudian ia sambar bibir cewek I dengan bibirnya. Merekapun saling
melumat bibir dan terlupa sejenak bahwa mereka sama-sama wanita. Nafsu binal
sudah mengambil alih semuanya.<br />
<br />
<br />
Kaki si cewek I sudah tidak mampu lagi bertumpu lebih lama. Dia pun menindih
cewek II yang sedang bermain bibir dengannya. Dua kumpulan bulu JB mereka
bersatu. Secara tidak langsung goyangan cewek I membuat Klitorisawati cewek II
ikut tergesek. Mereka semakin binal berciuman.<br />
<br />
<br />
Si cowok mengambil inisiatif untuk menusuk bergantian kedua VG yang bertetangga
itu ( yeeee...emang perumahan...pakai bertetangga segala...).<br />
<br />
<br />
Lima sampai enam tusukan ke VG cewek I kemudian berpindah lima sampai enam
tusukan di VG cewek II. Begitu terus hingga kedua bidadari binal itu
meraung-raung menerima hujaman dan hentakan ganas dari batang gagah milik si
cowok.<br />
<br />
<br />
"ahhh...aahhhhhaaahhh...aahmmm mmmlllpppp....mmssssllppp"<br />
"awhhh ssslllpp ahhhh ehhhmmmm hmmmhhmmmhh"<br />
kedua cewek mendesah di sela ciuman bibir mereka. Lenguhan dan desahan nikmat
terus menyeruak sepanjang 15 menit mereka di posisi itu.<br />
<br />
<br />
Hingga pada suatu kesempatan, genjotan panjang agak diperlama pada VG sang
pacar. Slleppp sleppp seppp....<br />
<br />
"aahhhh auuuuhh ahhhh awwhhhhhhhhhhhhhhhh aaaa yangggg akkkhuuuu sampaiiii
hhhhhkkkkkk ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh" cewek II yang merupakan pacar
si cowok melenguh keras, orgasme diraihnya. Ia pun terkulay lemas. Cewek II
berusaha menstimulasinya dengan memberikan ciuman dan jilatan pada payudara
montok rekannya itu.<br />
<br />
<br />
Si cowok menarik cewek I untuk berdiri. Kemudian a dudukkan si cewek
dipangkuannya dengan posisi punggung si cewek tepat menempel di dada si cowok. <br />
<br />
Batang panjang segera dilesakkan lagi menyeruak lobang nikmat si cewek.
Terlihat ia melakukan gerakan turun naik mengimbangi genjotan dari bawah yang
dilakukan si cowok.<br />
<br />
"aaahh ahhh ahhha ahhhhh masss ahhhh" si cewek merancau kembali.<br />
<br />
"ahhhh sist....m*m*k mu sempit bangettt...ahhhh...jarang dipakaii
yaahhh" ucap si cowok tertahan.<br />
<br />
"iyaaahhh massss....terakhir maennnn ama mantankuhhhh ahhh
ahhh...cowokkuhhh yang sekarang belum pernahhh ahhhh ahhhh ennnnaakkk masss
auuuhhhhh" jawab si cewek dengan mendesah hebat.<br />
<br />
<br />
10 menit dalam posisi itu, genjotan semakin cepat dan menggila. Si cewek II
juga sudah berdiri kembali dan sekarang sedang sibuk 'menyuapi' mulut cowoknya
dengan payudara ranum miliknya. Hingga kemudian...<br />
<br />
"aaaahhhhh massssssss.....aaakhuuuuu sampaiiiiii aaaaaaahhhhh" teriak
si cewek I menjerit seksi. Matanya terpejam menikmati sensasi yang timbul,<br />
<br />
<br />
"iiiyaahhhh...akuu jugghaa mooooo mmoo...mooo ngeccroooottttttt
aaaaarrrrrgggghhhhhhhhhhhhhhhhhh...." si cowok membalas sambil melenguh
panjang. Batangnya menghujam keras. Cairannya menyembur deras e dalam VG cewek
I. Beberapa detik kemudian mereka tersenyum bersama dan berpelukan bertiga
masih dalam posisi itu.<br />
<br />
<br />
TOOOKKK..TOKK TOOOKK !!!<br />
suara pintu diketuk dari luar, namun tak cukup waktu bagi mereka untuk berpikir
cepat dan berpakaian.<br />
<br />
<br />
Sebelum mereka sempat beranjak dari posisi berpelukan itu, pintu dibuka.<br />
<br />
CEKKLEKKK...!!!<br />
<br />
SESYAAAA !!!!!!!!<br />
<br />
Suara seorang cowok meninggi. Cewek tuan rumah yang ternyata bernama Sesya itu
mendelik se mendelik mendeliknya.<br />
<br />
Diambang pintu telah berdiri seorang cowok tinggi tegap. Nampak guratan
keningnya mengernyit menandakan kemarahannya sedang memuncak. Dia adalah Roy
pacar Sesya. Roy yang telah membuat Nia pusing tujuh puluh keliling.<br />
<br />
<br />
"Apa yang lo lakuin sya???" tanya Roy membentak.<br />
<br />
"eehh..ehh...halahhh...lo bisa apa...lo pacar kok kayak gitu...gue malah
dapet kepuasan dari cowok laen...udahh terima ajah dehhh...gue sebel ama lo Roy
!!!" jawab Sesya yang awalnya bingung namun kesal juga dengan kehadiran
Roy secara mendadak itu.<br />
<br />
<br />
"tapiii...lo bener-bener aaahhhh dasarrrr !!!" balas Roy lagi masih
dengan sengit.<br />
<br />
"hahahahaa....Roy...mampus lhooo...emang enak kalau lo punya pacar tapi
direcokin orang hahhh????" si cowok yang masih terbenam batangnya di VG
Sesya itu menimpali. Ternyata cowok itu adalah Adis. <br />
<br />
Ya adis yang telah dipukul bertubi-tubi oleh Roy 2 bulan yang lalu. Otomatis si
cewek ke II adalah Dina pacar Adis. Sebelumnya Adis sudah menceritakan ke Dina
perihal Nia dan Roy, namun Adis mengatakan bahwa Nia lah yang memaksa buat jadi
pacar Adis. Itupun baru jadian udah ditonjokin Roy karena cemburu. Si Dina
hanya percaya aja dibohongi seperti itu.<br />
<br />
<br />
Dalam 2 bulan itu Adis sibuk mencari tahu tentang Roy. Akhirnya ditemukan bahwa
Roy adalah pacar Sesya. Untung bagi Adis, usut punya usut ternyata Sesya adalah
teman Dina di Club Modelling. Tentunya Adis mendesain sedemikian rupa agar bisa
mendekati Sesya sekaligus juga menikmati tubuh seksi Sesya.<br />
<br />
<br />
"brengsek lo....lo lo...ahhhhhh" BRAAAKKKK!! Roy mengumpat dengan
kesal sembari memukul pintu yang ada disampingnya. <br />
<br />
Tanpa pikir panjang Roy segera balik badan dan melangkah meninggalkan ketiga
makhluk haus seks itu.<br />
<br />
"Royyy...roy...tungguuu !!!" teriak Sesya.<br />
<br />
Roy tak menoleh sedikitpun. Ia terus berjalan keluar, menyalakan mobil Kenji
yang dipinjamnya, dan pergi berlalu.<br />
<br />
"selamat tinggal Sesya..." ucap Roy lirih di sela deru mobil yang ia
kendarai.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
\ Lima bulan kemudian setelah kejadian pemukulan Adis oleh
Roy...<br />
<br />
KRINGGGGG...!!!<br />
<br />
"halooo...Roy...lo dimana bro...gue pengen ketemu...kita ngobrol
yukkk" suara Kenji menelepon Roy.<br />
<br />
"hoammmm...ah lo ganguin tidur gue aja...!!! mo ketemuan dimana?"
balas Roy dengan agak jutek.<br />
<br />
"di kafe depan samsat, gue tunggu ya...lo jangan tidur lagi !!!"
lanjut Kenji.<br />
<br />
"sialan lo !!! iya deh...sejam lagi ya.." jawab Roy.<br />
<br />
"yaelahhh man...lo mau onani dulu ya...lama bener...udah buruan...jangan
lama-lama !! tuutt...tuttt..tuttt" Kenji menimpali lagi dan kemudian
segera menutup teleponnya.<br />
<br />
<br />
NGENGGGG....NGENGGGGG....(suara motor Roy melintas dijalanan xixixixi)<br />
<br />
<br />
Sampai di kafe yang dimaksud Kenji telah menunggu disana seorang Kenji dan
seorang Nina. <br />
<br />
"mo pesen ama sob...??" tanya Kenji begitu Roy duduk di depannya.<br />
<br />
"aer putih aja mas..." ucap Roy sambil nyengir, alhasil bukan air
putih yang datang tapi ubun-ubun Roy yang kena getok gantungan kunci mobil
Kenji.<br />
<br />
"hehehe...becanda...jus semangka deh atu" lanjut Roy sambil tetap
cengengesan.<br />
<br />
<br />
" eh lo pesen jus semangka segala...itu kan obat kuat...lo mo maen ama
siape dul !" sergah Kenji sengit.<br />
<br />
"ah lo...mo tauuuu ajaahhh hehehe" balas Roy dengan senyuman
mengembang.<br />
<br />
<br />
Setelah semua pesanan datang. Nina kemudian angkat bicara. Ia mengeluhkan
tabiat Nia yang akhir-akhir ini menjadi aneh. Suka marah-marah tak jelas, tidak
pernah dandan lagi, dan parahnya adalah semangat kuliah Nia yang menurun.
Jarang sekali masuk kuliah. Meski masukpun juga dengan wajah kuyu dan muram.<br />
<br />
Memang 5 bulan terakhir ini Roy menghindari Nia. Ia merasa malu karena sudah
ikut campur urusan Nia terlalu jauh. Nia pun juga seorang yang tergolong
pendiam dan tertutup. Apa maksud dan tujuan Nia berubah seperti itu juga tak
ada yang tahu, bahkan Nina sekalipun yang notabenenya sebagai sohib kental Nia.<br />
<br />
<br />
"Roy...cobalah lo kunjungin Nia...lo cari tahu...kalo perlu lo hibur
dia..ga mungkin Nia lupain lo begitu saja !" ucap Nina serius.<br />
<br />
<br />
"ehmmm Nin...gimana yahhh...lo aja dehh...lo kan sahabat dia !!!"
balas Roy.<br />
<br />
"eh lo...inget waktu gue bilang lo banci ga waktu itu? masih mo diulang
lagi?" bentak Kenji sok galak.<br />
<br />
<br />
"gllekkk...iii..ii..iya dehhh" sambung Roy sambil menelan ludah.<br />
<br />
<br />
Sekitar setengah jam kemudian mereka pulang. Pikiran Roy semain kusut. Ia ragu
dan bimbang untuk bertemu Nia kembali. Sampai dirumah ia segera masuk kamar dan
merenungkan semua itu.<br />
<br />
Love of my life,<br />
You hurt me,<br />
You broken my heart,<br />
Now you leave me<br />
<br />
Love of my life can't you see,<br />
Bring it backbring it back,<br />
Don't take it away from me,<br />
Because you don't know what it means to me<br />
<br />
Love of my life don't leave me,<br />
You've stolen my love you now desert me,<br />
<br />
Love of my life can't you see,<br />
Bring it backbring it back,<br />
Don't take it away from me,<br />
Because you don't know what it means to me<br />
<br />
Alunan lagu queen terdengar membahana di ruang kamar Roy. Volume dari speaker
dari Komputer ia keraskan. Alunan itu membuat bulu Roy meremang. Ia menjadi
teringat akan wajah Nia yang sangat ia sayangi itu.<br />
<br />
"gue bukan pecundang...gue harus ketemu Nia...harus...haruuuuss !!"
teriak Roy dalam hati.<br />
<br />
<br />
Malam itu suara jangkrik bersahutan di Taman depan rumah Nia. Di dalam taman
itu ada sebuah ayunan dari bambu yang terletak di tepi kolam ikan. Di ayunan itu
duduk seorang cewek (hhiiiii...bukan kunti lho yaaahhh). Cewek itu adalah Nia
yang memang hampir setiap malam hanya termenung di tepi kolam itu. <br />
<br />
Sambil berayun pelan Nia terus saja termenung. Ia terlihat seperti orang yang
hilang ingatan. Hanya diam dan melamun.<br />
<br />
DDDUUUKKKK !!!!<br />
ayunan yang sedang bergoyang pelan itu seperti menabrak sesuatu dibelakang Nia.
Saat Nia menoleh, Ia terhenyak. Roy telah berdiri di belakang ayunan itu (ehhh
Roy...sebenernya kaki lo sakit kan ketimpa ayunan tadi ??? xixixixi).<br />
<br />
Nia kembali menghadap kolam dan berdiam diri. Roy menjadi salah tingkah
dibuatnya. Roy tak tahu harus memulai dari mana.<br />
<br />
<br />
"Ni...niaa.....kok sendirian ??? mama papa mu lagi dimana ???" tanya
Roy membuka percakapan.<br />
<br />
"ada tuh di dalem" jawab Nia tak bergairah.<br />
<br />
"Nia....kamu tahu ga...ehh.eeee...kenapa gue sampai segitunya nguntit si
Adis waktu itu, lalu nonjokin Adis ?" tanya Roy lagi.<br />
<br />
Nia hanya menggeleng pelan. Ia sekarang terlihat menunduk.<br />
<br />
"gue....guee...karena gue...sss...sssayang sama kkamu Nia...gue cinta sama
kamu" jelas Roy memberanikan diri.<br />
<br />
Wajah Nia terlihat kaget, ia sekarang tak lagi menunduk. Sambil berdiri ia
pandang wajah Roy lekat-lekat. Ia tatap mata Roy yang hanya berdiri 1 meter di
depannya. Sejurus kemudian terlihat Nia kembali merunduk. Lalu mulai terdengar
suara tangis Nia. <br />
<br />
Roy menjadi bingung sendiri. Ia berpikir keras tentang perkataannya tadi.
Adakah perkataan yang sempat menyinggung Nia?.<br />
<br />
<br />
"eehhh Nia...kalo kamu mau marahin aku ga apa-apa....gue emang pria
brengsek...cuma bisa bikin cewek sedih dan nangis !!" ucap Roy.<br />
<br />
Nia hanya menggeleng dalam tangisnya. Suara tangisnya terdengar semakin keras.<br />
<br />
<br />
"sstttttt....eh Niaa....diem ya....kalo mama papa kamu denger gimana...kan
ga enak dengan beliau ..."<br />
"niaaa....niaaa udah ya...sstttt diemmm"<br />
Roy semakin panik, suara tangisan itu tak kunjung berhenti. Ia guncang kedua
lengan Nia sambil terus berucap untuk menenangkan Nia. Namun karena terlalu
keras ia mengguncang lengan Nia itu, malah membuat Nia terhuyung. Dan tanpa
pikir panjang Roy sigap merangkul Nia dari depan untuk menjaga keseimbangan Nia
agar tidak jatuh.<br />
<br />
<br />
Kini kepala Nia dalam dekapan Roy. Suara tangis itu sedikit hilang karena
terhambat oleh dada Roy yang sekarang sedang merangkul Nia. Dengan gerakan
reflek Roy mengelus kepala Nia dengan lembut.<br />
<br />
"sssttt diem ya Nia...." ucap Roy lagi<br />
<br />
"Mass...Royyy hikk...hiikkkk" Nia angkat bicara disela tangisnya.<br />
<br />
"aku ga tahu harus sedih atau bahagia...hiiiikkkk...hiikkksss" tambah
Nia lagi.<br />
<br />
"saat mas Royyy hikkss...hkkkk...memukul Adis itu dan nyelametin Nia...Nia
hikkk hikkk berharap mas Roy saat itu datang pada Nia...memeluk
Nia...menenangkan hati Nia...hikkk hikkk seperti saat ini mas..."<br />
<br />
"nia menunggu mas untuk ucapin kata-kata itu mas....lamaaaa sekali nia
menunggu mass...pahit dan getir Nia
lalui....hikkkkssss...hikkksss....Niaaa...nia...ju ga sssayang sama mas
Roy....." sambil terus sesenggukan Nia mengutarakan semua yang selama ini
dipendamnya. Nia menangis sejadi-jadinya daalm pelukan lelaki yang sangat
dicintainya itu.<br />
<br />
"maafff Nia...saat ituu...gue juga lagi bingungg...ga tahu harus
ngapain....maaafff banget ya nia..." ucap Roy sambil mengecup rambut Nia.<br />
<br />
<br />
"truss...truss..pacar mas gimana ???" tanya Nia lagi.<br />
<br />
"ehhhmmm cewek itu....udah gue putusin...Adis merebutnya dari
gue...seperti saat Adis merebut kamu dari gue...yaaa meskipun saat itu kamu
belum jadi pacar gue...tapi hati ini tidak rela rasanya...beda dengan perasaan
ke Sesya mantanku...meski diambil Adis...gue ga merasa kehilangan tuhh...biasa
aja..." jawab Roy panjang lebar.<br />
<br />
"beneran masss...jangan-jangan mas tukang bohong kayak adis...???"
imbuh Nia lagi.<br />
<br />
Roy hanya tersenyum dan menggeleng. Roy cukup paham terhadap psikologis Nia
yang merasakan trauma dengan laki-laki pembohong, jadi Roy hanya bisa
memaklumi. Dalam hati ia berjanji bahwa hanya ada Nia seorang dan selamanya.<br />
<br />
Pelukan Roy semakin erat. Nia merasa begitu tentram dan tenang dalam pelukan
itu. Ia lingkarkan tangannya merangkul punggung Roy juga untuk menunjukkan
bahwa ia sangat sayang pada pria itu.<br />
<br />
<br />
Malam semakin larut. Di samping kolam itu tengah duduk dua orang insan sambil
saling berpelukan mencurahkan rasa rindu yang tersekat begitu lama.<br />
<br />
Dari balik jendela ruang tamu yang gelap nampak mama Nia tersenyum.<br />
<br />
"hmmmm...Nia telah kembali....dari awal aku sudah merasa bahwa Roy itu
anak baik" gumam sang mama yang ternyata dikuping oleh sang papa. Papa Nia
hanya tersenyum penuh arti.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Berita tentang jadiannya Nia dan Roy sudah menyebar
dilingkungan kampus dalam satu pekan terakhir ini. Banyak yang kagum pada
perjuangan mereka. Namun banyak pula yang mencibir hubungan mereka, rata-rata
yang mencibir itu adalah para penggemar Nia dan Roy yang tak sampai cintanya.
Begitu juga dengan Sesya, rasanya ia geram bukan kepalang mendengar kabar itu.<br />
<br />
<br />
"hhhhhehhh...Jahanam kau Nia, memang lo tukang rebut pacar orang
ya...hehehe...udah gue sangka lo emang cewek ga beres dari dulu...pantesan aja
gue dari dulu ga pernah suka sama lo...emang lo wanita sundal !" gumam
Sesya dalam hati dalam pengaruh amarah yang menyala-nyala.<br />
<br />
Sebulan setelah Nia dan Roy jadian, keadaan menjadi semakin lebih baik. Nia
kembali ceria dan Roy pun juga lebih berhati-hati menjaga Nia. Sejak seminggu
yang lalu Roy melamar kerja part time di sebuah perusahaan design logo dan
advertising. Jam kerjanya dimulai sepulang kuliah sekitar jam 4 sore hingga jam
9 malam. Hari Sabtu Full time dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Sedangkan hari
minggu libur. <br />
<br />
Ia memang sudah bertekad untuk bekerja agar segera bisa menabung. Ia ingin
melamar Nia secepatnya. (uuuuhhh...dalem bangetttt...merinding jadinya....)<br />
<br />
<br />
Hari itu adalah hari sabtu. Seperti biasa Roy telah berangkat kerja sejak jam 9
pagi tadi. Siangnya, sekitar jam 2 siang Nia merasa bete dirumah. Dia
memutuskan untuk berkunjung ke rumah Nina. Namun setelah 15 Menit mengobrol
bersama Nina dan Kenji dirumah Nina, Nia berubah pikiran. Ia ingin pergi ke
toko buku untuk melihat-lihat dan sekaligus membeli buku tuntunan pernikahan
(hehehe...sepertinya eheemmm udah ngebett nihhh..). Untuk mengajak Nina ia merasa
tidak enak hati. Tidak sampai hati ia mengganggu temannya itu yang lagi asyik
berduaan.<br />
<br />
Setelah berpamitan pada kedua temannya, Nina segera menghentikan sebuah taksi
untuk mengantarnya ke toko buku yang dimaksud. Namun apes menimpa Nia. Ban
mobil taksi itu mendadak bocor. Terpaksa ia membayar taksi itu separuh jalan
karena terlalu lama jika ia harus menunggu ban selesai diganti. Ia berjalan
mencari taksi pengganti namun tak ada yang lewat. Tiba-tiba....<br />
<br />
CCCCIIIITTTT....CEKLEKKKK......!!!<br />
sebuah mobil panther warna gelap berhenti di samping Nia. Dengan cepat sebelum
Nia sempat berpikir, mobil itu sudah terbuka pintunya, kemudian dengan sangat
cepat pula dua orang turun dari mobil itu, membekap Nia dan mendorong paksa ke
dalam mobil yang berkaca gelap juga seperti warna catnya.<br />
<br />
Tak ada warga yang tahu kejadian yang begitu cepat itu. Di dalam mobil panther,
nia didudukkan di kursi tengah diapit oleh dua pria berkulit gelap. Di kursi
depan duduk seorang sopir yang berkulit sama dengan kedua temannya. Disamping
sopir itu duduk orang berkulit lebih putih daripada ketiga orang lainnya.
Sesaat emudian pria putih itu menoleh kearah Nia.<br />
<br />
"ADIIISSS !!!!" teriak Nia terperanjat.<br />
<br />
<br />
Namun teriakan Nia tak berlangsung lama. karena suara Adis yang keras
menenggelamkan suara Nia.<br />
<br />
"ehhh...temen-temen...lo semua boleh apain aja tuh cewek...gue udah eneg
liat dia...tapi khusus mem*k nya ntar gue dulu yang meresmikan...hahahaha"
teriak Adis menyeringai sambil tertawa terbahak-bahak disambut tawa ketiga
temannya yang keras.<br />
<br />
<br />
Nia menjadi bergidik dan menciut hatinya. Ia takut setengah mati. Benar saja,
setelah tawa itu reda tiba-tiba lelaki yang ada di samping kanan Nia sudah
mendaratkan tangan kanannya di atas payudara Nia dan meremasnya dengan keras.<br />
<br />
"Auuuuuhhhh sakiiiitttt.....hikkksss hikkk!!!!!!!" teriak Nia dan
mulai menangis.<br />
<br />
Menyusul pria yang sebelah kiri ikut meremas dada kiri Nia juga dengan keras.
Nia meraung-raung tanpa daya.<br />
<br />
"di...lo mau nih cewek diiket aja sambil disumpal mulutnya pakai CD
gua?" tanya pria sebelah kanan Nia dengan galak.<br />
<br />
"Biarin ajah brooo...gue seneng liat cewek yang meronta-ronta sambil
teriak-teriak begitu...makin asyikkk hahahaha" balas Adis dengan sinis
sambil tertawa ngakak.<br />
<br />
<br />
Dengan sekali hentakan, kancing kemeja Nia sudah berjatuhan. Kini tampak buah
dada Nia membusung indah dibalik bra hitam yang mengintip dibalik kemeja tanpa
kancing itu. Nia berteriak meronta, namun pegangan kuat di kedua pergelangan
tangannya tak kunjung juga terlepas. <br />
<br />
Sekarang rok selutut Nia menjadi incaran kedua pria bengis itu. lelaki di
sebelah kanan Nia me narik kasar resleting rok Nia hingga rok ini mengendur dan
kemudian ditarik lepas kebawah kaki Nia. Paha mulus montok Nia terpampang kini.
Tubuh seksinya semakin terliat indah saat CD dan bra nya itu terlihat jelas.
Sisa-sisa pakaian beriikut bra dan CD kemudian menyusul dilepas paksa ooleh
kedua lelaki itu. Nia hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Suaranya semakin
terdengar parau dan memilukan.<br />
<br />
<br />
Tubuh bugil mulus nan mengundang birahi itu kini ter-ekspos dengan jelas
sekali. Kedua tangan dan paha Nia berusaha menutupi dada dan VG nya yang
terpampang. Namun lagi-lagi kekuatan kedua pria di sebelah Nia mampu membuat
Nia tanpa daya.<br />
<br />
Seorang cowok di samping Nia tengah mendekatkan wajahnya ke bagian payudara Nia.
Ia melumat dan meremas bagian itu dengan penuh nafsu. Cowok yang satunya lagi
juga nmapak tak tinggal diam, ia berusaha melumat bibir Nia walau Nia terus
meronta dan menjerit histeris. <br />
<br />
<br />
Penderitaan Nia tak hanya berhenti sampai disitu. Perlahan, cowok yang tadinya
menciumi bibir Nia sekarang mulai turun kebawah. Terlihat ia sekarang sedang
berjongkok memandangi bibir VG Nia yang mengundang selera. Dipaksanya paha Nia
membuka lebar. Nia terus melawan dengan berusaha merapatkan kedua kakinya namun
apa daya seorang cewek jika menghadapi cowok beringas macam itu. Kini Kepala
Nia tersandar di kursi mobil dengan diliputi kegetiran nurani yang membuncah. <br />
<br />
<br />
"maass ampunnn...jangan masss jangann...tolongg lepasinnn..." ucap
Nia semakin pelan karena tenaganya sudah terkuras untuk meronta dan berteriak
tadi.<br />
<br />
<br />
"hahahaha....diem lo....berisikk !!!" bentak cowok yang ada didepan
VG Nia sambil tertawa terbahak-bahak. Adis yang melihat dari kursi depan mobil
hanya tersenyum sinis.<br />
<br />
<br />
"udahhh Pram...lanjutin aja...lo ga usah dengerin tuhh mulut !!!"
kata Adis kepada cowok yang sedang melihat kagum pada belahan VG Nia yang
tembem itu.<br />
<br />
<br />
Pram yang sudah diliputi nafsu birahi perlahan mulai meraba bibir labia mayora
VG Nia, semakin lama semakin ia terangsang dan mencoba memasukkan jari
telunjuknya di lobang itu. Slleppp...clelpppp...clepppp...begitulah suara
persetubuhan jari pram dan VG Nia. Nia terus berteriak, namun rabaan dan
tusukan jari Pram di VG nya mau tidak mau membuat reflek terangsangnya tumbuh.
Meski ia menepis rasa terangsang itu, namun perbuatan jahil di VG nya yang
terus menerus membuat VG Nia basah juga akhirnya. <br />
<br />
<br />
Nia terus meronta. Ia tak ingin merasakan kenikmatan dari tangan-tangan
penjahat kurang ajar yang tidak diharapkannya. <br />
<br />
PLAAAKKKK !!!<br />
"auuuhhh sakittt" teriak Nia.<br />
<br />
sebuah tamparan lelaki yang sedari tadi menjilati payudara Nia, keras mendarat
di pipi Nia yang putih bersih sehingga meninggalkan bekas merah di sana.<br />
<br />
"diem looo...!!! kebanyakan gerak looo...!!!" bentak si lelaki
penampar.<br />
<br />
<br />
Nia semakin menangis. Ia tak berdaya akan semua ini.<br />
<br />
<br />
Pram yang tidak puas hanya dengan 1 jari telunjuk menambahkan jari tengahnya
untuk ikut mengobok-obok kemaluan Nia. Nia mendelik terkejut. Seumur-umur baru
kali ini VG nya dimasuki benda asing (kecuali jarinya sendiri waktu itu
tuhhh...). Bahkan sekarang 2 jari sekaligus memasuki daerah sensitifnya. Namun
dniding VG Nia sudah cukup basah sehingga 2 jari pun tetep amblas keluar masuk
dengan lincahnya.<br />
<br />
<br />
"errggghhhhhh.....stopppp...stopppp....." Nia menggeram antara
ransangan dan penolakan. Tapi lobangnya semakin lama malah semakin basah dan
licin. Ini perlakuan yang tergolong baru bagi Nia, sebuah rangsangan yang
menggesek daerahnya dan pasti masih sangat sensitif dan peka rangsang.<br />
<br />
<br />
Melihat Nia semakin basah meski mulutnya menolak, Pram mengambil inisiatif
untuk memasukkan 3 jarinya. Kali ini Nia merasa sungguh demikian terlontar.
Kesadarannya terkoyak moyak. Perasaan yang aneh menyeruak di dalam jiwanya.
Desiran birahi seperti hendak merengkuh kesadarnnya. Nia berusaha semampunya
menolak rasa yang ada di bathin nya itu. Mau tidak mau ia harus menghargai
dirinya sendiri. Ia bukan wanita murahan.<br />
<br />
<br />
"hhekkkkkk.....upppppsssttt...ampunnn...jangan diteruskannn ampunnn
mass..." teriak Nia melarang untuk tidak dilakukan perbuatan lebih jauh.<br />
<br />
Namun Pram seperti kesetanan, bahkan sekarag dia nekad untuk mencoba dengan 4
jari sekaligus.<br />
<br />
<br />
"aaaauuuhhhhh sakiiiittttt.....jangannnn addduuuhhh sakiiitttt stooop
stoooppp jangannnn auhhhh" Nia menjerit sejadi-jadinya saat merasakan VG
nya di terobos 4 jari pram. Namun tetap saja pram tidak peduli. Gerakan keluar
masuk VG Nia malahan semakin cepat dan keras. Dirangkai pula gosokan tangan
satunya di klitorisawati Nia.<br />
<br />
Nia terlonjak-lonjak di kursinya. Ini sungguh diluar kekuasaannya untuk bisa
mengontrol dan menolak kenikmatan rangsangan yang gencar dan bertubi-tubi.
Dalam pikirannya tetap teguh untuk menolak semua ini. Namun dalam VG nya tak
kuasa menolak semua ini.<br />
<br />
"aaauuuhh....sudahhhh ampuunnn ampunnnn....aaaduuuggghhh suudahhhhh
aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh" teriakan penolakan Nia terucap dan kemudian
bersatu dengan teriakan capaian orgasmenya yang tak mampu untuk dibendung lagi.
Nia kini nampak begitu lemas dan letih.<br />
<br />
<br />
"Singgih...lo ngapain cuma maen susu doang...bego looo...lakuin yang
laen...jarang-jarang kita dapet yang beginian!!!" sergah pram pada
temannya yang disebelah Nia. Laki-laki yang bernama Singgih itu dengan
terburu-buru membuka ikat pinggangnya dan mengeluarkan batang KL nya. Ia
berdiri di atas kursi itu sambil membungkuk kemudian ia kangkangi wajjah Nia.
Ia paksa Nia untuk melakukan oral pada batang KL nya.<br />
<br />
<br />
Nia yang masih letih dan lemas terkaget-kaget mendapati sebuah pentungan hansip
datang tepat dihidungnya. Baru kali ini ia melihat KL laki-laki dari jarak cuma
5 centimeter dari wajahnya. Dan sekarang ia dipaksa oral, caranya saja dia
belum pernah tahu. <br />
<br />
Singgih terus menekan batangnya yang cukup besar sekitar 15 centimeter
panjangnya mendekati mulut Nia. Dibawah sana Pram kembali beraksi dengan 4
jarinya.<br />
<br />
"aaooooohhhhhh....aduuuhhh" Nia ternganga saat jari pram kembali
mengorek dan menggelitik VG nya. Dan disaat itu pula tiba-tiba singgih
melesakkan batangnya masuk ke mulut Nia.<br />
<br />
"uhhkkkkgggghhh...huueekkkggg...huuupppp hhhuup" Nia berasa seperti
tersedak dan mual. Namun keadaan tak sekalipun berpihak padanya. KL singgih
semakin cepat dipompa memasuki mulut Nia.<br />
<br />
"hehhh bodoh...jangan kena gigi...mau gue tampar lagi looo haa???"
bentak singgih pada Nia. Niapun berupaya untuk menuruti permintaan singgih meski
ia mual luar biasa ditambah dengan penganiayaan nikmat di pusat
selangkangannya.<br />
<br />
<br />
Diam-diam Pram mengeluarkan sesuatu dari dalam jaketnya lusuhnya. Sebangsa
botol kiranti atau apalah itu. Yang pasti ukurannya sebesar itu. Sekilas
melihat benda itu Nia terbelalak. Namun sumbatan dimulutnya dan injakan kaki
singgih di kedua tangannya membuat Nia tak berkutik. <br />
<br />
Benar saja, Nia melihat Pram mendekatkan pantat botol itu ke lobang VG Nia yang
sudah cukup berlendir. Saat ujungnya mulai memasuki VGnya, Nia mendelik sambil
meringis kesakitan. Botol kian didorong masuk hingga separo. Butiran airmata
Nia deras mengalir menahan sakit yang tak terhingga. Benda yang sebesar itu
memasuki lobang Nia yang belum pernah merasakan KL pria sekalipun. Apalagi yang
masuk adalah benda keras yang tak berkulit sehingga setiap gesekannya hanya
menimbulkan perih yang tak terhingga.<br />
<br />
<br />
Hingga pada satu kesempatan, Pram mendorong penuh botol itu. Nia menggeram
hebat. Sakit yang tak terhingga itu membuat ia reflek menggigit batang KL
singgih yang ada di mulutnya.<br />
<br />
<br />
"aaaaarrrrggghhhhhhhhhhhh......" Nia dan Singgih seperti paduan suara
berteriak kompak menahan sakit.<br />
<br />
Singgih spontan mencabut batang KL nya. Meski tak menimbulkan luka tapi ini
pengalaman pertama bagi singgih merasakan batangnya 'dikunyah' wanita. <br />
<br />
<br />
" addduhhhhh....setannnn....cewek gila looooo !!!!" teriak singgih
sambil menahan sakit, nampak di ujung matanya mengeluarkan airmata karena
terlalu sakit dirasakannya (iiiihhhhh....jagoan...preman...nangiss....cemen
looo bang...xixixixi).<br />
<br />
<br />
"aaaduuuuuuhhhh sakiiiiiittttttt tidakkkkkk jangannnn suudaahhhhhhh"
Nia berteriak kencang sambil meronta sekuat tenaga saat Pram mencoba
mengeluarkan dan memasukkan botol itu di VG Nia.<br />
<br />
<br />
"aaahhhhhh................" BLEGGGGGKKKK !!!!<br />
Nia tiba-tiba pingsan. ia tak kuasa menahan semua kesakitan itu.<br />
<br />
<br />
Semenit kemudian mobil gerombolan siberat itu memasuki sebuah gedung tua yang
sepertinya tak berpenghuni. Mobil langsung dibawa masuk kesebuah gerbang besar
dan diparkir tepat di depan pintu masuk gedung yang sudah tak berpintu alias
rusak pintunya. Nia dibopong Pram dengan hanya dittupi oleh jaket pram sehingga
tak begitu nampak bugil.<br />
<br />
Didalam gedung itu ternyata telah menunggu Sesya dan Dina. Pengaruh buruk Adis
telah membuat mereka menjadi gelap mata. Total ada 4 orang cowok dan 2 orang
cewek disana selain Nia. Nia ditidurkan diatas sebuah meja lusuh. Adis bersama
Sesya dan Dina bergerak mendekati tubuh Nia. Adis sudah bersiap melepas
celananya ketika tiba-tiba...<br />
<br />
SREEEKKKK....PRAKKKK...!!! ADUHHHH !!!<br />
Pram dan Singgih yang berjaga di depan pintu mengaduh seketika saat tiba-tiba
ada dua orang menerobos masuk dan menendang mereka.<br />
<br />
<br />
4 Orang lainnya segera datang ke pintu dengan maksud hendak membantu teman
mereka. Tatapan Penuh Amarah tersirat dari wajah dua orang yang baru datang
itu. Mereka adalah Kenji dan Nina (hhoooooreeee.....!!!). Tanpa babibu
pertarungan pun terjadi. Kenji melawan Pram dan Singgih yang bertubuh
besar-besar itu. Sedangkan Nina melawan Adis dan si sopir yang lebih kecil tubuhnya
dibanding pram dan singgih. Sedangkan Sesya dan Dina mundur untuk menjaga Nia
yang masih pingsan.<br />
<br />
<br />
Pertarungan itu begitu seru dan menegangkan. Kenji pertama menghujani Pram
dengan pukulan, pram terpukul mundur. Datang Singgih membantu namun tendangan
memutar Kenji lebih ampuh mengatasi pergerakan Singgih yang berusaha memukul
dari belakang Kenji. Kedua penjahat itu sersungkur namun kemudian bangun
kembali. Pertarungan itupun menjadi semakin menegangkan.<br />
<br />
<br />
Pada posisi Nina. Nina menerima sebuah pukulan tangan Adis pada bagian sisi
kanan tubuhnya. Nina sedikit menghindar kekiri dan menangkisnya. Disusul
tendangan tumit kaki kiri Nina mendarat di tengkuk Adis yang berdiri bebas.
Nina bukan wanita sembarangan. Nina pertama mengenal Kenji adalah saat sama-sama
mengikuti turnamen karate. Nina adalah penggiat karate layaknya Kenji. Disaat
Adis terjerembab akibat tendangan itu, si sopir kerempeng datang menghujani
Nina dengan pukulan dan tendangan tak terkontrol. Nina menyambutnya dengan
berjongkok dan melakukan tendangan melingkar. Sopir itupun terjengkang dengan
mudahnya.<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba Adis yang baru bangun mengambil sebuah kursi dan hendak
menghantamkannya ke Nina yang masih dalam posisi jongkok. Namun Nina tak perlu
menunggu lama untuk mendapatkan respon Roy yang telah ia kirimi sms mengenai
kejadian itu dan dimana letaknya. Dengan secepat kilat Roy yang baru datang
langsung menyeruduk Adis yang memegang kursi. Adis terhuyung dan jatuh. Roy
kembali menghujani Adis dengan pukulan seperti saat dulu Roy menghujani pukulan
semacam itu ke Adis saat di rumah Nia. Namun kali ini kekuatannya lebih
berlipat ganda. Amarah yang sudah diubun-ubun mampu menggerakkan Roy seperti
kesetanan. tak ada berhentinya ia memukuli Adis.<br />
<br />
<br />
Saat datang, Roy tak sendiri. Seorang teman kerja sekaligus teman curhatnya
bernama gadies ikut dan turut menghadiri pertarungan itu. (
Hahhhh.....gadieess???? itu kan nama gue sabagai penulis !!! kenapa muncul di
dalam cerita ???). Gadies kebagian meladeni Sesya dan Dina yang berusaha
mengamankan Nia. Namun Sesya dan Dina yang seorang model bukanlah ahli dalam
pertarungan. Gadies yang pernah dibekali ilmu pencak silat semasa sekolah mampu
dengan mudah melumpuhkan kedua cewek sok cantik itu. Pukulan dan teknik yang
menyerang pusat kesadaran dipraktekkan oleh Gadies dan berhasil membuat pingsan
keduanya.<br />
<br />
<br />
Akhirnya pertarungan iitu dimenangkan oleh kubu Kenji dan Nina dengan nilai
mutlak (woooo...emang pertandingan ??). Gadies segera menelepon tantenya yang
seorang polwan dan tak seberapa lama kemudian rombongan polisi sudah
berdatangan mengamankan situasi. ke 6 penjahat segera digiring ke kantor
polisi.<br />
<br />
<br />
Tiba-tiba Kenji dan Nina nyeletuk "Roy, untungnya tadi kita penasaran ama
gelagat Nia yang terlihat bete, Akhirnya kita memutuskan menguntit Nia demi
memastikan kalau-kalau ada apa-apa mengingat banyak pria yang suka sama Nia...<br />
"gue bener-bener utang budi ama lo berdua...lo berdua gue rasa layak jadi
sodara gue " jawab Roy.<br />
<br />
<br />
"ahhh itu hanya perasaan kalian saja !!" ucap gadies kepada Kenji dan
Nina sambil tersenyum manis yang kemudian berpamitan untuk segera kembali ke
kantor menyelesaikan pekerjaannya.<br />
<br />
<br />
Roy membopong Nia ke ambulance yang tersedia dan mendampinginya ke rumah sakit.<br />
!<br />
!<br />
!<br />
!<br />
!<br />
v<br />
<br />
<br />
Satu bulan setelah kejadian memilukan itu, Roy sudah bertekad bulat meminang
Nia. Hari itu ia bersama keluarganya datang kerumah Nia untuk melamar secara
langsung. Akhirnya demi keselamatan dan ketenangan hati Nia maka mereka
bersepakat mengadakan acara pernikahan secepatnya yakni satu bulan mendatang.<br />
<br />
<br />
Ketika tiba pada acara resepsi pernikahan, hadir disana Kenji bersama Nina.
Disudut lain ada gadies bersama tantenya yang poisi itu ikut hadir. Mereka
semua ikut bersuka cita pada pernikahan Nia dan Roy yang diraih dengan penuh
lika-liku yang terjal dan berduri.<br />
<br />
<br />
Malam telah larut. Roy dan Nina baru saja mengakhiri acara pernikahan mereka.
Nampak sekarang mereka tengah duduk berdua di ranjang pengantin. Roy duduk
bersandar pada dinding dan Nia duduk pula dan bersandar di dada Roy. Dengan
lembut Roy membelai wajah Nia yang lembut dan bersih. Dimintanya Nia untuk
rebah dan meletakkan kelanya di pangkuan Roy. Dengan halus dan penuh perasaan
Roy berucap,<br />
"Istriku sayang, Tuhan telah menyatukan kita...apapun rintangannya...aku
mencintaimu sejak awal kita bertemu hingga ku mati sayang..."<br />
<br />
<br />
"ssttttt...." ucap Nia sambil menempelkan jarinya di bibir Roy saat
mengucapkan kata 'mati'. Kemudian ia menggeleng pelan sambil mengisyaratkan
dengan kernyitan kening bahwa ia tak suka kata-kata itu terulang lagi.<br />
<br />
"takkan habis cintaku untukmu sayang...I love You" ucap Nia sambil
mengecup lembut bibir Roy. Roy menyambutnya dengan penuh perasaan cinta. Mereka
saling melumat bibir bukan hanya dengan nafsu tapi dengan seluruh kekuatan
cinta yang mendalam.<br />
<br />
<br />
Roy memegang lembut payudara istrinya dengn pelan dan lembut. Tubuh Nia masih
tertutup lingerie katun tipis namun tonjolan ditubuhnya begitu tercetak jelas
sehingga Roy sangat terpukau dan merasa berkewajiban menuntaskan birahi
istrinya yang dari dulu terkatung-katung.<br />
<br />
<br />
Dengan pelan ia turunkan ikatan tali di pundak Nia. Lingerie itu ia turunkan
sebatas perut. Kemudian dengan mesra ia bopong Nia ketengah ranjang. Dengan
bersandar pada tangan kirinya Roy memilin buah dada istrinya yang mengunung
padat. Ia mainkan jemarinya di puncak areola istrinya bergantian kanan dan
kiri.<br />
<br />
"ehmmm mas Royyy...hmmmmmmmm" Nia mulai mendesah manja.<br />
<br />
Roy tidak langsung melumat payudara itu melainkan terus saja ia pilin dan
remas. Sesekali ia cubit pelan puting Nia dengan gemas membuat Nia merajuk
kegelian.<br />
<br />
"auuuwww...massss apaan sihhhh....eehhhmmm nakal ya...." bisik Nia
pelan sambil tangannya merayap mencari batang penis Roy yang masih terbungkus
celana boxer.<br />
<br />
<br />
"ayooo masmm...masak cuma dimaini terus putingku...kan gellliii
uhhhhhhhhh" Nia merajuk namun kemudian mendesah kaget ketika tiba-tiba
mulut Roy menerkam putingnya. Roy memainkan ujung puting Nia dengan lidahnya
hingga membuat Nia kelojitan bukan kepalang karena geli. Nia masih berusaha
melolosakn penis Roy dari boxer Roy dan akhirnya berhasil. Dengan bantuan
kakinya ia mampu menekan jauh kebawah celana Roy. Ia genggam kuat-kuat penis
Roy seakan tak mau kehilangan benda antik itu. Roy semakin lincah memainkan
lidah dan membuat berbagai cupangan didada Nia.<br />
<br />
<br />
"iihh masss.....uuhhh...I love u sayangg...uhhhhmmmm" Nia merancau
dan mendesah manja.<br />
<br />
<br />
Roy menjadi semakin gemas. Ia arahkan tangan kanannya meraih bagian bawah
lingerie nia dan ia angkat keatas sebatas perut. memang Nia tidak memakai
dalaman lagi kecuali lingerie itu sehingg saat ditarik keatas menyembullah paha
sekal dan pantat montok Nia membuat Roy mabuk kepayang. Perlahan ia raih bagian
tengah selangkangan Nia dan ia belai dengan lembut. Semakin lama semakin ia
tingkatkan menjadi gosokan ringan pada klitoris Nia.<br />
<br />
"auuuhhhh sssttttt massss hhhhssssstttt massss ahhhhhhh" Nia mendesah
kuat. Ia raih kepala Roy dan Ia lumat bibir Roy dengan penuh cinta. Roy
mengimbangi ciuman itu dengan lumatan yang tidak kalah dengan Nia. terlihat
sekarang mereka saling melumat bibir dengan menggebu-gebu sementara jari Roy
sibuk bertugas menggosok bagian selangkangan Nia. <br />
<br />
<br />
Roy menarik diri dari Nia. kemudian ia bergeser kebawah hingga wajah Roy
bertemu dengan rambut memek lebat milik Nia. Dengan tanpa sungkan-sungkan
(eehhh ngapain juga sungkan...kan istrinya...) Roy menjilat belahan memek Nia
dengan penuh <br />
<br />
semangat. Ia korek lobang Nia dengan lidahnya. Kemudian dipadu dengan gosokan
lidah pada klitoris Nia. begitu terus berulang hingga Nia kelojotan dibuatnya.<br />
<br />
"aaahhhhh masss....ennakkk sssttttt hmmmmmm mass ya teruss di situu
aahhhhh masss" Nia kembali merancau dengan penuh penghayatan. Matanya
terpejam menikmati setiap jilatan Roy pada daerah kewanitaannya.<br />
<br />
"aaahhsssttt mass masss masss aduuuhhh masss aaauuuuuuhhhhhh masssss
akhhuuu sampaiiii ahhhhh" Nia merancau dan merasakan orgasme yang
sebenarnya dari seorang lelaki yang sangat dicintainya. lelehan cairan
kenikmatan menjalar turun menyusuri dinding luar memek Nia. Dengan penuh cinta
Roy menjilatinya hingga tetes terakhir.<br />
<br />
<br />
Roy kembali ke posisi disamping Nia dan membelai lembut rambut Nia. <br />
<br />
"eeeehhhhmmm makasihhh sayangg...yang tadi enakkk bangettt" ucap Nia
sambil mengecup bibir Roy.<br />
<br />
<br />
Roy menjadi bergejolak. Ia memutar istrinya hingga menghadap kesamping dengan
posisi punggung Nia berhimpit dengan dada Roy. Kemudian Roy menyangga kaki
kanan Nia dengan tangan hingga keatas. Denggan pelan ia lesakkan batang
penisnya ke memek sang istri. tarik dan dorong dengan pelan yang kemudian
bertahap semakin cepat dan cepat menghujam memek istri tercinta.<br />
<br />
<br />
'auuuhh uuhhh ahhh ahhh ahhh ahhhhhh" kembali Nia meraung merasakan
hentakan suaminya di lobang memeknya.<br />
<br />
"eeehhsssst...sayanggg I love u too" bisik Roy di telinga Nia sambil
terus menggenjot Nia dengan kecepatan tinggi. Setelah sekian menit dengan
posisi itu, Roy meminta Nia untuk nungging dan kembali menusuk memek Nia dari
belakang. Pada posisi ini hampir saja Roy jebol pertahanannya karena pengaruh
memandang bentuk bulat pantat istrinya yang membulat sedang bergoyang sensual
dalam dekapan jemarinya.<br />
<br />
'ahhhhhh saaaayyyanggg hmmmmmm dddlll dalllem bangettt rasanya...eehhh mentokkk
uuuhhhh enakkk sayang" rintih Nia seksi sekali.<br />
<br />
Merasa hampir mencapai puncak, Roy segera merubah posisi menjadi konvensional.
Dengan memberikan tumpuan kaki Nia di kedua bahunya, Roy kembali menggoyang
memek Nia. tusukan diperceat hingga Nia seperti kehilangan nafas.<br />
<br />
<br />
'hhkkk hkkk....mmsss....auuuhhh diapaiinn iniiii auuhhh Nia ga tahannn auuuhhh
aaaaaaaaaaahhhhhhhhh" Nia mendesah tak karuan dan disusul gelombang
orgasmenya datnga kembali.<br />
<br />
"sayanggg uhhh akhuuu juga mmo nyampaiiii aahh ahhhhawwwhhhhhhhhhhhh"
Roy juga mendesah dan klimaks dicapainya didalam memek sang istri. Roy limbung
di sisi istrinya yang terpejam nikmat.<br />
<br />
<br />
beberapa menit kemudian Roy bangun dan memeluk istrinya. Dikecupnya kening sang
istri dengan penuh rasa sayang. Nia membalas dengan mencium pipi suaminya.
Meeka berpelukan dalam keadaan bugil dan tertidur kelelahan. <i>(gadies)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>ival syadewahttp://www.blogger.com/profile/18301224571854071554noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1600249277997251424.post-21672378668303098892012-03-03T20:00:00.000-08:002012-03-03T20:00:28.137-08:00RATNA 402 (7reject)<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
</span></i></div>
<div class="MsoNormal">
Sudah lama aku Ingin Berteman Dengan Ratna, Wanita Yang Menurutku sangat sempurna, matanya yang indah, bibirnya yang Sensual, Seorang wanita yang cerdas, ah sudahlah, apa yang kurang dari dia ..<br />
Aku valdri, Mahasiswa Semester 3 ..<br />
aku kenal ratna ketika kami bertemu pada saat melaksanaka Praktik Kerja Lapangan, oh iya Aku lulusan SMK Di kota ku, baru" aku thu, ratna lulusan SMK jurusan Administrasi ..<br />
Ketika itu aku sangat "cu-pu" hingga mungkin ratna tidak sadar adanya aku disana, singkat cerita aku di terima di kampusku yang sekarang, 1 semester berlalu, aku masuk kedalam kelas pukul 6 pagi, rajin sekali aku ini, saat ku sadar, ternyata hanya ada 1 orang dikelas itu, Ratna ! akupun duduk di barisan depan, saat kutaruh tasku di bawah kursi "Kamu Valdri kan ?" Suara Ratna Membuatku Kaget<br />
"Loh, Kamu kok bisa tau aku ?" Jawabku<br />
"Iyalah, kita dulu kan 1 Kantor waktu PKL ! Kamu Tau aku kan ?" Ujar Ratna Sambil Berjalan menuji bangku di sebelahku<br />
"Ratna, pasti aku kenal kamu hahaha" <br />
"Aduh, bahasa kita Mentri abis deh, Udah Lo Gue aja" Ujarnya Sambil tersenyum, ah senyumannya itu ...<br />
"Haha, okedeh, ngapain kamu, eh ngapain lo dateng pagi gini ? mau ngepelin kelas ?" Jawabku sambil tertawa<br />
"Wuuu, enak aja lo ! Gue kan mahasiswi paling Imut, Baik, dan rajin " <br />
"Rajin menabung maksud lo ? hahaha" Ujarku sambil tertawa <br />
"Dasar ! eh minta nomer HP lo dong, biar gampang kalo mau contact"<br />
"Ciyee Ngefans ye sama gue hahaha" Akupun memberikan nomorku padanya<br />
"Gue misscall ya" Ujarnya sambil meletakkan handphone di telinga kanan<br />
Tak lama Terdengan Reff. Lagu We Found Lovenya Rihanna, ya itu bunyi ringtoneku<br />
"Udah tuh, save ya" Ujarnya<br />
"402 kan belakangnya ?, gak bakal gue save, ntar temen gue pada minta lagi" Ujarku ambol menjulurkan lidah<br />
"Wuu terus ngingetnya gimana dong " Jawabnya<br />
"Ratna 402, Gampang kan ? hahaha" saat itu dia menyikut tanganku, hingga handphone di tanganku jatuh<br />
"aduduh sorry, terlalu keras ya ?" dia meminta maaf sambil membungkukan badan untuk mengambil HP ku, entah refleks atau apapun itu, aku pun berinisiatof mengambil Hp ku, saat itu tangan kami bersentuhan cukup lama, hingga aku sadar dan menarik tanganku<br />
"Eh sorry" ujarku malu<br />
dia hanya tersenyum sambil memberikan hpku, aku memandangnya, matanya semakin sayu, aku dekatkan wajahku ke wajahnya, makin dekat, diapun memejamkan matanya, saat hampir tiba saatnya, tiba" dia berkata <br />
"eh, sher, sini duduk sebelah gue" Ujarnya sambil melambaikan tangan <br />
"ah, sial temannya datang" ucapku dalam hati .</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Ah, Sherly, yang baru" aku ketahui adalah teman baik ratna<br />
"Ciyee, pagi buta gini udah pacaran aja" Ucapnya sambil tertawa<br />
"Apaan sih lu ah, oh iya dia temen gue waktu dulu PKL" Ujar Ratna<br />
"Halo, gue sherly" Kata sherly<br />
"Oh hai, gue Valdri" Ah, mengganggu saja<br />
"Emm, gue kekelas dulu ya, takut gadapet bangku belakang" kata ratna sambil berlari <br />
"Sh*t, bukan di sini kelas dia ?" Ucapku dalam hati ..<br />
"emm, gue ke wc dulu ya" kata ratna<br />
kulihat wajahnya tidak tersenyum seperti tadi, mungkin gara" kejadian tadi<br />
"Eh tunggu dulu"ujarku sambil bangkit sab menarik tangannya, ratna membalikan badan<br />
"kenap...." belum selesai dia bicara, aku terjatuh karena terlalu semangat<br />
BRUG ! *Sfx kalo jatoh*<br />
ratna tertimpa badanku, tak sengaja tangan kiriku menggenggam payudara kirinya, sedangkan tangan kananku masih memegang tangannya<br />
"Aduuh, lo ngapain sih, mau merkosa gue ?"ujar ratna sambil masih tiduran di lantai<br />
"aduduh, sorry" saat aku berusaha bangun, tangan kiriku otomatis menekan payudaranya<br />
"Begooo, lo ngapain megang toket gue!" ucap ratna sambil menepuk tanganku, bermaksud agar tanganku lepas dari situ <br />
"duh, sorry gak sengaja, sueer" aku malu pisan saat itu <br />
"haha iya gpp kok " Ratna tersenyum<br />
"Duh sorry banget ya, gue gak maksud mesum kok, sumpah" ucapku sambil membantu dia berdiri<br />
"Iya gapapa sayang" ujar dia sambil mengecup bibirku dengan cepat<br />
<br />
EH, BENTAR !! KECUP ? BIBIR ? YEAH !<br />
<br />
aku masih kaget, bahasa anak gaholl jakarta sih Speechless getohh ~ <br />
<br />
Ratna berlari keluar, mungkin sudah tak tahan ingin ke WC, untunglah saat itu masih pukul 6.15 jadi suasana kelas sepi ..<br />
Anak" kelasku pun berdatangan, dosen juga sudah datang yah !<br />
Studying, atau STUDENT DYING !<br />
Pelajaran Pak eko guru elektronika, membahas tentang PLC atau apalah itu, aku tidak bisa berfikir memikirkan kejadian tadi ...<br />
<br />
------------------------------------<br />
<br />
pukul 10 kelas pun selesai, aku ingat dosen setelah ini tidak akan masuk, akupun berlari menuju parkiran motor, menuju motor kesayanganku ..<br />
ternyata di sana ada ratna, <br />
<br />
RATNA LAGI ? <br />
<br />
"Val, anterin gue ke kostan dong" Ujar Ratna<br />
"Hah, mau ngapain?"Bodohnya aku malah bertanya<br />
"Gue pusing nih, cepetan deh, teu kuat yeuh" Ucap ratna sambil berusaha tertawa<br />
"Ayokdah, untung gue bawa helm" <br />
"Bukannya lo selalu bawa helm ......" kata ratna sambil melirik ke celanaku<br />
"Mesum lo dasar, hahaha .. naik deh " Ucapku<br />
"Inget, Kostan gue, bukan kostan lo ya !" Ujar ratna sambil naik ke motorku<br />
"Iya Cantik, cepetan naik, bawell !" akupun tertawa kecil<br />
"Monyong lo! hahaha"<br />
<br />
Kamipun menelusuri kota Chicago ( dari Cimahi Belok kanan ), ratna menunjukan jalannya ..<br />
Kami sampai di depan rumah megah, yang menurutku itu bukan sebuah kostan ..<br />
"Lo ngekost bayar berapa sebulan?" ujarku sambil membuka helm<br />
"3Juta" ujar ratna sambil memegang keningnya<br />
"Buset, bisa sarapan kerikil gue" ujarku bercanda<br />
"Hahaha enggak lah, ini rumah tante gue, cuma gue tinggal disini, tante gue tinggal di jakarta" ucap dia panjang lebar<br />
"blablabla, emang cerewet ya lo"ucapku sambil mengacak-acak rambutnya<br />
"Sial hahaha, masuk yuk" Ajak dia<br />
<br />
WAIT, DI AJAK MASUK ?<br />
*Sfx #Jengjeeng<br />
*Scfx #ZoomInZomOut<br />
Oke, gue harua ngurangin nonton sinetron putri yang ditukar <br />
<br />
"Heh, kok ngelamun"ucap dia sambil mengecup pipiku<br />
"Eh, emm, hemm" <br />
Akupun Bingung, Terbelenggu dalam kebingungan, Kebingungan yang membuatku bingung *Ini apa*</div>
<div class="MsoNormal">
Akupun masih bingung, dalam hati ingin masuk, tapi kuku-kuku kaki ku *STOP*<br />
tapi kakiku terasa kaku, akhirnya akupun masuk <br />
"Iyadeh, Bntar aja ya rat" Ucapku<br />
"Iya udeh, cepet masuk" Kata Ratna<br />
Kamipun masuk kerumah itu, aku memakirkan motorku di garasi dalam, untuk jaga-jaga jika terjadi hujan Cyiin ~ #eh<br />
Saat kami masuk ruang tamu, aku berfikir, cukup besar juga rumah ini<br />
"Ebusyeet, Gede amat yak" Candaku Dengan Nada Ke-Po<br />
"Lu Kenape Val, Udik abis lu ah hahaha" Kata ratna sambil melirik<br />
"Ehm, Mbak saya mau Minum Es Air Teh Manis Panas Rasa Lemon ya" Kataku sambil duduk<br />
"Monyong, gue belom nawarin lo minum" Kata Ratna Sambil Tertawa<br />
Ratna Mengambil bantal di kursi, dan berlari kearahku<br />
"Heh mau ngapain lo" Kataku sambil mengangkat kedua kakiku, bermaksud untuk menahan Serangan Ratna<br />
"Lo lucu abis deh, gue jadi pengen nyembelih lu tau ga hahaha" kata ratna sambil memukulkan bantal itu padaku<br />
"Anjrit sialan lo" ucapku sambil tertawa, dan tanpa sadar memeluk tubuh ratna, hingga ratna terjatuh ke dada ku ...<br />
cukup lama kami diam dalam posisi itu<br />
hingga terdengar suara orang masuk, Pria !<br />
ratna segera bangkit, dan melihatnya<br />
expresinya terlihat Kaget (Speechless?)<br />
pria itu pun menyapa ratna<br />
"Halo sayang, apa kabar" Ucap dia sambil Tersenyum<br />
<br />
WAIT ! SAYANG ? JLEB ! <br />
<br />
Mendengar kata sayang itupun aku bangkit<br />
"Val, Kenalin ini ..." Belum selesai ratna berbicara Handphone ku berbunyi, Kali ini Lagu Blood On The Dance Floor - Scream For My Ice Cream<br />
"Eh Bentar" Saat Aku Melihat Handphone, ternyata itu alarm yang ku set, Mungkin karena tadi pagi aku memencet Snooze, Alarm ini menyata lagi<br />
"Ada telepon nih" Kataku beralasan, agar aku bisa pulang, akupun maju sampai depan pintu sambil berpura-pura berbicara<br />
<br />
Ketika sampai di depan pintu<br />
"Rat, Gue Pulang dulu ya, Temen gue minta di jemput, Bye !" Kataku sedikit membentak ketika mengatakan ' Bye ' <br />
Ya Memang aku terbakar cemburu saat pria itu menyapa ' SAYANG ' pada ratna<br />
"Tapi Val, Kenalin Dulu ini ..." Belum Selesai ratna berbicara, aku berlari menuju motorku<br />
"Sh*t !" kataku dalam hati<br />
----------------------------------------<br />
Ketika Di Jalan menuju kost-an akupun berpikir, untuk apa aku cemburu<br />
Aku baru kenal ratna beberapa hari lalu, aku bukan siapa-siapa dia ...<br />
" D*mn, Ngapain Gue cemburu" Kataku<br />
Akupun mengambil Hp ku, dan mengirim kan pesan singkat pada ratna<br />
" Rat, Sorry ya kemaren gue buru-buru, Kesannya gue gak sopan gitu" Isi pesanku pada ratna<br />
" iya, gpp kok val, lagian gue mau kenalin lo ke kaka gue, eh lo malah ngibrit <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/tongue.gif" height="40" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="40" />" Isi pesan ratna<br />
"WHAT, Kaka ?? Anjriiiiit, kenapa gue gak dengerin dulu sampe selesai kemarin" Ucapku dalam hati<br />
"ohh, itu kaka lo, gue kira cowo lo, gue udah Jeles looh <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/biggrin.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" width="30" />" Isi Pesanku<br />
"hah, Sok amat, pake jeles segala, Emang lu siapa gue !" kata Ratna Tanpa Emoticon bercanda sedikitpun<br />
"eh, becanda rat, ngenes banget, bercanda suer, sorry deeh " Balasku di SMS<br />
"HAHAHAHA, Gampang banget di bikin deg-degan, slow aja kali val" Isi SMS Ratna<br />
"Anjriiiiiiiiiiiiiiiiit !! sialan lo hahaha" Balasku lagi<br />
"Eh Nanti Minggu Ada acara gak ?" Aku mengirim balasan ke-2<br />
1 menit<br />
2 menit<br />
3 menit<br />
4 menit<br />
10 menit<br />
tidak ada balasan<br />
Hingga akhirnya ada telephone dari 08xxxxxxx402<br />
Ratna !<br />
"Halo, Kenapa Rat" Ucapku pertama<br />
"Gue tungguin di Gedung x, Cepetan"Ucap suara di sebrang sana<br />
"Loh emang kenap ....." Tut tut tut Telephone di tutup<br />
<br />
----------------------<br />
Akupun Berlari ( Lebih tepatnya naik motor )<br />
ke Kampus, Hingga di parkiran aku berlari menuju gedung yang ratna sebut<br />
Aku mencari keliling-keliling<br />
hingga aku terhenti diruangan kelas, terlihat sosok menyeramkan di kaca akupun kaget, ternyata itu bayanganku sendiri *STOP*<br />
Aku melihat ada ratna sedang duduk di dalam<br />
"Wes, kenapa lu rat" kataku padanya<br />
Ratna berdiri, pakaiannya cukup sexy T-Shirt Putih Ketat, Jeans Ketat Model Pencil<br />
"Val, gue mau ngomong sesuatu" kata ratna<br />
Aku tak terkendali nafsu, hormon ku terangsang saat melihat pakaian ratna<br />
Akupun mendekap tubuh ratna, dan menciumi bibirnya<br />
"Emmpph, hemm emmh .." Desahan Ratna<br />
PLAKKK !!<br />
Tamparan Keras mendarat di pipi kanan ku<br />
" LO PIKIR GUE CEWE APAAN ! " Kata Ratna Membentak<br />
Nyaliku ciut juga di bentak begitu<br />
"Sorr, sorry rat, gue kelepasan " Kataku terbata<br />
"HEH, BUKAN BERARTI GUE CIUM LO WAKTU ITU, LO BISA SEENAKNYA GINI SAMA GUE !" Kata Ratna masih membentar, aku lihat matanya berkaca-kaca<br />
Ratnapun berlari keluar<br />
Aku masih Speechless sambil memegangi pipi kananku yang panas</div>
<div class="MsoNormal">
Akupun masih bingung sejak kejadian itu, Ratna tidak pernah membalas SMS ku sejak itu, Telephone ? Selalu di Reject<br />
haaaah, ratna, apa yang harus kulakukan<br />
<br />
-----------------------<br />
waktu semakin berlalu, aku mulai bisa melupakan ratna, hingga ada telephone 02xxxxx402 Ratna ?<br />
"Ha..halo ?" kataku<br />
"Punten a, nembe tiasa nelpon, simkuring nuju di sawah a" kata suara cowo si sebrang sana ! COWO ? <br />
"Maaf, ini sama siapa ?" Jawabku<br />
"Oh, Punten salah sambung" Jawabnya, kemudian di tutup <br />
"Anjriit, gue kira ratna !!" Gerutuku<br />
5 menit kemudian ada telephone<br />
Private Number <br />
"Halo, siapa ya ?" Jawabku agak malas<br />
"ini Ratna, Gue tungguin lo di rumah gue, awas kalo gak dateng .... Tut tut tut" Ratna ?<br />
Damn, Ini kesempatan gue buat minta maaf <br />
Gue pun berlari (Naik Motor) ke rumah ratna<br />
"Teeet.." aku membunyikan bel<br />
"Masuk aja, gak di kunci " aku mendengar suara, yang kutahu adalah suara ratna dari balkon atas<br />
-----------------<br />
Akupun masuk kedalam rumah, ratna sudah menunggu di depan pintu utama<br />
"Kenapa rat, kok lo nelfon gue buru-buru gitu"<br />
Sapaku<br />
"Masuk deh" kata ratna<br />
akupun masih bingung<br />
"Mmmm, maksud lo apa waktu di kampus tiba-tiba gituin gue ?"<br />
Deg ! <br />
"hah, emmhh, gue kelepasan rat, sorry banget, makanya gue kesini mau minta maaf" Jawabku sambil dag-dig-dug<br />
"hahaha, yaudah deh gpp .." jawab ratna sambil senyum, dia menggeser duduknya kesebelahku<br />
"Gue tuh mau ngomong, gue suka sama lo" kata ratna<br />
<br />
WAIT ! SUKA ? GUE ? RATNA ?<br />
*STOP*<br />
<br />
aku masih tenggelam dalam kebingungan<br />
"Ratna, lo se, sssee, serius kan ?"<br />
"iya sayang " jawabnya sambil kemudian mengecup bibirku<br />
ah aku sudah tak tahan, tapi apa ratna mau melakukan hal itu, aku galau dalam hati<br />
akupun membalas ciumannya, <br />
"Emm, ehmm, mmmhhh " Desah ratna<br />
aku mulai berani memegang buah dadanya, tidak ada perlawanan, Yeah !<br />
"Val, aku sayang kamu" Ucap ratna<br />
"Aku juga sayang" Jawabku sambil kemudian mengecup bibirnya<br />
"Buka aja baju aku" Kata Ratna<br />
akupun membuka bajunya<br />
terlihat kulit kuning langsat, dan Bra berwarna putih berenda<br />
Akupun membuka Bra itu, makin terlihat Pemandangan yang indah, Kulit Kuning langsat, mulus, tanpa noda sedikitpun, hanya 2 buah noda Berwarna Pink, kecoklatan di tengah dadanya <br />
akupun menghisap puting itu <br />
"aaaah, emmh, ahh" ucap ratna<br />
akupun membuka baju, celana jeans, dan boxerku, hingga terisisa celana dalam hitam<br />
"Ahh, sayang kamu mau ngapain" Desah ratna<br />
"Kamu mau gak Hisap Mr. P aku" jawabku<br />
"Hah ?" ratna kaget<br />
akupun mengeluarkan Senjataku<br />
Panjang 16 Dengan diameter 4 Centi<br />
Tidak terlalu besar memang, semoga ratna tidak kesusahan melahapnya<br />
"Masukin dong kemulut kamu" Kataku sambil memegang Mr. P<br />
"Hah, jijik ah" <br />
"Ayolah sayang"<br />
"okedeh, cuma oral aja ya, keluarin di luar mulut aku " kata ratna sedikit gugup<br />
"iya sayang"<br />
ratna pun mengulum Mr. P ku<br />
ah, sensasi hangat, basah, nikmat, rasanya, rasanya tuh kaya di oral sama cewe (Perumpamaan gagal)<br />
akupun membuka celana Pendek ratna<br />
hingga terlihat celana dalam berwarna putih bersih<br />
"mmmh, mmm ,mmm" ratna berkicau<br />
aku tak mengerti apa maksudnya<br />
akupun membuka Celana dalamnya<br />
terlihat V*giba yang masih rapat, tanpa bulu, begitu mulus, akupun menjilatinya<br />
"aah, mmmm, hmmh" ratna meracau, tubuhnya menggelinjang<br />
aku membenamkan wajahku di antara pahanya, hingga beberapa menit, paha ratna menegang, menjepit kepalaku,<br />
"enngg, mmh, hemm" Orgasme pertama dia kupikir<br />
akupun melepaskan P*nis ku dari mulutnya, membimbingnya ke V*gina ratna<br />
"sayang, kamu mau ngapain" ucap ratna sedikit terbangun<br />
"aku mau masukin boleh ya sayang" kataku<br />
"hah, jangan sayang, aku masih Virgin,please" kata dia<br />
"Ayolah sayang, aku udah gak tahan" paksaku<br />
"please sayang, jangan sekarang, aku belum siap, kalo kamu sayang aku, please ngertiin aku" kata ratna <br />
Deg !<br />
Benar juga, aku sayang dia, harusnya aku mengerti <br />
"okedeh sayang, aku elus-elus di luarnya aja, gpp kan" Jawabku sedikit kecewa<br />
"hmmm, iyah" kata ratna<br />
akupun mngelus-eluskan P*nus ku di lipatan v*ginanya<br />
"aah, sayang nikmat" kata ratna<br />
beberapa menit berlalu, aku sudah hampir mencapai Klimaks<br />
Jreeeeeeeg, suara bunyi pagar dibuka<br />
"Kaka gue" teriak ratna aetengah berbisik<br />
"hah, sayang bentar lagi aku sampe" jawabku<br />
"cepetan beresin, keburu dia masuk" kata ratna sambil memakai bajunya<br />
akupun memakai bajuku, berpura" duduk santai sambil pura sms-an<br />
"eh ada kamu lagi" sapa kakanya sambil tersenyum<br />
"halo mas, saya valdri" jawabku sambil menggerutu dalam hati, ah sial mengganggu saja <br />
"ini pacar baru aku ka" kata ratna<br />
"oh, salam kenal, saya Ryo" jawab kaka ratna<br />
"iya ka, salam kenal" <br />
"sya mau istirahat dulu ya" kata ryo<br />
"iya kak" kata ratna<br />
ah, aku berharap permainan tadi bisa di lanjutkan<br />
tapi tampaknya kejadian tadi mood killer untuk ratna ..ah sial pikirku ..akupun berpamitan untuk pulang ..</div>
<div class="MsoNormal">
Dalam perjalanan pulang akupun galau, antara tanggung tadi tidak mencapai klimaks, dan sekarang hujan <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/cry.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" width="30" /><br />
<br />
"ah sial" pikirku<br />
akupun sampai di rumah<br />
hingga aku sadar, ternyata HP ku bergetar, SMS dari 08xxxxxxxx402, Ratna !<br />
"Sayang, tadi maaf ya, soalnya ada ka ryo" isi pesan itu<br />
"Iya sayang, gpp kok" balasku lago<br />
"Emm, kamu mau keluar kostan sebentar gak ?"<br />
Balasnya dengan cukup cepat<br />
"emangnya kenapa sayang ?" Balas SMS ku sambil bingung<br />
"Udah keluar aja, aku di depan gerbang kost kamu nih" Balas Ratna<br />
"Hah, dia depan kost" Gerutuku<br />
akupun berlari menuju pintu utama<br />
ketika aku keluar pintu, kulihat ratna sedang berdiri, mendekap dirinya sendiri karena hujan, akupun berlari menuju pintu gerbang<br />
"Lo ngapain disini" Kataku sedikit membentak<br />
"Aku gak enak aja tadi, gara-gara si ka ryo" Kata ratna<br />
"udah masuk yuk, jangan ribut ya, takut ketauan ibu kost" kataku memperingati<br />
"iya" kata ratna, lalu kamu berdua masuk<br />
"aku mau ikut mandi dong, takut sakit nih" kata ratna<br />
"tuh kamar mandi di situ"kataku sambil menunjuk 1 pintu, untunglah kamar mandi ku di dalam<br />
"Handuk nya ada di dalem, yang warna Kuning maih bersih kok" kata ku memberitahu<br />
"iya"<br />
Ratna masuk kedalam kamar mandi, kudengar suara pintu di kunci<br />
"Sreeeet" suara apa itu, pikirku<br />
ah, suara Resleting celana jeansnya<br />
aku tak bisa berfikir jernih, untuk mengalihkan perhatian, akupun memainkan Android ku, walaupun Permainannya hanya Drag Racing, cukup untuk mengalihkan perhatianku<br />
hingga beberapa menit kemudian<br />
"Cklek" Pintu kamar mandi dibuka, tapi yang kulihat hanya tangan ratna yang keluar<br />
"sayang, minjem baju kamu dong, aku gabawa baju nih" Kata dia<br />
"bajuku besar semua, nanti gombrang lagi" <br />
"gapapa deh, daripada telanjang" <br />
akupun memberikan baju paling kecilku, aar tidak terlalu gombrang ketika dia pakai<br />
akupun menaruh baju dan celana boxer di tangan itu, ternyata dari celah itu aku bisa melihat, ratna tak memakai apapun<br />
"nih" kataku sambil memalingkan muka<br />
"makasih" <br />
<br />
---------<br />
3 menit kemudian ratna keluar, ah masih saja gombrang, ucapku dalam hati ..<br />
"aduh, badan kamu gede banget sih, sampe bisa cukup 2 orang seukuran aku di baju ini"<br />
kata ratna sambil tertawa<br />
"hahaha, bisa aja, sini duduk" kataku sambil menepuk tempat tidur, mengibaratkan agar dia duduk di depanku<br />
"kamu ngapain ngikutin aku" kataku<br />
"gpp, aku BT aja di rumah" kata ratna, dia duduk sambil mrnsejajarkan lutut dan dagunya<br />
sehingga pangkal pahanya kelihatan, dia memakai boxer ku yang cukup besar<br />
"aduh sayang, itu bikin nafsu deh" kataku sambil menunjuk pahanya, sambil tertawa<br />
"iih, kamu genit" katanya sambil memukul manja<br />
saat ada kesempatan akupun mencium bibirnya<br />
"ah, mmh hmm mmmh" desahnya<br />
aku buka bajuku yang menempel di tubuhnya yang indah, shit dia tidak memakai pakaian dalam<br />
"lanjutin yang tadi yuk sayang" kataku <br />
"mmmh, iyah" kaanya menyetujui<br />
akupun membuka boxerku yg ada di tubuhnya,<br />
dia membantu mengangkat pinggulnya<br />
ah, v*gina ini, pikirku<br />
akupun membuka seluruh pakaianku<br />
"wow sayang, pelan-pelan dong" katanya<br />
"Hehe, udah gak kuat sayang" kataku<br />
kamipun mengulang kejadian tadi, seperti saat di rumahnya ratna<br />
"Sayang, aku boleh masukin gak" kataku sedikit memohon<br />
ratna hanya menatapku, matanyabyang indah menjadi sayu<br />
ah, itu sudah cukup menjawab pertanyaanku<br />
kugesekan Mr. P ku perlahan di liang V*ginanya<br />
"aaah, ahh mmh, pelan-pelan ya sayang" katanya memohon<br />
"iya sayang" jawabku sambil mencoba menerobos liat kewanitaannya<br />
shiit, sempit banget<br />
"aah, sakit sayang, periiih" kata ratna, kulihat matanya mengeluarkab setetes air<br />
ah, tak tega aku saat itu, tapi sudah terlanjur sampai sini<br />
"tahan ya sayang, nanti juga enak" jawabku menenangkannya<br />
"mmmh, iya sayang" katanya sedikit mendesah<br />
Akupun berusaha sedikit keras, dan Bless, Masuk juga setengahnya<br />
"aah, sakit, perih banget sayang" jeritnya,<br />
untunglah kamar sebelah pulang kampung, dan kamarku di paling ujung<br />
kulihat darah mengalir dari sela" lubang kewanitaannya<br />
aku menggesekan perlahan, semakin cepat, semakin cepat, ah nikmat sekali<br />
"aah aah aah, sayang, enak banget" racau ku<br />
"mmmh, aah iya sayang, aah" kata ratna<br />
ah baguslah, dia sudah bisa menikmatinya<br />
"aah, sayaang, aaaah, aku keluar" kata ratna, buset, baru berapa genjotan juga udah keluar<br />
"sayang, aku mau cobain di atas dong" kata ratna<br />
"hmmh, boleh" jawabku<br />
kamipun bertukar posisi<br />
tanpa mengeluarkan mr.P kubdari vaginanya<br />
ratna mulai menggenjotkan badannya<br />
"aah, aah aah , mmmh" racau ratna sambil memegangi payudaranya sendiri<br />
setelah beberapa menit bertahan di posisi ini<br />
"aaaaaaaaah" teriak panjang ratna, badannya sedikit menegang, orgasme ke 3 nya hari ini<br />
terasa Mr. p ku pun tak tahan ingin mengeluarkan lavanya<br />
"aah sayang, bentar lagi aku keluar" kataku mengingatkan<br />
ratna berdiri, kemudian duduk di samping pahaku<br />
"aku takut hamil, keluarin di mulutku aja ya" kata ratna sambil kemudian memegang penisku, dan memasukannya ke mulutnya<br />
"aaaaah" lenguh panjaku, taktahan menahan kenikmatan itu, cukup banyak sperma yang ku keluarkan pikirku<br />
"mmmh, sayang banyak banget" katanya, sambil kemudian menelan spermaku itu<br />
"aaah, sayang, makasih ya" kataku mencium keningnya<br />
kamipun tidur berpelukan, dalam kamar kostku, tanpa memakai baju sehelaipun<br />
hingga pagi menjelang, dan ratna berpamitan pulang<br />
aku merasa lega, hingga aku cek telephine ku yang berdering lagu Breathe Carolina - Blackout<br />
tanda ada telephone masuk dari nomor tak dikenal, 08xxxxxx652<br />
"Halo?" ucapku memulai pembicaraan<br />
"Halo sayang, apakabar " jawab suara di sebrang sana<br />
<br />
DEG !<br />
What ? Cewe ? Sayang ?<br />
aku deg-degan hingga suara disana berbicara lagi<br />
"Halo sayang, kok diem ? ini Cindy" jawabnya lagi<br />
<br />
WHAT CINDY ???<br />
Jeriku dalam hati</div>
<div class="MsoNormal">
"ha..halo cin, apa kab..ar" Ucapku terbata<br />
"Lu Kenala Val, kok tegang gitu jawabnya" Kata suara di sebrang sana<br />
"Ah Oh emh, gpp gue cape aja abis lari-lari dikejar fans" Gurauku sambil menenangkan diri<br />
"Eh gue udah di jakarta loh, jemput dong di bandara hujan nih" Kata Cindy<br />
"WHAT, JAKARTA ? " Aku semakin deg-deg-ser<br />
"Aah, cindy, kemana saja kau" Batinku berkata<br />
<br />
Singkat cerita tentang cindy<br />
dia adalah mantan (Terindah) ku<br />
Dia meneruskan pendidikan di Negri Paman Sam Yang Jauh Disana<br />
<br />
<b>Chicago <i>(Dari Cimahi Belok kanan pas Per-4 an)</i>, 6 Juli 2005</b><br />
<br />
"Val, Gue gamau, gue masih virgin please" ucap cindy sambil terisak menahan tangis<br />
"Tapi gue udah gakuat cin, please, sekali aja" Paksaku<br />
"Val please, gue kira lo sayang and cinta gue, ternyata lo hanya pengen badan gue" Kata cindy setengah berteriak<br />
<b>DEG !</b> Sayang ? Cinta ? Benar juga ..<br />
akupun diam<br />
"AWAS, GUE GAK MAU LIAT MUKA LO LAGI !" Kata cindy berteriak, sambil kembali mengenakan pakaiannya<br />
Aku masih diam, melamun sambil berfikir ...<br />
"Kenapa gue harus kaya gitu !" jeritku dalam hati<br />
Akupun masih menyesali diriku<br />
<br />
<b>Bandung, 29 Juni 2005</b><br />
<br />
Aku sedang berjalan di lorong sekolahku <br />
ya, hari kelulusan ku sudah lewat 2 Minggu kemarin<br />
aku berniat mengumpulkan Laporan Bpk. Namo Guru Produktifku<br />
Saat aku melewati Koperasi Siswa<br />
Kulihat wanita cantik di ujung sana<br />
wanita yang tidak asing lagi bagiku<br />
"Hey Cindy, Ngapain kamu disini" Sapaku sambil mengangkat tangan kananku<br />
"Eh val, mau ngumpulin laporan PO ( Produktif ) nya si hellboy nih" Katanya setengah berbisik<br />
"Loh, kok sama, kita jodoh kali hahahaa" candaku<br />
"Sial lo haha" Kata cindy sambil menyenggol sikutku<br />
"mana pa namo nya ?" Tanyaku<br />
"Katanya sih lagi Solat, aku mau masuk tapi males buka sepatu ah, ribet lagi makenya" Curhat Cindy<br />
Ya, Ruangan Jurusan Memang Diwajibkan membuka sepatu saat masuk<br />
"Ya udah sini sekalian aja sama gue" Kataku menawarkan bantuan karena memang sepatuku disengaja ku longgarkan, selain gak ribet, aku juga males menalikannya<br />
"asiik, makasih yah" Kata cindy sambil memberikan bukunya padaku<br />
<br />
<br />
---------<br />
Singkat cerita kami berjalan berdua sampai parkiran<br />
"Duh Udah Gelap, anterin aku dong" kata cindy<br />
"Yaelah, males ah" Tolakku<br />
"Ayodong, aku takut tauu" Paksa Cindy<br />
Akhirnya aku merasa kasihan juga<br />
"yaudah deh, rumah kamu dimana sih ?" Di Komp. ***** (menyebutkan Komplek perumahan yang cukup terkenal)<br />
"oh deket, yaudah deh yuk" Ajakku<br />
<br />
----------<br />
Jalan begitu sepi<br />
hingga suara jangkrik terdengar jelas<br />
"Dimana ? Masih jauh ga" Kataku setengah berteriak, karena masih di atas motor<br />
"Itu depan, yang warna Kuning" Kata cindy sedikit berteriak<br />
Akupun menghentikan motorku di depan rumah yang cukup Minimalis <br />
"Masuk dulu yuk, gak ada siapa-siapa kok" ajak cindy<br />
"gak ah, gaenak, ntar di sangka ngapa-ngapain" tolakku<br />
"Aku sendirian ih, atuhlaah" Paksa cindy<br />
"Sampe Mamah dateng aja deeh" kata cindy lagi<br />
"yah, udah jam 7 nih, mamah kamu dateng jam berapa ?" tanyaku<br />
"Paling jam 8an" kata cindy<br />
"yaudah deh, kasian banget haha" akhirnya aku menyetujui<br />
Cindy pun membuka pagar coklat rumahnya<br />
<br />
--------------------<br />
"Duduk dulu, mau minum Jus Kecoak, Teh Keran, atau Syrup Kobokan" Tanya Cindy<br />
"Hmmm, Susu Solokan kayanya enak" Balasku<br />
"hahaha sialan lo" kata cindy sambil ngeloyor ke belakang<br />
<br />
Siiiiiiiiiinngg, sepi, dingin, dan ... Deg-deg-an<br />
<br />
"Nih, Teh Manis dingin aja ya, gue males bikin yang lain hahaha" kata cindy<br />
"sip deh, thx ya" jawabku<br />
"aku ke kamar dulu ya, mau ganti baju" ucapnya<br />
"jangan lama-lama ya, serem nih disini" Ingatku<br />
"Yah, Penakut, hahaha" Tawanya<br />
"Yaudah ikut ke kamar aku deh, ada kamar mandinya kok" katanya<br />
"ayodeh" setujuku<br />
<br />
----------------------<br />
<br />
Ketika sampai di kamarnya<br />
dia langsung mengambil pakaian dari lemari, dan menuju ke kamar mandi kecil di sebelah Washtafel<br />
"awas ya kalo ngintip" Katanya<br />
"Ah emang mau kamu apain" tantangku<br />
"Sialan hahaha"katanya sambil terus masuk ke kamar mandi<br />
"Huam, bosannnn" kataku dalam hati<br />
3 Menit kemudian cindy keluar menggunakan T-Shirt Pink dan Celana Pendek Putih bermotif bunga<br />
"galau gitu, main laptop aja yu" kata cindy sambil mengambil laptopnya<br />
diapun menyalakannya, dan duduk di sebelahku di kasur<br />
DEG ! Jantungku berdetak<br />
Akupun deg-deg-ser, salah tingkah, dan .. ah gitu deh<br />
"kenapa kamu tegang gitu, biasa aja kali haha" kata cindy<br />
"huuh, deg-deg-an aja duduk sebelah Sobatnya kunti" kataku sambil menenangkan diri<br />
"ahh, sialan lo hahaha"<br />
Ketika bermain laptop, aku tak bisa tenang, karena aku sebenarnya sangat suka pada cindy sejak lama,<br />
akupun memberanikan diri memegang tangannya<br />
"Cin, aku ... " belum selesai aku bicara dia sudah menatapku<br />
"kamu kenapa sih, kok tegang gitu" kata cindy<br />
"Aku emh, aduh gimana ya ngomongnya " aku masih takut mengutarakan perasaanku<br />
"Hayoloh kenapa, ngomong aja kali" Kata cindy sedikit serius<br />
Ahhh Shiiiiiit, gue gak berani ngomongnyaa<br />
"Aku kedinginan cin" Kataku asal<br />
"Yaelah, tuh ada selimut, kenapa harus megang tangan aku sihh" kata cindy<br />
"Shiiiiit, gagal lagii !! kenapa malah ngomong kedinginaann argghh" Batinku berteriak<br />
<br />
5 Menit berlalu, cindy masih bermain dengan twitternya<br />
"Emmh, val, aku mau ngomong, tapi kamu jangan kaget ya" kata cindy sedikit berbisik<br />
"ngomong apaan cin ? " kataku sedikit bingung<br />
"Aku, aku ..." cindy berkata terbata<br />
"hmm, kamu mau ngomong Kamu Suka Aku ?"Jawabku bercanda sambil berharap<br />
"iih apaan sih, aku mau ngomong, aku ini kunti" Kata cindy sambil tertawa ala kunti<br />
"Aaaah, gak serem tauu" kataku sambil mendorong dadanya, tak sengaja buah dadanya aku sentuh<br />
"iih, apaan sih kamu pegang-pegang dada akuu" katanya sambil mendorongku sampai jatuh<br />
<br />
Hmmmmmmmmhh<br />
<br />
tak sengaja Bibir kami bersentuhan, cukup lama berdiam di posisi itu<br />
aku kaget, saat ku lihat mata cindy, ternyata dia memejamkan matanya<br />
<b>DIA MENIKMATINYA !</b><br />
akupun mulai berani membalas ciumannya<br />
1 menit<br />
2 menit kami masih diam dan terus berciuman<br />
hingga<br />
SREEEEEEEEEEEEEEEEEEEGG ! *Sfx Pager Dibuka<br />
"Mamah Datang !" katanya sambil berteriak<br />
Kamipun buru-buru ke ruang tamu<br />
<br />
----------------<br />
pintu ruang tamu pun dibuka<br />
"Eh, ada tamu" nyokap cindy berkata<br />
"Eh iya mah, ini temenku, daritadi aku suruh temenin, sambil nunggu mamah dateng" kata cindy sambil memeluk nyokapnya<br />
"tante, saya valdri" kataku sambil menyalami tangan nyokap cindy<br />
"oh hai valdri, makasih ya sudah nemenin cindy" katanya<br />
"iya tante sama-sama" kataku<br />
"Saya pamit pulang dulu ya tante, cindy" Kataku lagi<br />
"yah kok pulang sih, buru-buru banget ya" kata nyokapnya<br />
"iyanih tante, udah malem, takut gerbang komplek di tutup" kataku beralasan<br />
"yaudah deh, cin, kamu anterin sampe depan pager" kata nyokapnya<br />
"iya mamah, yuk val" kata cindy sambil keluar pintu<br />
"saya pulang dulu tante" kataku berpamitan sambil menyalami tangannya<br />
"iya, hati-hati ya val" kata nyokap cindy<br />
<br />
----------------------------<br />
di depan pagar, aku sudah menyalakan motorku<br />
"Ah, cin makasih ya tadi" Kataku pada cindy<br />
"iya val, sama-sama" kata cindy<br />
"oh iya, sini deh aku bisikin" kataku padanya<br />
"apaan ?"katanya sambil mendekatkan kupingnya ke bibirku<br />
"aku suka kamu" bisikku di telinganya<br />
Dia memundurkan kepalanya, tapi sebelum terlalu jauh, aku tahan kepalanya<br />
dan mencium bibirnya sekilas<br />
"kita pacaran ya" kataku<br />
"iya sayang" kata cindy sambil mencium bibirku<br />
akupun berpamitan dan menjalankan motorku ke rumahku</div>
<div class="MsoNormal">
Haah, Coba saja tadi nyokap cindy tidak datang dulu, mungkin aku bisa melakukan hal yang lebih jauh lagi<br />
"ahh, gue mikirin apaan, kenapa jadi kacau gini"Batinku berkata<br />
Ah sudahlah, mungkin memang bukan saat yang tepat <br />
<br />
----------------------------------------<br />
Saat sampai depan komplek rumah, benar saja, gerbang utama untuk masuk kedalam komplek di tutup ..<br />
"masa manjat sih, ini motor dikemanain ah" kataku setengah berbisik<br />
akupun memilih jalan memutar, melewati Gedung Serba guna yang biasa dijadikan post keamanan <br />
<i>"Aduh, ini kenapa malah nyeritain kejadian sebenarnya sih, ini kan cerita Ratna, kok nyambung ke cindy sih, sabodo teuing ah, simak we ya gan" Hatiku berkata</i><br />
----------------------------------<br />
<br />
<b>Bandung, 1 Juli 2005</b><br />
<br />
"Sayaang, anterin aku ke sekolah dong, mau ambil ijazah" Ada Sms yang masuk ke inbox-ku<br />
Cindy !<br />
"Oh, okedeh jam berapa say ?" Balasku<br />
"Sekarang aja deh, biar cepet" Balasnya dengan cepat<br />
"Sip, OTW" Balasku<br />
"OTW Tuh apaan yank ?" balasnya lagi<br />
"Okeh tungguan weh (Oke Tungguin aja)" Candaku dalam pesan<br />
"iiih, dasar cepet ya" Balasnya<br />
<br />
-----------------------------------<br />
"Aku udah sampai depan gerbang rumah kamu" Isi pesan yang kukirim ketika aku sampai di depan pagar rumahnya<br />
"Tunggu" balasny singkat<br />
<br />
<i>Trek trek ! *Sfx Kunci pintu diputer</i><br />
<br />
"Bntar kunci pintu dulu" katanya<br />
<br />
<i>Trek Trek ! *Sfx Kunci Pintu Diputer sebaliknya</i><br />
<br />
"Yuk, langsung kesekolah" Katanya<br />
"Mau lewat jalan lurus, belok kanan, belok kiri, mundur, atau lewat jalan Tol ?" Kataku bercanda sambil menyalakan motorku<br />
"Jalan Yang cepet bang, 5000 cukup ?" guraunya<br />
"Gak cukup neng, abang sih cukup dicium aja" Kataku sambil tertawa dan menekan gas motorku<br />
<br />
----------------------------<br />
Sampai di sekolah<br />
cindy masuk sebentar dan tak sampai 5 menit dia kembali<br />
"Kamu Disuruh kedalem sama busus tuh" katanya<br />
"Oh iya, tungguin bentar deh ya" Kataku sambil menaruh helm, dan masuk kedalam<br />
<br />
-------------------------<br />
Singkat cerita, kami sampai di depan rumah cindy<br />
Masih pukul 17.07 <b>WIJH</b> <i>(Waktu Indonesia bagian Jam HP)</i> pikirku<br />
"Yuk Masuk, mamah pulangnya rada malem, mau meeting dulu katanya" ajaknya<br />
Oh iya, aku lupa menceritakan, ayahnya cindy sudah almarhum sejak usia cindy 4 Tahun<br />
Jadi Nyokapnya adalah single parents dan memang super sibuk<br />
------------------<br />
"Kekamar aku aja yuk" Ajak cindy<br />
"yuk" Terimaku sambil berdiri <br />
----------------------------<br />
Sampai di kamar cindy, dia langsung berpamitan untuk mandi<br />
"Aku Mandi Dulu ya Val" Katanya<br />
"Iya, yang bersih ya" Jawabku asal<br />
Cindy mengambil handuk, T-Shirt, dan celana pendek<br />
dan kemudian masuk ke kamar mandinya<br />
Aku memainkan HP Nokiaku, Yah walaupun Gamenya hanya Snake EX 2 lumayan untuk mengisi waktu<br />
Waktu itu belum ada Smartphone macam iPhone, Android, Dan Blackberry<br />
Baru aku memakan 4 Makanan Ular di HP, cindy sudah keluar dari kamar mandi<br />
"Deuh cepet amat, mandi atau Buang ingus" Candaku<br />
"Iyadong, kasian kamunya BT" Katanya<br />
dia langsung duduk di sebelahku<br />
<br />
<b>DEG !</b> <br />
Deg-Deg-an ... Salah Tingkah ... dan <b><i>Sange !</i></b><br />
<i>WHAT! Kok bisa ?? iyadong, gue kan cowo normal, emangnya kalian</i><img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/tongue.gif" height="40" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="40" /><br />
<br />
"Main apaan sih, serius banget sayang" kata cindy<br />
"ya ginian aja sih, sambil nungguin kamu" kataku sambil mengeluarkan aplikasi Snake EX 2 itu<br />
Dalam Keadaan masih deg-deg-an, aku memberanikan diri memegang tangan cindy<br />
<br />
<b>Klep !</b> <i>#Ceritanya *Sfk Tangan Dipegang<br />
(Sumpah ane gak tau suara tangan di pegang kaya gimana, so mohon di ampuni ya gan)</i><br />
<br />
"Sayang, Kemarin kayaknya kurang deh, boleh gak aku lanjutin lagi" Kataku rada cepat, karena deg-deg-ser<br />
"Hmmm, enak ya kaya kemarin, hihi" katanya sambil kemudian mencium bibirku<br />
"mmmmmmh" aku masih kaget, tapi kemudian menikmatinya juga<br />
"Ahhh, tangan gue gatel pengen pegang buah dadanya, tapi kalo digampar gimana" Batinku berteriak<br />
"Sayang, beneran gak ada orang nih ?"Kataku sambil melepaskan ciuman untuk sementara<br />
"Iya sayang, tenang aja"Katanya lagi, kemudian dia kembali mencium bibirku<br />
"Ahh, bodo amat, palingan di gampar"batinku sudah tak kuat menahan nafsu<br />
<br />
<b><i>Plok !</i></b><i> *Sfx Tangan Menggenggam Payudara</i><br />
<br />
"Emmh" erang cindy, mungkin karena kaget, tapi tak ada perlawanan<br />
"Ah kesempatan" Kataku dalam hati<br />
aku terus meremas, mengelus, memilin, melakukan aktivitas apapun yang kubisa lakukan di payudaranya itu<br />
Cindy tampak menikmatinya<br />
<br />
<b>CINDY MENIKMATINYA !</b><br />
<i>*Sengaja di ulang, biar makin heboh*</i><br />
<br />
"Emmh, aku sayang kamu valdri" Kata cindy sedikit berbisik<br />
"Aku juga sayang kamu cindy" Jawabku<br />
"aku Buka baju kamu gpp kan sayang ?" Tanyaku mulai sedikit vulgar<br />
"Apa ? Jangan ah, aku takut kejauhan sayang, aku masih virgin" Kata cindy<br />
"Enggak kok sayang, aku cuma pengen liat toket kamu" Kataku mulai vulgar, sambil memencet buah dadanya<br />
"Tapi akunya gak mau sayang, maaf" Tolak cindy<br />
"Tapi sayang, aku udah gak kuat" paksaku sambil memegang bagian bawah T-Shirtnya<br />
"Kamu beneran sayang aku ?" kata cindy, tapi tak ada perlawanan<br />
"Iya sayang, aku sayang banget sama kamu" Jawabku meyakinkannya<br />
"Beneran ?" Tangannya kemudian diangkat keduanya ke atas<br />
"Ah, dia menginginkannya" Pikirku<br />
"Iya sayang, aku beneran sayang kamu" Kataku, kemudian aku mulai mengangkat T-Shirtnya, sedikit demi sedikit<br />
tapi baru sampai di pusarnya, dia berkata<br />
"Kamu pengen jadi pacar aku, atau kamu pengen nyobain badan aku aja ?" Kata cindy sedikit berbisik<br />
<br />
DEG !<br />
ada perasaan nyesek di dadaku<br />
Aku mengurungkan niatku, aku melepaskan tanganku dari T-Shirtnya<br />
"Benar juga, gue sayang cindy, gue udah keterlaluan" Batinku<br />
"Hahaha, ternyata nafsu kamu masih bisa di lawan sama perasaan baik kamu" Kata cindy yang kemudian Memelukku<br />
"Aku tau kok kamu sayang sama aku, jadi tolong kita jangan melakukan terlalu jauh duluu ya sayang" Kata cindy lagi<br />
Aku masih terdiam, bengong dalam pelukannya<br />
"Ah, Lo Cowo yang goblok Val" Batinku Berkata</div>
<div class="MsoNormal">
Aku masih bengong dengan ucapan cindy barusan<br />
Cindy masih memelukku, tetapi 2 menit kemudian dia melepaskan pelukannya, dan kemudian mencium bibirku<br />
Aku tak berani membalas, aku masih takut karena ucapan cindy tadi ..<br />
"Valdri, kalo kamu emang pengen cium aku, pegang payudaraku, atau peluk aku, aku gpp kok" Kata cindy sambil tersenyum<br />
"Tapi kalo kamu udah berani buka baju aku, aku juga gak bisa ngelawan, aku cewe dan aku lemah" senyum di wajahnya sedikit berkurang<br />
ada Butiran air di ujung matanya ..<br />
<br />
DIA MENANGIS !<br />
Deg !<br />
<br />
Aku deg-deg-an<br />
well, sebagai gentle man aku coba menenangkannya<br />
"Iya sayang, aku ngerti kok, maafin aku ya, aku janji gak bakal ngulangin lagi" Kataku sedikit berbisik sambil memegang pundaknya<br />
"janji ya sayang" kata cindy sedikit tersenyum sambil menatapku<br />
"iya" kataku sambil kemudian mencium bibirnya<br />
dia memelukku ..<br />
ah rasanya sangat bahagia, walaupun sebenarnya nafsu ini tak bisa di bendung<br />
<br />
------------------------------<br />
<br />
Bandung, 5 Juli 2005<br />
<br />
4 Hari aku tak contact dengan cindy<br />
aku masih memikirkan perasaanku padanya<br />
ah sial, aku sudah terbawa nafsu bejatku<br />
dan walaupun sudah 4 hari berlalu, nafsu itu tak kurun hilang<br />
"Gue harus ngapain, SHIIIIIT !"Batinku berteriak<br />
<br />
10 menit aku bengong, hingga akhirnya ...<br />
<br />
Ting nung ting nung *Sfx SMS Masuk<br />
<br />
"Sayaang kemana aja sih, 4 hari gak ada contact, eh besok mamah mau ke jakarta, temenin aku di rumah yaa" Isi SMS Itu<br />
<br />
CINDY !<br />
<br />
"oh tuhan,apa yang harus kulakukan" Batinku berkata<br />
"iyanih sayang, maaf ya gak ada pulsa, barusan baru beli pulsa, mau sms kamu eh kamunya udah sms duluan, sip deh besok aku kerumah kamu jam 1 siang ya" Balas sms ku panjang<br />
<br />
----------------------------------------------------------<br />
<br />
Bandung, 6 Juli 2005 <br />
<br />
Aku sudah berniat akan mengambil keperawanannya<br />
segala sesuatu telat kupersiapkan<br />
Kondom <br />
Minuman Beralkohol [M*x-M*x] yang warna hijau karena jika kupindahkan ke botol F*nt* cindy tidak akan tahu<br />
Pil KB<br />
<br />
"Yeah persiapan sudah selesai" Pikirku<br />
kemudian aku menaiki motorku dan melajukannya ke rumah cindy<br />
<br />
Teet, teet *Sfx Klakson Motor<br />
<br />
1 menit tak ada yang keluar<br />
2 menit<br />
3 menit<br />
<br />
Akupun Mengirim SMS ke cindy<br />
<br />
"Aku udah di depan rumah sayang" isi pesanku<br />
"Tunggu 10 menit" Balasnya singkat dan cepat<br />
aku tak berani membalas lagi, karena kalau sms tadi di ucapkan, rasanya seperti menyuruh untuk bersabar<br />
5 Menit aku bosan, akhirnya aku main ular-ularan lagi ..<br />
10 menit<br />
11 menit<br />
<br />
Jreg ! *Sfx Pintu Kayu di buka<br />
<br />
Kulihat ada cindy, nyokap cindy, dan seorang pria dewasa berpakaian rapih, membawa koper hitam<br />
<br />
"Sayang, mamah berangkat dulu ya, jaga diri sampai besok, !^!&!#^*@^#*!" Ucapan terakhir dari nyokapnya tidak terdengar jelas<br />
<br />
dan baru ku sadari, ternyata di garasi ada mobil BWM Berwarna Hitam<br />
<br />
"Mobil siapa tuh" Pikirku<br />
<br />
Pria itu membukakan pintu untuk Nyokap cindy, di belakang<br />
Dan setelah pria itu menutup pintunya<br />
dia berpindah ke pintu sebrangnya<br />
yang belakang juga ?<br />
lalu siapa yang menyetir, pikirku<br />
<br />
saat pintu hampir ditutup, kudengar pria itu berkata sedikit keras<br />
"Jon, Ke Bandara Soekarno hatta" katanya<br />
<br />
Wow mainannya bandara nih<br />
<br />
Yah, kulihat pintu gerbang belum dibuka<br />
Sebagai calon menantu yang baik akupun membuka pintu itu<br />
<br />
Mobil itu langsung keluar<br />
tetapi jendela pintu belakang dibuka<br />
"Makasih ya de" kata pria itu<br />
"Eh valdri, mau nemenin cindy ya ?"Kata nyokap cindy<br />
"iya tante, cindy yang minta" jawabku sambil tersenyum<br />
"yaudah, tante titip cindy sampe besok ya, awas jangan macem-macem hahaha" kata nyokap cindy bercanda<br />
yah walaupun bercanda, aku sedikit deg-deg-an<br />
"iya tante, siap" kataku sambil memberi hormat seperti upacara bendera<br />
"silahkan kangen-kangenan dulu, siapa tau nanti gabakal bisa lagi" Kata nyokapnya<br />
<br />
Hmm, gak bisa lagi ? Maksudnya apa nih<br />
<br />
"iya tante, hati-hati di jalan ya" Kataku<br />
<br />
--------------------------------------------------<br />
<br />
singkat cerita aku sudah ada di dalam kamar cindy<br />
seperti biasa bermain laptop sambil ngobrol ngalor ngidul<br />
Hingga pada saat yang menurutku tepat<br />
"Aduh, haus banget" Kataku<br />
"Yaudah ambil minum gih" kata cindy<br />
"Gausah deh, aku bawa kok" kataku sambil mengeluarkan Botol Fanta, yang padahal isinya adalah M*x-M*x<br />
walaupun beralkohol hanya 4.5% sudah cukup membuat wanita sedikit tidak terkendali<br />
Aku minum seteguk, 2 teguk<br />
"Duuh, enak banget, minta dong" Kata cindy<br />
"Yes ! Sesuati rencana" pikirku<br />
"Hemm, kok rasanya aneh ya, idung aku jadi panas gini" katanya sedikit panik<br />
saat dia memegang kepala (mungkin pusing)<br />
aku pegang tangannya<br />
dan berkata<br />
"Cindy, aku sayang kamu, please aku pengen kamu jadi milikku selamanya" Kataku sambil nekat mencium bibirnya<br />
"Emmmh, ehhh, emmmmh" Erang cindy yang mungkin kaget<br />
Aku beranikan memegang payudaranya<br />
"emmmmmh" Erang cindy seakan ingin berteriak<br />
karena kasihan akupun melepaskan ciumanku<br />
"Sayang, dengerin dulu" Kata cindy<br />
Aktivitas kami tehenti sementara<br />
"kenapa sayang" Kataku sambil terus meremas payudaranya<br />
"Tadi mamahku bilang ...." Belum sempat cindy menyelesaikan ucapannya<br />
aku sudah mencium bibirnya lagi<br />
"Emmmh emmmmh" Kata cindy<br />
Akupun memberanikan diri Membuka T-Shirtnya<br />
Hingga terlihat Bra berawarna putih berenda<br />
"mmmh, sayang jangan" kata cindy mencoba menutupi dadanya yang indah<br />
"Ah, udah lakuin aja val, udah tanggung" Seperti ada yang berkata di telinga kiri ku<br />
<br />
akupun membuka Branya dengan paksa<br />
"wow" kataku terkejut, dadanya sangat mulus, putih tanpa noda, dan ada hiasan berwarna pink kecoklatan di tengahnya itu<br />
"hmmmmh,sayang, inget janji kamu" kata cindy<br />
"Sayang kamu menggairahkan banget" kataku tanpa menghiraukannya<br />
ah, sudahlah, aku sudah terlanjur nafsu<br />
kubuka T-Shirt, dan jeansku<br />
hingga tersisa Boxer dan CD ku<br />
"sayang kamu mau ngapain" kata cindy sedikit terisak<br />
"sayang, please, aku pengen kamu jadi milikku selamanya" kataku sambil membuka celana pendek cindy<br />
"Maksud kamu apa sayang" kata cindy sambil memukul-mukul dadaku<br />
kudengar suaranya sedikit parau<br />
DIA MENANGIS !<br />
Aku jadi tak tega<br />
tapi sudahlah, sudah sampai sini pikirku<br />
Saat kutarik celana pendeknya lepas dari kakinya yang mulus<br />
Kulihat ada celana daram berwarna Broken White dengan hiasan renda, tipis sekali, sampai aku bisa melihat bulu-bulu halus kemaluan cindy<br />
"Sayaaaang, aahhh" Kata cindy sambil menangis<br />
Aku menarik CD nya, dan <br />
<br />
GLEK ! *Sfx Nelen Ludah<br />
<br />
"Sayang, m3mek kamu indah banget" kataku vulgar<br />
"Sayang, jangan, aku masih virgin" Kata cindy menangis lebih keras<br />
aku membuka Boxer dan CD Hitamku<br />
Hingga keluarlah Alat kelaminku yg tidak terlalu panjang, namun cukup besar<br />
"Val, gue gamau, gue masih virgin, please" Ucap cindy sambil terisak menahan tangis<br />
"Tapi gue udah gakuat cin, please, sekali aja" Paksaku<br />
"Val, Please gue kira lo sayang and cinta gue, ternyata lo hanya pengen badan gue" Kata cindy<br />
DEG ! Sayang ? Cinta ? Benar juga ....<br />
akupun diam<br />
"AWAS, GUE GAK MAU LIAT MUKA LO LAGI !" kata cindy berteriak sambil mengenakan pakaiannya<br />
<br />
Aku masih diam, melamun sambil berfikir ...<br />
"Kenapa gue harus kaya gitu !" jerit batinku<br />
<br />
Aku menyesali diriku sendiri<br />
"PULANG LO, GUE GAK MAU KENAL LO LAGI !" Bentak Cindy sambil mengusirku<br />
"Cin, maafin aku cin.." kataku memohon<br />
"GAK ADA KATA MAAF, PULANG LO AN*ING !" Kata cindy kasar<br />
"Anjrit, gue udah salah besar" Pikirku<br />
"Iya deh aku pulang, tapi maafin aku dulu dong" Kataku memohon<br />
"KELUAR LO ! CEPETAN !" kata cindy berteriak lebih keras<br />
<br />
--------------------------------<br />
aku sudah sampai di depan pagar rumahnya<br />
Cindy masih melihatiku dari balkon atasnya<br />
mukanya merah, terlihat butiran air mata disana<br />
"cin, maafin aku" Kataku masih berusaha<br />
Cindy masuk kedalam<br />
"Ah, sial pikirku"<br />
Ketika aku sudah menyalakan motor<br />
Kulihat cindy keluar lagi<br />
"BESOK GUE KE AMERIKA, GUE BERHARAP DISANA GUE BISA NEMU COWO YANG BAIK, GAK KAYA LO ! B*JINGAN ! CUMA PENGEN BADAN GUE !" Kata cindy berteriak<br />
"What ? Amerika ?? Cindy, lo serius ?" Kataku berteriak<br />
cindy hanya masuk kedalam, tanpa menghiraukan ku<br />
<br />
AAHHHH GUE NGAPAIN !<br />
KALO EMANG BENER CINDY MAU KE AMRIK<br />
KENAPA SALAM PERPISAHAN DARI GUE HARUS JELEK GINI !!!<br />
<br />
"Lo Cowo yang bener-bener goblok val, goblok banget, hahaha" Ada suara di telinga kiriku<br />
Akupun melajukan motorku menuju rumah<br />
sambil berfikir<br />
"Cindy serius, atau cuma mau ngegertak gue aja" Pikirku</div>
<div class="MsoNormal">
Ah, besoknya aku menuju ke rumah cindy<br />
untuk meyakinkan apakah cindy benar-benar pindah kesana ..<br />
dan ternyata ketika aku sampai kesana .<br />
<br />
Siiiiiiiiiiiinnng ~ <br />
Sepi banget<br />
<br />
aku coba tunggu di depan gerbang, mungkin mereka sedang belanja<br />
saat aku menyetandari motorku ..<br />
mataku tertuju pada Kotak Post, Kulihat ada isinya, secarik amplop berwarna putih<br />
<br />
"kalau mereka benar pindah ke amrik, kenapa surat terakhir gak di bawa" pikirku<br />
"Ah Sabodo teuing, tinggal baca, terus masukin lagi" pikirku lagi<br />
<br />
Ketika ku lihat di depan surat ada tulisan " Baca Ya <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/smile.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="30" />"<br />
Deg ! tiba-tiba entah kenapa aku ingin menangis ketika melihat Emoticon '<img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/smile.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="30" />'<br />
<br />
ketika ku balikkan, kulihat Tulisan lagi "Buat Valdri Sayang <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/smile.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="30" />"<br />
"What ? Buat Gue ?" Pikirku<br />
Dengan cepat kubuka amplop itu<br />
kubeberkan kertasnya<br />
dan 30 detik aku membaca, aku langsung lemas <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/cry.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" width="30" /><br />
<br />
Mau Tau Isinya ?<br />
<br />
Check This Out !<br />
(Tolong Bayangin Yang baca surat ini suara cewe ya gan <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/biggrin.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" width="30" />)<br />
<br />
------------------------------------------------<br />
Bandung, 6 Juli 2005, Pukul 21.08 Waktu Jam Kamarku<br />
<br />
Val, Sebelumnya maaf kalau surat ini bikin lo sedih atau gimana, gue gatau lagi harus gimana<br />
Mungkin Kamu pikir aku cuma ngegertak kamu aja, kalau aku bakal pindah ke amrik ..<br />
Well, sebenernya itu serius val <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/sad.gif" height="26" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif" width="28" />Makanya di hari terakhir aku di indonesia, aku pengen ngasih yang special buat kamu, walaupun aku hanya bisa memberi ciuman<br />
tapi buat aku itu sangat berarti val, kamu gak ngerti ya ? kamu terlalu kelawan sama nafsu birahi kamu, sampai kamu gak ngerasain sedihnya aku waktu kita ciuman <br />
buat yang terakhir kali <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/sad.gif" height="26" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif" width="28" /><br />
ya sudahlah, semua sudah terlambat, kamu udah melakukannya. melakukan hal yang bikin hati aku sakit, retak, rapuh dan bikin aku jadi membenci kamu <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/sad.gif" height="26" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif" width="28" /><br />
tapi aku sadar, aku sayang kamu <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/smile.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="30" />walaupun kamu (Mungkin) Hanya pengen badanku .. aku tetep sayang kamu <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/smile.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="30" /><br />
Jaga Diri ya sayang <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/smile.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="30" /><br />
Kalau Memang Ada Waktunya, kita pasti ketemu lagi <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/smile.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="30" /><br />
<br />
<br />
Love, Cindy :-*<br />
<br />
------------------------------------------------<br />
<br />
Itulah ingatan terakhir yang ku ingat tentang cindy<br />
dan perlu kalian tahu, sampai sekarang surat itu masih aku pajang di album photo ku<br />
album photoku ketika masih bersama cindy <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/cry.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" width="30" /><br />
<br />
dan, sekarang, benar saja .. dia menepati janjinya, dia sudah di indonesia <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/malu2.gif" height="20" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif" width="20" /><br />
<br />
"Heh, Valdriii, kenapa diem ajaaa" Ucap suara di sebrang sana lagi<br />
"I..iiya cin, gue disini, maaf barusan ada justin bieber lagi minta rokok" Gurauku sedikit menenangkan diri<br />
"Iiih, masih ada aja bercandanya hahaha" Kata cindy tertawa<br />
"kamu di bandung nih ? Besok jemput aku dong, aku gatau di hotel mana, ini mau nyari dulu" Kata cindy lagi<br />
"hah besok ? Oke deh, ntar Smsin aja alamat hotelnya" kataku<br />
"siip, see you tomorrow honey" Kata cindy lagi<br />
<br />
DEG !<br />
Honey ? Oh My Gosh !<br />
<br />
--------------------------------------------------<br />
<br />
Sudah jam 22.14 Waktu Weker Kamarku<br />
<br />
aku masih gak bisa tidur, mikirin Ratna juga Cindy<br />
<br />
"Ah, Kenapa giniii" Aku Membatin<br />
"Udahlah, gimana besok aja, semoga dapet alesan yang cocok" Pikirku lagi<br />
"Tapi Entar kalo ratna nanya, mau kemana harus jawab apa" pikirku lagi<br />
aku terus berfikir<br />
Menyusun semua jawaban dari pertanyaan yang mungkin ratna atau cindy tanyakan padaku<br />
<br />
"Kalau nanya ini, harus jawab ini, kalau dia jawab ini, harus jawab ini" Aku terus berbisik kecil<br />
kaya orang gila <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/cry.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" width="30" /><br />
tapi apa boleh buat, demi terciptanya jalan yang mudah esok hari<br />
<br />
Tak terasa akupun tertidur .<br />
<br />
--------------------------------------------<br />
Kulihat jam HP ku, sudah pukul 4.43 Pagi<br />
Aku langsung mandi, packing pakaian secukupnya dan Whuuuuzz, berangkat menuju terminal Bis<br />
--------------------------------------------<br />
Singkat cerita pukul 6.21 Aku Sampai Di jakarta, untunglah tidak terlalu macet<br />
"Dih, ini di hotel mana si cindy, kalo sampe harus ke Jakut, jakpus, jakbar, jaktim mampus gue <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/cry.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" width="30" />" Batinku<br />
Ya, aku naik bis Pr***J*s* Jurusan Terminal Leuwi Panjang - Lebak Bulus<br />
Jakarta selatan ..<br />
<br />
Kulihat Inbox-ku ..<br />
ada SMS Dari nomer tak dikenal <br />
08xxxxxxxx402<br />
Ratna !<br />
"Selamat pagii sayaang, lagi apakamu :-* " isi pesan itu<br />
DEG !<br />
"Tenang val, jalanin sesuai rencana kemarin !" Pikirku<br />
Dengan cepat ku balas sms itu<br />
"Pagi Juga sayang :-*, aku lagi di jakarta nih, ada sahabatku waktu SMK lagi ke indonesia" Balasku<br />
"Hah ? Jakarta ? <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/sad.gif" height="26" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif" width="28" />Kamu berangkat jam berapa ? Naik apa ? <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/sad.gif" height="26" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif" width="28" />" Isi Sms ratna kemudian<br />
"Jam Setengah 5 sayang,naik bis, maaf ya gak kabarin kamu dulu, aku buru-buru soalnya :-* " balasku<br />
"Yaudah deh, hati-hati di sana ya sayang, Miss u :-* " Pesan Singkat Ratna<br />
"Makasih sayang, miss u too :-* " Balasku lagi<br />
<br />
"Yeah, ratna sudah beres, tinggal cindy" Pikirku<br />
<br />
"cin, lo di hotel mana ?" SMS ku pada cindy<br />
"di Hotel xx, kamar 402" Balas Cindy<br />
"Dih, udah nanyain hotel aja dia, ke jakarta aja dulu, hahaha" Isi pesan ke-2 cindy<br />
"Gue udah di jakarta, gue berangkat jam set. 5 dari bandung" balasku<br />
"yaelah, buru-buru amat, kangen gue ya <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/tongue.gif" height="40" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image001.gif" width="40" />" Pesan dari cindy<br />
"yaudah, gue OTW Ke Sana ya" Isi sms ku padanya, untunglah hotelnya tidak terlalu jauh, tapi lumayan juga, makanya aku memilih naik taksi<br />
"Oke Tungguan Weh ?? hahaha" kata cindy di SMS<br />
"On The Way Ai Kamu <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/sad.gif" height="26" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image005.gif" width="28" />, udah tungguin aja Hahaha" Balasku lagi, dan langsung nyetop Taksi <br />
<br />
----------------------------------------------<br />
<br />
Singkat cerita, aku sudah sampai di lobby Hotel xx ..<br />
aku langsung menanyakan ke receptionist kamar 402 ada di lantai berapa<br />
"Mbak, kamar 402 ada di lantai berapa ya ?" tanyaku pada receptionist itu<br />
"sebentar ya mas, saya lihat dulu" katanya <br />
"di lantai 7 mas, dari Lift langsung ke kiri aja" katanya lagi, manis sekali senyumnya<br />
"Terimakasih ya mbak" kataku langsung bergegas ke Lift<br />
<br />
----------------------------<br />
Dalam lift, aku tak sabar sampai di lantai 7<br />
ketika lift sampai di lantai 7, aku keluar dan langsung menuju ke arah kiri, seperti yang di instruksikan receptionist tadi<br />
"380, 382, 384 ......... 396, 398, 400, 402 ! Gotcha !" Pikirku<br />
Aku ketuk pintu tersebut ..<br />
<br />
Tok Tok *Sfx Pintu kayu di ketuk<br />
<br />
"siapa ya" kata suara wanita di dalam, gila suaranya lembut banget, jangan-jangan salah kamar pikirku<br />
"Room Boy mbak" Candaku<br />
"Valdriiiii" Kata suara itu<br />
<br />
Ceklek, Krieet *Sfx Pintu dibuka<br />
<br />
"Valdriiii, apa kabaar" kata wanita itu<br />
<br />
Glek !<br />
"Gila, cantik banget cindy, lebih cantik dari 6 tahun lalu, oh my gosh" Pikirku<br />
"Heh, kok bengong sih" Kata cindy, sambil kemudian memelukku<br />
"Gpp cin, gue kaget aja, lo makin cantik sekarang" Kataku sambil membalas pelukannya<br />
"Hihihi, kamu gak banyak berubah ya sayang" Kata cindy, yang kemudian Mencium bibirku<br />
"hmmmmh" kaget juga aku di begitukan, tapi akupun mulai berani membalas ciumannya<br />
"untunglah lantai 7 seperti nya masih sepi, mungkin masih pada tidur" pikirku<br />
ketika aku membuka mata, tanpa melepaskan ciumanku, kulihat Nomer kamar Cindy .. '402' <br />
DEG !<br />
Terbayang wajah ratna disitu<br />
akupun melepaskan pelukan dan ciumanku ..<br />
aku terdiam, oh ratna maafkan aku<br />
"kamu kenapa val, masuk aja yuk" kata cindy <br />
<br />
aku masih terdiam, aku menyesali perbuatanku barusan<br />
Aku Sayang Ratna !<br />
Tapi Gak Mungkin aku ninggalin Cindy begitu aja !<br />
Oh My Goshh !!!<br />
<br />
Dillema !</div>
<div class="MsoNormal">
Oh Tuhan, Apa yang harus ku lakukan, Kalau aku masuk kedalam, artinya aku mengkhianati ratna<br />
tapi jika tidak, dan kemudian pulang, artinya aku mengkhianati cindy ..<br />
"Ah udahlah, si ratna gak ada di sini juga" Pikirku<br />
Akupun menerima ajakan cindy<br />
<br />
------------------------------------------------<br />
<br />
"Valdri, heh, kamu kok diem aja" kata cindy ketika kami sudah di dalam<br />
"Ehm,emmh,ehh,mmh" Aku rada ambigu<br />
sebenarnya di kedua telinga ku seperti ada yang berbicara<br />
"Inget ratna val, lo udah janji sama dia" Telinga kananku seperti menginstruksikanku<br />
"Udah, ada cindy di sini, ngapain mikirin yang jauh" Telinga kiriku seperti berteriak lebih keras<br />
"Iya juga ya, gue ngapain di sini juga ratna gak bakal tau" pikirku<br />
baru selesai pikiranku berbicara<br />
Cindy sudah membuka pembicaraan lagi<br />
"val, val, valdrii ! lu masih waras kan ?" Kata cindy menggoyangkan badanku<br />
"Oh eh, iya rat, emmh, maksud gue cin, masih kok haha" Kataku terbata<br />
"Rat ? Ehmm, udah punya cewe baru nih yaa haha" Kata cindy tertawa, tapi kulihat expresinya berubah<br />
<br />
AH SHIT ! Ketahuan, oh iya gue boongin dikit gapapa kali <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/smile.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="30" />)<br />
<br />
"Cewe ? hahaha, Mana mau gue pacaran sama si Hutabarat, males banget" Kataku mencoba tertawa<br />
"Hutabarat ? Cewe lu yang baru tuh ?" Expresi mukanya sedikit tersenyum<br />
"Dia dosen gue cin" kataku sambil tersenyum<br />
"Wuuu, dasar hahaha" Katanya sambil mendorongku<br />
Aku sekarang berada di posisi bawah, di bawah cindy<br />
Kami terus berpandangan, cukup lama<br />
Kulihat matanya sayu, wajahnya cantik sekali<br />
oh tuhan, apakah kau kehilangan salah satu bidadari di sana ?<br />
Tiba-tiba <br />
<br />
"It was like a time bomb, set into motion, we knew that we were destined to expl.." Ringtone HP ku yang baru<br />
belum selesai bunyinya, sudah ku tutup,karena jika kulihat tadi nomernya<br />
08xxxxxxxx402 .. sudah pasti itu ratna ..<br />
"Ah udahlah, tinggal ngomong kepencet" Pikirku<br />
"Kok di matiin val ?" Tanya cindy<br />
"Kalo di diemin berisik sayang" Kataku sambil membelai rambut lurusnya<br />
"Hihi, emang sms atau telephone ?" tanyanya lagi<br />
"Itu alarm kok, tadi pagi kayaknya aku Snooze deh, jadi nyala lagi" Kataku meyakinkannya<br />
"Oh iya deh, hehe" Kata ratna sambil menggeserkan badannya, sekarang kami berdua dalam posisi yang sama, Tiduran !<br />
"hihi, tadi kamu manggil aku sayang ya ?" Kata cindy<br />
"Emm, kelepasan, maaf ya" Kataku<br />
"gapapa kok, aku seneng" Katanya yang kemudian menatapku<br />
"eh, cin, kamu makin cantik aja" kataku jujur<br />
"iih gombal" Katanya sambil menjulurkan lidah<br />
Saat itu, karena ada kesempatan<br />
akupun menciumnya lagi, ah apakah cindy masih perawan ?<br />
Let's see it !<br />
Aku terus menciumnya<br />
"mmmmh, hmmmm, emmh" Erang lembut cindy<br />
Aku mulai aksiku seperti 6 tahun lalu<br />
Aku Remas payudaranya dari luar<br />
"Errrnnnnnghhh.." Erang cindy agak kaget, kulihat juga matanya terbuka<br />
tapi aku terus melanjutkan aksiku<br />
tampaknya cindy juga menikmatinya<br />
matanya kembali terpejam<br />
"haha, its the time" Pikirku<br />
Kubuka T-Shirt Pinknya, tak ada perlawanan<br />
cindy malah membantu mengangkat kedua tangannya<br />
(Oh iya, waktu itu cindy pake T-Shirt Pink, Hotpants Hitam,Bra & CD Putih)<br />
Terlihat gundukan payudaranya yang indah, ya memang tidak terlalu besar<br />
tapi masih lebih besar daripada saat aku memegangnya pertama kali<br />
"Valdriii, aaaah" Erang lembut cindy<br />
Hal itulah yang membuatku semakin berani<br />
Kubuka hotpantsnya, terlihat CD yang berwarna sama seperti Bra-nya<br />
"Gila nih cewe, cantiknya, mulusnya, gak ketulungan dah" Pikirku<br />
"Val, kamu tetep gak berubah ya hihi, masih mesum" Kata cindy sambil tertawa<br />
<br />
DEG !<br />
Masa gagal lagi sih, ah sabodo teuing, gak bakal gue gagalin lagi kali ini<br />
<br />
"Hmm, gimana ya, tiap liat kamu, aku nafsu sih" Kataku sambil menekan tengah CD nya<br />
"Huuuu dasar, pelan-pelan ya, aku masih Virgin" Kata cindy lagi<br />
"What ? Virgin ? Emangnya lo belom ngelakuin ginian sama cowo lo di sana ?" Tanyaku bingung<br />
"Lu udah baca surat gue belom ?" tanyanya sambil bangun dari posisi tidurannya<br />
Aku merogoh kantung celana belakangku<br />
Kubuka dompet, ku cari surat itu, karena seingatku, aku sudah memindahkan surat itu ke dompet<br />
Gak ada, oh iya, Tas !<br />
Pikirku cepat,sambil mengambil tas,<br />
ternyata di sana ada Album Photoku dengan cindy<br />
aku tak ingat pernah memasukannya<br />
"Inget ini gak cin ?" kataku sambil membuka album itu<br />
"Hah ? Lo masih nyimpen foto kita ?" Katanya, kulihat butiran air mata keluar dari matanya<br />
"Kenapa nangis sayang ?" Tanyaku<br />
"Waktu gue nulis surat terakhir itu, gue sedih banget, gue gak tau apa lo bakal inget gue terus" katanya sambil menangis<br />
<br />
DEG !<br />
Kasihan sekali<br />
<br />
"Jangan nangis dong, nanti muka cantik kamu jadi ilang" Kataku sambil mencium bibirnya<br />
"Gue disana gak pernah nerima cowo yang nembak gue val, karena gue sayang banget sama lo" Katanya<br />
"Buat ngebuktiinnya, gue rela lo ambil Virginitas gue" Katanya sambil tersenyum<br />
"What ? Beginikah orang yang jatuh cinta ?" Kataku dalam hati<br />
"Gue mau lo ambil semua yang gue punya, biar lo tau keseriusan gue sama lo" Katanya yang kemudian mencium bibirku<br />
<br />
Shiiiit !<br />
Akhirnya gue dapet juga nih cewe !<br />
<br />
akupun membuka T-Shirt, dan celana jeansku<br />
Tersisa Boxer, CD ku, dan tentu saja, Senjata kebanggaanku<br />
<br />
"Kamu Serius cin ?" Tanyaku<br />
Cindy hanya menangguk sambil mencium bibirku<br />
Aku membuka branya, hal yang menutupi pemandangan indah di tubuh cindy<br />
"Gila, Ni Toket makin mulus aja" Pikirku<br />
aku kemudian meremasnya, mengulumnya, memilinnya, apapun ku lakukan disitu<br />
"mmmh, ahh, enak val" Kata ratna, eh maksudku, cindy<br />
<br />
Kubuka boxerku, dan CD ku tak ketinggalan<br />
Cindy agak kaget melihat aksiku, dan Kemudian <br />
Jeng Jeeng *Sfx Heboh<br />
Keluarlah Mr. P ku<br />
cindy sepertinya kaget melihat batangku itu<br />
Tapi dia tidak melakukan perlawanan<br />
akupun berani membuka CD nya<br />
Dan, OMG Tak ada bulu 1 helaipun di Meqy nya Cindy<br />
Mulus sekali, oh my gosh ..<br />
Aku Menjilati,menciumi, apapun itu, kulakukan disana<br />
"Arghhh, emmmh, mmmmh, ahhh" Erang Cindy<br />
"Lo Apain memek gue vall,enak bangeett ahhhhh" Erangnya, Vulgar banget ..<br />
Kujilati Clitoristnya, dia malah menjepit kepalaku dengan pahanya<br />
Kurasakan ada cairan hangat menyembur dari Liat Kewanitaannya<br />
"Yaelah, baru gue giniin aja udah keluar" Pikirku<br />
Maklumlah, pertama kali, biasanya seperti itu<br />
Ku diamkan dulu beberapa saat,dan kulanjutkan kembali aksiku<br />
"arghh, valdrii, enak bangett, gilaaa arghh" Erang ratna<br />
Aku bangkit dari posisiku, dan menyiapkan senjataku<br />
Aku gesek perlahan di luar Mrs. V ratna, eh maksudku Cindy <i>Kenapa Ratna lagi sih</i><br />
<br />
Kulihat pandangan ratna sayu, cantik sekali<br />
"Pelan-pelan ya val, gue takut" Kata cindy<br />
"Iya sayang, nikmatin aja ya" Kataku sambil tersenyum<br />
Cindy memejamkan matanya<br />
Dan aku mulai mendorong Penisku perlahan<br />
"Aaah" Erang cindy, padahal baru masuk depannya saja<br />
kurasakan sensasi vaginanya, rapat sekali, hangat, nikmat<br />
Kudorong sedikit keras <br />
"Argghhhhh" Erangnya panjang<br />
sekarang seluruh kepalanya sudah masuk<br />
tapi ketika ingin kudorong lebih dalam, seperti ada yang menghalanginku<br />
Tapi kudorong agak keras<br />
<br />
Sret ! *Sfx Kain Robek<br />
<br />
"aaaahhhhh, sakit, perih, vall, perih banget ahh" Erang cindy, kulihat matanya mengeluarkan air mata<br />
kutarik sedikit penisku dari dalam<br />
kulihat darah mengucur dari sana<br />
"sudahlah, sudah terlanjur" pikirku<br />
aku masukan kembali, sekarang setengahnya<br />
mundur lagi, masuk lagi ..<br />
terus kulakukan dengan irama yang seimbang<br />
cindy tampak menikmatinya<br />
Hingga penisku sudah masuk semua,kudiamkan sesaat<br />
"Gila, anget banget" Pikirku<br />
aku mundurkan penisku, aku majukan lagi, mundur, maju, mundur<br />
terus begitu, hingga terdengar erangan cindy<br />
"aah, emmh, aah, nikmat banget val, ahh" katanya<br />
5 menit berlalu, kudengar ada SMS masuk ke HP ku,<br />
"Ah Biarin, paling operator" Pikirku<br />
<br />
10 menit berlalu, belum kurasakan Spermaku ingin keluar, <br />
"Cin, ganti posisi yuk" kataku<br />
"Kamu di atas ya" kataku lagi<br />
<br />
aku rebahan, dan cindy dalam posisi jongkok, dengan Penisku masih di dalam vaginanya<br />
"Naik turun aja cin, kaya pompa" kataku<br />
Cindy mulai menaik turunka pantatnya,<br />
"Argh sial, enak banget" Pikirku<br />
Akupun berpikiran untuk sedikit bercanda<br />
"Cin, gimana rasanya hilang keperawanan ?" Tanyaku<br />
"Rasanya, gimana ya, sakit, perih, enak, nikmat, dan gatel" Katanya<br />
"Kok gatel ?" tanyaku lagi<br />
"Gatau deh, sejak perih itu ilang, memek aku jadi pengen di giniin terus" katanya sambil mempercepat tempo naik-turunnya<br />
"ahh gila cin, nikmat banget" Kataku<br />
"Tuh kan, kamu juga ngerasain haha" kata cindy tertawa<br />
<br />
1 menit berlalu<br />
"Argghh, emmh, ehhm" Cindy mengerang, Orgasme kesekian kalinya<br />
tapi Penisku juga sepertinya sudah tidak kuat ingin mengeluarkan isinya<br />
"Ahh, aargh, cin, ahh" Erangku<br />
Dan Ahhhh<br />
Kami Orgasme dalam waktu bersamaan<br />
"hah, nikmat banget sayang, makasih ya" Kataku yang kemudian mencium bibirnya<br />
"Sayang, aku udah gak virgin, aku juga takut hamil, kamu jangan tinggalin aku ya" Kata cindy sambil menangis<br />
"iya sayang tenang aja" Kataku sambil membalas ciumannya<br />
"oh iya, tadi ada sms tuh di hp kamu" kata cindy mengingatkanku<br />
akupun mengambil hp, dan menge-cek sms yang masuk<br />
08xxxxx402 <br />
RATNA ?? Oh My Gosh<br />
<br />
isi pesan dari ratna<br />
<br />
"Sayang, lagi apa ?"<br />
"sayang kok gak bales ?"<br />
"Sayang, iih bales dong !" <br />
<br />
"hah ?" Kudengar cindy berbisik<br />
"lo ternyata udah punya cewe val ?" Tanya cindy sambil menangis<br />
<br />
DEG DEG DEG DEG DEG DEG !<br />
Jantungku berdetak kencang<br />
<br />
"Sial kalau ketahuan, ah shiit" Pikirku<br />
Telinga kiriku kembali berbisik<br />
"Save" hanya kata itu yang terdengar jelas<br />
Akupun berfikir sebentar, dan <br />
"OH IYA !" Batinku berteriak<br />
"Pacar ? Salah sambung nih, kalo pacar, pasti gue save nomernya" Kataku tertawa<br />
"Mmh, se..serius ?" kata cindy sedikit tenang<br />
"Iya sayang, tenang aja" Kataku kemudian mencium bibirnya<br />
"Sayang, aku lega" Katanya tersenyum sambil memelukku<br />
<br />
Ah untunglah ...</div>
<div class="MsoNormal">
Setelah kejadian itu, cindy meminta izin untuk mandi ..<br />
“Sayang, aku mandi dulu ya” Katanya<br />
“Iya, jangan lama-lama ya” Jawabku sambil tersenyum<br />
<br />
“Duh Ini Si Ratna harus di gimanain ya” Pikirku<br />
Akupun berfikir keras, selagi cindy di kamar mandi<br />
memikirkan alasan apa yang harus ku buat<br />
Hingga muncul sebuah Ide Gila !<br />
<br />
“Berhasil gak ya, ah cobain dulu deh, tapi gue takut gagal” Pikirku<br />
Sudahlah, biar ngebagi waktu antara ratna And Cindy bisa Gampang<br />
akupun mengirim SMS pada Ratna<br />
<br />
“Sayaang, maaf ya, tadi aku lagi ngobrol sama cindy, sahabatku waktu SMK” Isi pesanku<br />
1 menit<br />
2 menit<br />
3 menit<br />
<br />
Ratna Keluar dari kam…maksudku Cindy keluar dari Kamar mandi<br />
dia hanya mengenakan handuk untuk menutupi tubuh indahnya<br />
tapi cindy belum memb… maksudku ratna belum membalas SMS ku<br />
<br />
“Duh Gimana nih” Pikirku<br />
<br />
5 menit berlalu<br />
Cindy sudah mengenakan pakaian lengkapnya<br />
tetapi belum ada balasan dari ratna<br />
“Sudahlah, mungkin lagi tidur” Pikirku pasrah<br />
<br />
Akupun memilih ngobrol sama cindy,<br />
semua yang kami ingat tentang masa lalu, kami ceritakan kembali<br />
hingga cindy berkata<br />
“Val, kamu inget gak waktu dulu jaman PKL” Tanya Cindy<br />
“hmm, inget dong, gabakal lupa haha, emangnya kenapa ?” Tanyaku<br />
“Gapapa sih, cuma dulu aku punya sahabat, kalau gak salah dia PKL di PT. *** (Menyebutkan Perusahaan Tempatku Praktek Kerja)” Kata Cindy<br />
“Oh ya ? Gue Juga dulu PKL Di situ kok, siapa namanya ?” Tanyaku<br />
“Namanya Ratna, Dia dulu sahabat gue, dia anak SMK x” Kata cindy<br />
<br />
WHAT ? RATNA ?? ANJRIT ! GUE HARUS GIMANA ? OMG !<br />
(Sumpah gue bener-bener panik)<br />
<br />
“Oh ah eh, ehm, ratna ya haha” kataku bingung<br />
“Lo Kenal ga ?” Tanya cindy<br />
“oh eh, gak kenal sih, cuma tau aja” Kataku rada ambigu<br />
“Jadi gini Say” Kata cindy memulai cerita<br />
dia memintaku tiduran, jadi dia ingin cerita sambil aku memeluknya<br />
“Gini, Dia dulu sahabatku dari SMP, cuma waktu lulus SMP, aku milih SMK, Biar gampang kerja, nah dia milih jurusan Administrasi, di SMK x<br />
emang awalnya kita biasa aja, masih sering SMSan, telphonenan, curhat-curhatan, gitu deh, kaya sahabat biasa, nah waktu mau PKL, dia ngomong kalo dia PKL di PT. *** dia juga minta aku PKL di sana,<br />
cuma karena di PT. *** Udah ada kamu and kelompok kamu, makanya aku gak bisa PKL disana”<br />
<br />
Aku masih menyimak cerita cindy dengan serius, sambil memikirkan ratna<br />
<br />
“Nah waktu udah Selesai PKL, Ratna Nge-SMS aku lagi, isinya kalau gak salah ‘Cin, kamu di SMK b kan ? dari awal aku masuk PKL, aku ngeliat ada cowo ganteng loh’ blablabla aku lupa dia ngomong apalagi disitu<br />
nah, ratna bilang, dia suka sama cowo itu, terus aku nanya ‘emangnya ciri-cirinya gimana na ?’ .. nah dia sebutin ciri-ciri kamu<br />
jujur ya, dari waktu itu aku udah suka kamu, makanya aku gak pernah sampein salam dari dia, makanya ketika ratna tau kalo aku juga suka kamu, dia jadi anggap aku musuh dia”<br />
Kata cindy panjang lebar<br />
<br />
OMG ! Ratna & Cindy Bekas Sahabat ?<br />
Dan Hubungan Mereka hancur karena gue ??<br />
Astaga, ini cerita kok jadi kaya gini ??<br />
Biarin deh, namanya juga Novel !<br />
<br />
DEG DEG DEG DEG DEG DEG DEG<br />
Detak jantungku serasa 3x berdetak lebih cepat dari biasanya<br />
<br />
“Val, kamu kok diem ?” Tanya Cindy<br />
“oh ah eh, ehm gpp kok hehe” Kataku sambil deg-deg-an<br />
“yaudah deh, itu masa lalu hehe, sekarang kan kamu udah milik aku” Kata cindy lagi, sambil mencium bibirku<br />
<br />
5 menit kami berciuman tanpa melepaskan bibir dan pelukan<br />
akhirnya cindy melepaskan ciumannya, dan berkata<br />
<br />
“Besok kita ke bandung yuk, aku kangen bandung” Kata cindy<br />
<br />
DEG !<br />
Gimana Nih ??<br />
<br />
Astaga, Makin Dillema<br />
<br />
“Y..ya..ya ud..ya udah deh, ha,,hayu aja” Kataku deg-deg-an<br />
“Hehe sip deh” kata cindy sambil melanjutkan ciumannya ke bibirku<br />
<br />
Sambil ciuman, aku tak bisa berfikir jernih ..<br />
bukan karena ingin melakukan hubungan sex lagi, tapi jujur, aku bingung memikirkan besok ..<br />
Nafsu sex ku entah kenapa hilang, aku malah deg-deg-an dan TAKUT !<br />
<br />
“Sudahlah, pasrah akan hari esok” Pikirku sambil menghela nafas</div>
<div class="MsoNormal">
Waktu Jam HP ku sudah menunjukan pukul 23.17 tapi aku belum juga bisa tertidur aku memikirkan besok aku harus gimana .. kulihat cindy sudah tertidur pulas .. kupeluk dia dari belakang, sambil kuciumi rambutnya Harum sekali wanita idamanku ini .. dan sialnya lagi, wanita idamanku ini sangat mencintaiku, sampai-sampai dia rela memberikan keperawanannya padaku jujur, ada rasa senang di hatiku, ada rasa bangga dihatiku, dan yang paling menggangguku adalah, rasa menyesal, yang teramat sangat rasa takut yang sangat menakutkan, dan rasa sedih yang tak tahu kenapa sebabnya Jika bisa di jabarkan secara kalimat mungkin hasilnya seperti ini -Senang : 2 Orang Wanita Yang ku cintai, ternyata sangat mencintaiku -Bangga : 2 Wanita Cantik yang kucintai, telah ku ambil keperawanannya -Menyesal : Aku Telah Merusak harga diri dari 2 wanita cantik yang sangat kucintai -Takut : Aku takut memikirkan segala kemungkinan yang terjadi esok hari -Sedih : Aku Sedih, kenapa aku malah curhat di Cerita ini ( Kembali ke cerita Entah kenapa, mataku tertutup, mungkin hanya 5 menit pikirku ternyata saat ku membuka mata, itu sudah pukul 6.47 .. “sayang, bangun sayang” Suara Lembut cindy membangunkanku Aku membuka mata, dan melihatnya “Gila, ni cewe baru bangun tidur aja cantiknya gak ketulungan ” Pikirku “Mandi duluan gih sayang” Kata cindy “Ehm, iya sayang, bentar ya” Kataku sambil membawa handuk dan HP Kenapa HP ? Kalian mungkin sudah tahu Yap, Ratna ! Aku menyembunyikan HP ku di saku Boxerku, jadi cindy tidak curiga Saat di kamar mandi, aku nyalakan Keran Washtafel sehingga seperti sound effect aku sedang sikat gigi disana aku langsung mengeluarkan handphoneku ku lihat ada Sebuah icon surat dengan * Warna Merah dan angka 16 bagi yang pakai Android atau Blackberry mungkin sudah tak asing ya, itu Notification SMS ku 16 SMS ? “Gila, Fans gue pada kangen” Pikirku konyol saat ku buka Pesan itu, ternyata isinya cukup mengagetkan 1 Pesan Dari Operator dan 15 Pesan dari nomor tak dikenal dan benar saja 15 Pesan dari Nomor 08xxxxxx402, sudah pasti ratna Dengan penasaran, kubuka Thread Tersebut, isinya cukup mengagetkan dan cukup membuat jantungku berdetak lebih cepat Pesan dari bawah ke atas 15 :Sayang Kok gak bales ? 14 : Sayang Lagi apa ? 13 : sayang, lagi dimana ? 12 : sayang, iih kamu ngebetein ! 11 : say say say say sayangkuu ! 10 : Sayang, kamu ngapain aja disana 9 : Sayang. kok aku dicuekin ? 8 : Sayang, kapan kamu pulang ? – - – - 3 : VALDRI JAWAB ! 2 : Heh kok gak bales ? 1 : Maaf baru bales sayang, tadi ketiduran, tadi kamu bilang temen waktu SMK ? Namanya Cindy ? Beneran ? buat yang gatau, maksud ane dari bawah ke atas itu dari SMS yang TERAKHIR masuk sampe ke yang PERTAMA masuk DEG ! DEG ! DEG ! Gue harus jawab gimana ini, ayolah, siapapun bantu gue akupun memilih untuk mandi, dan memikirkannya nanti 5 Menit berlalu akupun keluar dari kamar mandi, kulihat cindy hanya sedang mengenakan Bra dan CD Pink sambil bercermin dan menyisir rambutnya lalu dia melirik genit padaku jujur, aku tidak nafsu pada saat itu .. “Udah mandinya sayang ?” Kata cindy sambil menghampiriku aku tak menjawab, hanya tersenyum cindy mencium bibirku sambil memelukku aku ingin membalasnya, tapi pikiranku masih berkecamuk “Udahdeh, apa salahnya” Pikirku aku balas merangkulnya dan membalas ciumannya 3 menit kami berciuman, cindy lalu melepasnya dan berkata, “Ke bandung sekarang aja yuk” Ajaknya “Hah ? ahh, sudahlah aku pasrah” Pikirku lemas “Yaudah deh, yuk” Kataku sambil tersenyum tepatnya memaksakan untuk tersenyum ———————————— Singkat cerita kami sudah sampai terminal di bandung, sepanjang perjalanan cindy tertidur, hingga aku bisa meluangkan waktu untuk membalas SMS ratna “sayang, maaf bangett, aku ketiduran kemarin” Isi SMS pertamaku 1 menit kemudian dia membalas “Huu, pantesan aku di cuekin ” Katanya “Maaf banget sayang ini aku lagi OTW ke bandung” “asik asik, anterin aku jalan-jalan ya, aku kangen banget sama kamu ” Katanya Jika Agan-agan sekalian menyimak cerita ini dari awal, pasti nyesek banget pas baca “Aku kangen banget sama kamu ” kenapa ? gak tau ya, tapi mungkin ada beberapa yang sedih saat membaca itu Jujur, saat baca sms itu, aku pengen nangis, tapi malu dong, Gue Cowo, di bis pula “Iya sayang, aku pasti temenin kok :’) ” Janjiku pada ratna “Makasih sayang :* ” Balas ratna lagi “Yaudah aku tidur dulu ya, biar nanti seger pas nemenin kamu” Kataku “Iya sayang :* :* :* Love Youuuuuuuuuuuuuuuuu” Isi SMS Terakhir Ratna Deg ! aku harus gimana ? apa yang harus kulakukan ? Aku Bingung, gelisah, takut Oh My Gosh !</div>
<div class="MsoNormal">
Singkat Cerita bis yang kami tumpangi sudah sampai di terminal leuwi panjang<br />
Tapi cindy masih tertidur, akupun berusaha membangunkannya<br />
“Cin, bangun cin, udah sampai” Kataku sambil menggoyang badannya<br />
“hah ? hmmh huaah” kata cindy,mungkin nyawanya belum terkumpul<br />
“Bangun hoi, kita udah di surga” Gue bercanda<br />
“Hah ? Sialan lo, lo pikir gue udah mampus hahaha” Kata cindy berusaha tertawa, suaranya masih belum terlalu keras<br />
“Yaudah langsung ke kost-an lu aja deh” Kata cindy lagi<br />
<br />
DEG !<br />
Kenapa deg-deg-an lagi ya<br />
<br />
“Y…yaudah deh, yuk” Kataku<br />
<br />
Kamipun pergi ke kostan ku di daerah B**hB*t*<br />
ketika sampai, kulihat keadaan sekitar kostan,<br />
untunglah sepi, tinggal masuk kedalam<br />
ketika di dalam, aku berjalan perlahan, agar bisa mendengar jika ada suara penghuni kostan lain<br />
Ternyata tak ada, dengkuran pun tak ada<br />
<br />
Kulihat ke dapur, ada 3 Buah Surat<br />
mungkin lebih tepatnya Memo<br />
<br />
Isinya :<br />
Surat Pertama<br />
“Untuk yang pertama baca surat ini, tolong kasih tau ke ibu kost dan penghuni lain, saya mau pulang kampung, ayah saya sakit keras, maaf tidak pamit”<br />
Surat Ke-2<br />
“Untuk yang membaca, tolong sampaikan pada ibu kost, saya ada tugas ke papua, mendadak, tolong sampaikan, terima kasih”<br />
Surat Ke-3<br />
“Untuk yang ngeliat pertama kali surat ini, tolong sampaikan 2 pesan orang tadi, saya lagi di jakarta, liburan, Thanks !”<br />
<br />
Di Kostan ku ada 6 Kamar<br />
1 Kamar Ibu Kost<br />
1 Kamar Kosong<br />
dan 4 Kamar Kostan itu sendiri<br />
3 orang pergi dan artinya tinggal 1 kamar yang ada orangnya<br />
Yaitu Aku !<br />
<br />
“Yeah, pas banget waktunya” Pikirku sedikit senang<br />
<br />
Akupun langsung menuju ke kamarku di lantai 2<br />
<br />
Di dalam kamar, cindy langsung menuju ke kasurku, dan menarik selimut<br />
“Aku masih ngantuk sayang, sini temenin aku tidur yuk” Kata cindy<br />
Memang aku juga masih ngantuk, sudahlah, tidur lagi aja<br />
“Iyadeh sayang” kataku sambil membuka jeansku dan langsung ke kasur<br />
ketika sampai di kasur, cindy langsung menciumiku, memelukku, dan bahkan memegang batang kemaluanku<br />
“Sayang ah, jail banget” Kataku<br />
“Hihi biarin dong, aku kan pacar kamu” katanya sambil tertawa<br />
karena saat itu aku mungkin sedang tidak memikirkan ratna, nafsuku pun bangkit<br />
Kubalas ciumannya, ku remas payudaranya, dan tentu saja, kulucuti pakaiannya<br />
<br />
“Sayang, santai dong, pelan-pelan hihi” Kata ratna, eh maksudku cindy<br />
Kubuka celana jeansnya, kulihat ada CDnya yang berwarna biru muda, sewarna dengan BRAnya<br />
Kujilati sekitaran CD itu, Cindy malah menggelinjang<br />
mulutku sibuk menjilati Vaginanya<br />
tangankupun kugunakan untuk menarik CD nya ..<br />
“hmm, gila ni memek, masih rapet aja” Pikirku<br />
mulutku melanjutkan tugasnya<br />
sekarang giliran tanganku yang bekerja di tempat lain, dia kusuruh meremasi payudara cindy yang indah<br />
Mungkin, kalau tangan ku bisa berbicara, mereka akan berkata<br />
“Woi, Ini benda apaan, kok enak banget” hahaha<br />
<br />
“Sayang, ahh pelan-pelan dong sayang” Cindy meracau<br />
Aku hanya melanjutkan pekerjaanku<br />
<br />
2 menit berlalu<br />
Cindy Menekankan pahanya, hingga kepalaku terjepit disana<br />
Kurasakan ada cairan hangat menyemprot dari dalamnya<br />
kudiamkan sebentar, lalu kemudian aku bangun, dan membuka celana ku<br />
“Sayang, mau ngapain lagi, hihi” Kata cindy tertawa, imut sekali wajahnya<br />
<br />
kukeluarkan batang kemaluanku, cindy hanya memandanginya<br />
“Sayang, emutin batangku dong” Kataku<br />
“emmh, yaudah deh sini” Kata cindy sambil mengulurkan tangannya dan tersenyum<br />
<br />
Gila, tangannya lembut, hangat, dan mulus !<br />
cindy memaju mundurkan genggaman tangannya di Mr.P ku<br />
nikmatnya, aah banget deh<br />
<br />
“Masukin ke mulut kamu dong sayang” Kataku<br />
awalnya cindy membuka mulutnya, lalu menjilatinya<br />
cindy menjilati seluruh batang kemaluanku<br />
“Aaah, sayang enak banget” Aku Meracau<br />
Setelah dirasanya cukup, dia kemudian memasukannya ke mulutnya<br />
“Mmmh, gila, mantap banget” Pikirku<br />
Dia memaju mundurkan kepalanya, dari tempo yang perlahan, sedang, sampai sangat cepat<br />
<br />
mungkin karena terlalu bersemangat, Mr. P ku menusuk tenggorokannya<br />
“Hukk huek, uhuk” Katanya sambil memegangi lehernya<br />
“kamu kenapa sayang” Kataku<br />
“Keselek hmmmh uhuk hehe” katanya masih terbatuk<br />
“kasian, yaudah deh, aku masukin sekarang aja ya sayang” Kataku bersemangat<br />
“Iih main masuk-masukin aja hihi, yaudah” katanya sambil tiduran<br />
<br />
mulanya aku gesekkan di luarnya, perlahan<br />
karena memang sudah tidak kuat, aku masukkan kepala Mr. P ku<br />
Cindy tersentak, tapi kemudian tenang lagi<br />
Kumasukkan sedikit demi sedikit, kukeluarkan lagi, masuk lagi lebih dalam, kukeluarkan lagi<br />
hingga sudah masuk semua, kudiamkan sebentar, dan mulai memompanya<br />
Maju mundur maju mundur<br />
ah, nikmatnya<br />
<br />
“ah ah ah aah aah sayang aah aah” Kata Cindy Meracau<br />
“Aaah sayang, enak banget aah” Kataku<br />
“aaaaaaaaaaaah, sayang ak..aku kelu..keluar” Kata ratna, eh maksudku candi, eh cindy<br />
tubuhnya mengejang, kulihat tubuhnya lemas, kasihan juga, tapi aku masih belum mau keluar<br />
Kugenjot lagi batang kemaluanku di Vagina cindy, hingga saat aku mau keluar, kudiamkan sebentar<br />
“hah hah, kok berenti sayang” Kata cindy<br />
aku tak menjawab,<br />
10 detik kemudian, aku mulai menggenjot Penisku lagi<br />
tak sampai 30 detik aku menggenjot<br />
badan cindy sudah menegang kembali<br />
“Aaaaah, sayang, aku ss..sampe lagi aah” Katanya<br />
kulihat badannya lemas lagi<br />
Aku tak peduli, kugesek lagi batang kemaluanku, terus terus dan terus<br />
sampai 5 menit kemudian, aku merasa Sperma ku ingin bebas<br />
dan<br />
“aaaaaaaaaaah” Lenguhku<br />
“aah sayang, enak banget” Kata cindy<br />
“iya sayang, makasih ya” Kataku sambil mencium bibirnya<br />
kamipun tertidur sambil berpelukan<br />
ketika terbangun, aku mengambil HP, bermaksud melihat Jam<br />
ketika ku lihat, waktu sudah menunjukkan pukul 13.07<br />
dan ada 3 pesan masuk<br />
Kulihat, semuanya dari 08xxxxxx402<br />
yap, siapa lagi kalau bukan ratna<br />
<br />
Pesannya tidak terlalu membuatku kaget<br />
isinya :<br />
“Sayang, nanti sore jadi kan temenin aku jalan”<br />
“Sayang, kok gak bales”<br />
“Oh iya kamu lagi tidur ya, yaudah, kita jalan dari jam 2 sampe maleeeeem banget yaa, Misss youuuuuu :* :* ”<br />
<br />
“Yap, jam 2, untunglah” kataku dalam hati<br />
kulihat ratna tertidur pulas<br />
akupun mandi, dan bersiap-siap<br />
untuk alibi yang kuat, aku bawa tas, dan beberapa buku kuliah<br />
<br />
ku bangunkan ratna, bermaksud untuk pamit<br />
“Sayang, aku ada janji sama dosen jam 2, kamu sendirian di sini gpp kan ?” Kataku<br />
“mmmmmeeh. huaaah, emang sekarang jam berapa” tanyanya<br />
“Udah jam setengah 2 sayang, gpp kan ?” tanyaku lagi<br />
“ya udah gpp, jangan pulang malem-malem ya” Katanya<br />
“Iya sayang,pasti” Kataku sambil mencium bibirnya cukup lama<br />
akupun pergi menggunakan motor<br />
sudah pasti ke rumah ratna<br />
<br />
“Ah, indahnya hari ini” Pikirku<br />
“Semoga sesuai rencana” Pikirku lagi<br />
<br />
akupun melanjutkan perjalanan ke rumah ratna</div>
<div class="MsoNormal">
dalam perjalanan ke rumah ratna, aku sedikit bertanya, apakah ratna akan curiga ?<br />
apakah ratna akan bertanya “Kamu kok jadi beda” <br />
Akankah ratna .. arghhh semua pikiran itu berkecamuk di pikiranku <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/cry.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif" width="30" /><br />
Teman, jika kau tahu penderitaanku ini, kau akan sangat GALAU<br />
15 menit perjalanan terasa sangat cepat, selama perjalanan aku hanya memikirkan RATNA<br />
Di depan rumah ratna, aku hanya membuka pagar, dan langsung memakirkan motorku di garasi, ketika keluar garasi, aku lihat gerbang sudah di tutup<br />
“Perasaan gue belom nutup deh” umpatku dalam hati<br />
“Ah udahdeh, palingan lupa” Kataku lagi<br />
Ketika hendak menuju pintu utama ..<br />
“BAAAAAAAAAAAAA” Kata ratna keluar dari balik tembok, seraya mengagetkanku<br />
aku terperanjat, aku kaget, sumpah, aku sampe loncat dari tempatku itu<br />
“Sialan kamu rat, ngagetin aja hahaha” umpatku <br />
“hihi, maaf sayang, masuk yuk, kaka lagi ke Surabaya, ada seminar gitu deh” ajaknya<br />
“Asik, bias dong” kataku seraya menatap nakal padanya<br />
“iih sayang genit hihi” katanya seraya menarik tanganku untuk masuk<br />
Di dalam rumah, aku merasakan hawa yang aneh, entah kenapa rasanya romantic banget ..<br />
“Sayang, kita langsung ke kamar kamu aja yuk, aku pengen … “ Belum selesai aku berbicara ratna sudah menebak asal<br />
“Udah gak kuat pengen ML Yah, hahaha” Katanya sambil naik ke tangga, ke kamarnya<br />
sebenarnya, aku bukan NAFSU ingin melakukan SEX, tapi jujur, aku ingin berduaan sama ratna, aku ingin merasakan saat-saat romantis dengannya<br />
Di dalam kamar ratna,<br />
kulihat dia sudah tiduran di kasurnya, dengan selimut tebal membungkus badannya, dia langsung mengajakku untuk masuk ke dalam selimutnya itu<br />
“sini, masuk dong sayang” ajaknya<br />
aku langsung membuka jacket, dan langsung masuk kedalam selimut, ketika di dalam, kurasakan kakiku bersentuhan dengan kakinya, DINGIN ?<br />
aku peluk tubuhnya yang indah, dan kurasakan ..<br />
ternyata, dia sudah tidak memakai baju !<br />
“Sayang, kamu udah telanjang ?” Tanyaku sambil menyibak selimut, dan melihat pemandangan indah di situ<br />
“hihi, katanya kamu udah gak kuat pengen ML” Katanya<br />
kemudian dia mencium bibirku, dan entah kenapa, aku tak bernafsu membalasnya<br />
ratna hanya menciumi bibirku sambil membuka Ikat pinggangku dan celana jeansku<br />
well, aku diam saja saat itu<br />
ketika celanaku sudah terbuka, dia langsung menyibak boxer dan celana dalamku, dan langsung mengelus Penisku yang sudah tegang<br />
“Emang sih gak nafsu, tapi tangan dan kemaluan kan punya pikiran sendiri” Pikirku sambil tertawa kecil<br />
“kok ketawa sih sayang, geli ya” Kata ratna sambil menurunkan kepalanya menuju penisku<br />
“hihi enggak kok sayang” kataku sambil mengelus rambut indahnya<br />
ratna langsung memasukkan penisku ke mulutnya, dan langsung mengurutnya <br />
kurasakan lidahnya membelit penisku, nikmat sekali rasanya<br />
“mmmmh, mmmmeh, mmmerh” ratna berbicara, namun apa daya, GAK NGERTI !<br />
“Kamu ngomong apa sih sayang” Kataku sambil mengelus rambutnya<br />
“Bbb.aaaaah” suara yang keluar dari mulutnya ketika melepaskan penisku<br />
“ih ini barang kamu bikin suara aku jadi sexy deh” Katanya sambil tertawa<br />
“Sexy darimana, gak keharti ai kamu” kataku dengan nada “Sunda Pisan”<br />
“Kamu mau ngomong apaan sih sayang” Kataku<br />
“Hmm, kasih tau gak yaa” katanya sambil kembali menggenggam penisku<br />
“kasih tau dong” kataku penasaran<br />
“aku sayang kamu valdri” Katanya sambil mencium bibirku<br />
“mhh, hmm mmmh” kataku sambil berusaha melepaskan ciumanku<br />
“iih kenapa dilepas” protesnya<br />
“Aku lebih sayang kamu ratna” Kataku sambil melanjutkan ciuman kami<br />
kulihat matanya mengeluarkan butiran kecil<br />
“Kamu kenapa nangis” Tanyaku<br />
“Aku takut kehilangan kamu val” Katanya, kulihat air matanya makin deras<br />
DEG !<br />
Selintas teringat wajah syahrini #eh<br />
maksudku selintas terlihat wajah cindy di tembok putih kamar cindy<br />
<br />
“valdri, kamu kok diem” Tanya ratna<br />
“gapapa sayang” kataku sambil mencium bibirnya kembali<br />
Terpikir, rasanya aku ingin selamanya seperti ini, aku ingin hubunganku dan ratna tidak terganggu dengan embel-embel cindy di pikiranku, well, memang cindy sangat cantik, kaya, pintar, dsb ..<br />
“She’s Perfect” Pikirku<br />
Tapi apa yang kulakukan sekarang mungkin terlihat biasa di mata banyak orang, jujur, aku ingin memiliki keduanya, walaupun hatiku (sebenarnya) hanya untuk ratna<br />
Ratna tak kalah cantik dari cindy, ratna tak kalah pintar dari cindy, yang beda dari ratna dan cindy adalah, ratna memang kaya raya, tetapi penampilan dia sangat sederhana ..<br />
beda dengan cindy, mungkin cindy akan menghabiskan seluruh kekayaan nyokapnya agar penampilannya yang cantik terlihat LEBIH cantik ..<br />
Tapi, jauh di dalam hatiku, aku ingin memiliki wanita cantik yang NATURAL<br />
(Am I the only one ?)<br />
Setelah berpikir lumayan lama, tanpa sadar, ratna sudah mengulum penisku, kurasakan nikmat, dan kehangatan yang luar biasa ..<br />
“Sayang, aah” kataku mendesar, entah kenapa<br />
“sayang, kamu juga jilatin m*mek aku dong” pintanya<br />
Well, seperti yang kalian pikirkan, 69 <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/biggrin.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif" width="30" /><br />
Aku menjilati vagina ratna, kuhisap clitoris nya, kugigit kecil permukaan vaginanya, aku “Plug in-and-out” lidahku di liang vaginanya<br />
“mmh, aaah, mmmmmhhhh” Erang panjang cind … maksudku ratna<br />
kurasakan cairan hangat membasahi mulutku, bersamaan dengan dijepitnya kepalaku oleh pahanya<br />
Ratna terkulai lemas, kurasakan penisku tak lagi di mainkan olehnya,<br />
“it’s show time” pikirku<br />
Aku beranjak dari posisiku, membuka selangkangan ratna, dan kugosokkan penisku di vaginanya<br />
“Sayang, bentar dulu dong, aku masih lemes” Tolak ratna, hanya berbicara, tanpa perlawanan<br />
“Aku udah gak kuat sayang” Yap, alasan semua pria ketika ingin memasukkan penis kedalam vagina teman wanitanya<br />
Ratna hanya menutup wajahnya dengan kedua tangan, dan aku menekan perlahan penisku di lubang vaginanya<br />
lumayan cepat usaha pertamaku, hanya dengan 1 dorongan, setengah dari penisku sudah masuk kedalam vagina ratna<br />
“Aaaah, pe……lan-pe..la…..nn aaaaah s.s.s.sssay….ang, sss…ssssakit bbbb..banget” kata ratna<br />
“Maaf sayang, aku udah gak kuat bangett” Kataku tanpa mempedulikan ratna<br />
“iyadeh aku tau kamu udah gak kuat, tapi pelan-pelan sedikit ya sayang” Ucapnya lembut sambil tersenyum manis<br />
Deg !<br />
Senyumannya itu, ah, bagai bidadari labil dari khayangan yang baru di beliin Blackberry baru sama nyokapnya #PerumpamaanUp2Date<br />
Akupun menuruti kemauannya, perlahan tapi pasti kudorong masuk penisku ke lubang vaginanya, pelan-pelan, tarik keluar, pelan-pelan masukkan, dan begitu seterusnya hingga penisku terbenam seluruhnya<br />
“aah, aah, sayang, aah e..nnaa..aaakk bbb..aaa..nngg..eeett” Erang ratna<br />
“iya say..aah..anng..aah, eenn…aaa..akk banget” Erangku tak mau kalah<br />
Tak lama setelah erangan kami berdua, ratna meminta sesuatu yang ‘beda’<br />
“Sayang, aku pengen nyobain ngegenjot dong” Kata Ratna<br />
“Maksudnya ? Pengen di atas ?” Tanyaku<br />
“Hmm, iyah” Katanya<br />
Well, dengan penisku yang masih di dalam vaginanya, kami bertukar posisi<br />
ratna sekarang berada di atas, dan .. sudahlah, kalian tahu sendiri aku pasti di bawah<br />
kalo sama-sama di atas, sama aja kaya naik odong-odong<br />
“aah, mmmh, aah” Erang cin,, ehm, ratna sambil menggenjot vaginanya<br />
entah kenapa, cindy selalu ada di pikiranku<br />
“aah, say..sa..sayaa.nngg aahhkk.khuuu sammm….mmpppee” Erang panjang ratna<br />
Kurasakan penisku pun sudah tidak kuat lagi, dan sudah mencapai puncaknya<br />
“aaah sssayang, aakk…akku juga mau kke..llluu..keluuaarr” Erangku<br />
Hingga, Crot..Crot..Crot Spermaku tumpah di dalam vagina ratna, bercampur dengan “Ratna Love Juice” ..<br />
“aah,sayang, enak bangeet” Kata Ratna sambil terkulai lemas<br />
“iya sayang, makasih ya” kataku sambil mencium keningnya, dia memelukku, dan menyandarkan kepalanya di dadaku<br />
“Sayang, aku gamau kehilangan kamu” Kata ratna, kudengar suaranya parau, kulihat matanya, mengeluarkan air mata ..<br />
Deg !<br />
Ratna, andai kamu tahu, aku juga tak bisa melepaskan cindy begitu saja<br />
CINDY ! I Got it !<br />
“Cindy, kalau masih ada dia, gue gak bakal bisa setia sama ratna” Pikirku<br />
“Iya sayang, aku gak bakal ninggalin kamu kok” Kataku sambil mencium bibirnya sekilas<br />
“Janji ya sayang” Kata ratna sambil masih menangis<br />
“iya sayang, janji” Kataku sambil mengulum bibir tipisnya<br />
“if Tomorrow Maybe I’ll die, I hope, I wil always be here” Kata ratna sambil menggerakan tangannya ke arah dadaku<br />
“That’s Impossible” Kataku sambil menatap matanya dalam-dalam<br />
“Why ?” Tanyanya, kulihat matanya mengeluarkan air mata makin banyak<br />
“You Can’t Always Stay In My Heart, Because You’re my heart” Kataku sambil mencium bibirnya, cukup lama<br />
“Sayaaaaaaaaaaaaaaaaaang” Katanya sambil memukul manja<br />
Dia kembali memelukku dengan keadaan kami berdua (Masih) Tanpa pakaian<br />
Kulihat langit-langit kamar ratna, terlihat wajah cindy sedang tersenyum di sana<br />
“Aaah Shiiit ! Cindy lagi” Pikirku kesal<br />
Hingga terpikir suatu ide GILA !<br />
“Sayang, semester 3 kamu udah selesai belum ? “Tanyaku<br />
“Minggu depan selesai sayang, terus kayaknya libur 4 hari” Jawabnya<br />
“Kamu mau gak ambil cuti 1 semester” Tanyaku sedikit canggung<br />
“Maksud kamu ?” Tanyanya<br />
“Kita sama-sama ambil cuti 1 semester, terus selama kita cuti, aku pengen berdua aja sama kamu, Gimana” Tanyaku mantap<br />
“Kamu serius ?” Tanya ratna<br />
aku tak menjawab, hanya diam sambil menatap matanya dalam-dalam<br />
“Deal” Katanya sambil mencium bibirku<br />
“That’s My Girl” Kataku sambil kembali melakukan memeluknya dan menindih badannya</div>
<div class="MsoNormal">
Setelah Tercetus Ide Gila itu, kami berdua sama-sama mengambil cuti selama 1 semester dan packing semua barang-barang kami ..<br />
ya, aku ingin lepas dari bayangan cindy, dengan pergi begitu saja tanpa kabar ..<br />
kulihat SMS terakhir dari cindy,<br />
“Sayangkuu, cepet pulaang, aku kangeeen” <br />
aku tak mempedulikannya, aku ganti nomer hp ku, dan ku SMS semua contact ku, kecuali cindy<br />
“Sayang, aku udah selesai nih” Isi SMS dari 08xxxxxx402<br />
“Okedeh sayang, kita langsung berangkat sekarang gmn ?” Isi SMS Balasanku<br />
“emang pesawatnya take-off jam brp ?” Isi SMS Ratna selanjutnya<br />
“Jam 13.45 sayang, sekarang udah jam Set. 9” Isi SMS <br />
<br />
aku akan ke amerika dengan pesawat telepon eh maksudku pesawat terbang, dari Jakarta<br />
dan sekarang aku di bandung ..<br />
“bandung – Jakarta aja udah hampir 2 jam<br />
kira-kira aku sampai di sana jam setengah 11, makan, nungguin sebentar, berangkat” Hitungku dalam kepala<br />
“Yaudah deh sayang, kamu jemput aku ya” Isi SMS Ratna<br />
Aku tak membalas, langsung saja menaiki taxi yang kupesan, yang memang sudah dating<br />
Sedikit cerita<br />
Aku punya sahabat waktu SD Kelas 1<br />
Namanya Steven Junior ..dia keturunan Amerika – Perancis<br />
tapi waktu TK sampe SD Kelas 1 dia sekolah di Indonesia dan begitu kelas 2 langsung pindah ke amerika<br />
Sekitar awal semester 2, aku sedang lihat-lihat facebook, dan mataku tertuju pada sebuah Account<br />
“Steven Harold Fitcher Jr” <br />
aku pikir itu si Steven Junior, lalu aku add account itu dan ternyata dia langsung Meng-Approve Permintaan ku<br />
Ternyata dia sedang Online<br />
kumulai chat dengannya<br />
“Hey Dude” sapaku sok akrab<br />
“Yeah, What’s up” Jawabnya<br />
“Okay man, to the point, do you have spend your child time in Indonesia ?”<br />
“yeah, I’m Indonesian till Elementary 1st Grade”<br />
“How you know me ?”<br />
“This is valdri, remember ?”<br />
“Valdri ? Hmm, wait your name was similliar”<br />
“Come on, we are classmate”<br />
“yeah valdri, I know, how are you man” katanya<br />
“I’m fine, how about you ? “ jawabku<br />
“Aku baik-baik saja friend” Katanya dengan bahasa Indonesia<br />
Kami mengobrol panjang lebar, dan dia menawarkan suatu tawaran yang sangat WOW<br />
“Valdri, kalau kamu ingin ke amerika, kirim saja e-mail pada ku, aku akan mengurus semuanya”<br />
“wow Steve, that’s cool, maybe one day I will go there, can I have your e-mail ?”<br />
“SteveJr[at]Haroldfamily[dot]com .. don’t forget okay ?”<br />
Setelah percakapan itu aku dan steve jadi sering mengirim dan membalas masing-masing e-mail<br />
hingga detik ini, aku masih ingat janjinya, dan kukirim e-mail padanya<br />
“Steve, today I will go to America, can you be my tour guide ?” E-mail ku padanya<br />
hanya butuh 10 menit, e-mail balasan masuk<br />
“Oh Fuck, Really ? I Will Dude, I’ll give you all you need here” Balas e-mailnya sedikit lebay<br />
“Okay, saya akan kabari anda ketika saya sampai sana” balasku dengan bahasa Indonesia baku<br />
dia tidak membalas lagi, dan tak terasa aku sudah sampai di rumah ratna<br />
Akupun menelpon ratna, <br />
“Sayang, aku udah di depan” <br />
“iya, tungguin bentar ya sayang”<br />
Klep ! *Sfx telepon di tutup<br />
Terlihat ratna keluar dari rumahnya, bersama kakanya<br />
Ketika sampai di pinggir pintu taxi, kakanya ternyata ikut<br />
“Val, gw ikut ya, sampe bandara aja” Kata kakanya dengan senyum<br />
“Iya ka, mau ikut ke amerikanya juga gpp kok” Kataku serius<br />
“haha bercanda aja kamu val, aku harus ngisi banyak seminar, biasalah seksi konsumsi” Candanya, oh iya kakanya ratna merupakan Lulusan Cum-Laude dari ITB dia juga pintar, ramah, dan mau tidak mau aku harus mengakui dia TAMPAN -__-<br />
<br />
Ketika sampai di bandara, aku mengajak Supir taxi, kaka ratna, ratna dan tentu saja aku sendiri untuk makan<br />
“Wah mas, gak usah saya malu” Kata supir taxi itu<br />
“Udah makan aja mas, ongkos taxinya tetep saya bayar full kok” Jawabku<br />
“bukan gitu mas…”<br />
“udah makan aja”<br />
waktu yang di tunggu pun tiba, 13.30 aku dan ratna bersiap untuk menuju pesawat<br />
“Val, titip adekku ya” Kata kakanya ratna sambil menepuk pundakku<br />
“Pasti ka, kaka jaga diri ya” Kataku sambil menjabat tangannya<br />
“Ka, aku pergi dulu ya” Kata ratna sambil memeluk kakanya<br />
kamipun berlalu ke pesawat<br />
tak lupa aku memberikan uang senilai 200 rb pada supir taxi itu, karena yang kutahu, argo taxi tak boleh di matikan, jadi pasti berjalan terus sampai dia dapat penumpang lain<br />
<br />
Yap, America, I’m Coming<br />
Perjalanan Di isi dengan tidur, makan, minum, dan tidur (lagi)<br />
Ratna tidur di pundakku, kulihat wajahnya damai, cantik sekali dia,<br />
Tiba-tiba terlihat wajah cindy dari luar kaca, dan aku tak mempedulikannya<br />
aku bahkan hanya tersenyum sambil berkata dalam hati<br />
“Cin, maafin aku, aku lebih sayang ratna” <br />
Ratna menggeliatkan tubuhnya sambil mendengus<br />
“hmmmmmh” <br />
Kucium bibirnya sekilas, dan tidur</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Sudah 4 Bulan berlalu semenjak kepergian aku dan ratna ke amerika, kami tinggal di rumah yang (ternyata) dibelikan Steve untukku<br />
Baru aku tahu, ternyata Steve merupakan anak angkat dari salah satu perusahaan IT ternata yang tentunya sangat sukses <br />
ya, seperti yang kalian pikirkan, steve sangat kaya raya<br />
dia membiayai segala kebutuhanku dan ratna disini, ah betapa baiknnya dia<br />
<br />
rencananya steve akan mengajak kami 'Refreshing' ke Las Vegas<br />
yap, Kota yang tidak pernah tidur<br />
atau mungkin jika kalian sudah pernah kesana, kalian akan menjulukinya ' Kota Penuh Dosa '<br />
Banyak Club malam disini, segala kenikmatan dunia bisa kalian temui di sini<br />
<br />
singkat cerita, aku, ratna, steve dan kekasihnya, Clara sudah sampai di Las Vegas<br />
steve menyewa 2 buah kamar di salah satu hotel bintang 5 yang terkenal akan makanannya yang enak (Yap, Makanannya yang enak)<br />
kami tiba di L.V Pukul 4 Sore, dan steve menyuruh kami istirahat sebentar<br />
pukul 7 malam, aku terbangun dengan ratna di sisiku ..<br />
aku mencium keningnya, aku memandangi wajahnya yang semakin cantik<br />
yap, sejak 4 bulan kami di sini, wajah kami banyak berubah, akupun sendiri kadang tak mengenali diriku<br />
sekarang aku lebih merasa PD dengan janggut tipis di daguku, ya mirip-mirip adam levine lah ..<br />
<br />
melihat ratna hanya mengenakan Bra Dan CD Merah, tiba" Penisku langsung naik ..<br />
aku pegangi payudaranya, dia hanya menggeliat geli, aku cium pipinya, tak ada reaksi, hingga aku remas payudaranya sedikit keras <br />
barulah ada reaksi yang sedikit berarti, dia memegang tanganku<br />
"Sayaang ih, aku lagi tidur enak juga" Kata ratna dengan suara masih lemas<br />
"hihi, abisnya kamu tidur cuma pake ginian doang" Kataku padanya<br />
"Kan sengaja, biar memancing kamu" Katanya yang kemudian mencium bibirku dengan lembut<br />
aku membalas ciumannya dengan pelan, karena aku tahu, ratna masih lemas, dan mungkin tidak terlalu bernafsu, dan lagi aku menyayanginya lebih dari saat masih ada cindy<br />
sekian lama aku disini, aku masih belum bisa melupakan cindy, ya memang bayangannya sudah tidak ada, karena aku yakin, ratna lah yang tepat untukku<br />
aku remas payudara ratna yang sekarang ternyata kurasa lebih besar dari waktu itu ..<br />
ratna hanya terus mencium bibirku sambil mengelus pipiku ..<br />
aku raba celana dalam merahnya ..<br />
ku gesekkan perlahan jariku di daerah vaginanya ..<br />
perlahan, cepat, makin cepat, dan .. kurasakan cairan hangat membasahi celana dalam ratna diikuti dengan erangan panjang ratna<br />
"eeeemmh, aaah, sayaang" <br />
"baru bangun tidur udah dikasih kaya ginian hihi" katanya sambil kemudian memegangi penisku dari luar celana pendekku<br />
aku hanya melanjutkan pekerjaanku, aku buka branya, dan juga CD-nya ..<br />
kurasakan udara dingin masuk kedalam selangkanganku yang ternyata CD ku sudah di buka oleh ratna, dan dia mengurut penisku menggunakan mulutnya,<br />
hmm, rasa hangat yang tidak akan pernah terlupakan ..<br />
"Enhhg, mmh, aarh" Erang kenikmatanku<br />
ratna semakin mempercepat tempo kocokkannya ..<br />
aku juga mulai mengerjai ratna, aku sentuh clitorisnya, aku gesek perlahan, ratna menggelinjang, aku jilati vaginanya, hingga kami mencapai posisi ' 69 '<br />
kami terus melanjutkan pekerjaan masing-masing, hingga <br />
"aaaaah, mmmhhh, errnngggh" Desahan ratna tertahan oleh penisku<br />
kurasakan cairan keluar dari vagina ratna,<br />
"okay, you've got twice, now it's my time" kataku meminta bagian<br />
"Sayang, bentar dulu dong aku masih capee" Ucap ratna lemas<br />
aku tak mempedulikannya, aku hanya mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya<br />
"Sayang, bent.....ahhhh" Hanya erangan yang keluar setelah aku memasukkan penisku kedalam vaginanya<br />
"aah, mmh, aah, sayang aah, mmh" Hanya itulah yang kuingat saat itu<br />
maju-mundur-maju-mundur, hanya itu juga yang kulakukan saat itu, hingga ratna berkata ..<br />
"sayang, aah, ganti posisi dong, bos.aah bosen gini teruuuhhh...russ" <br />
"Yaudah deh, gaya katak lompat jurang mau gak" kataku bercanda<br />
"iih bcanda mlulu" Katanya menepuk dadaku<br />
"Yaudah nungging gih, kita gaya anjing kawin" Kataku<br />
"<i>Doggie Style</i> Sayang, biar keren, hihi" katanya sambil berganti posisi <br />
"haha iyadeh" <br />
akupun mengarahkan penisku ke arah pant*t ratna yang mengkal dan ternyata sangat mulus<br />
Kumasukkan penisku ke vaginanya, perlahan tapi pasti .. dan<br />
Sleb ! *Sfx Kulit nabrak kulit<br />
"Aah, aah, say...aahh..sayaa..nngg..aaah" Erang kenikmatan ratna<br />
"Aaahh, I'm Gonna Cum.. aah .. I'm Cumm...aah I'm Cummiinnggggg" Erang Ratna <br />
Tubuhnya mengejang, vaginanya memijit-mijit penisku<br />
"Sayang, aah enak bangeet" Katanya sambil terkulai lemas<br />
aku tak peduli, aku belum mencapai puncak kenikmatan,<br />
aku hanya terus menggenjot penisku<br />
Hingga<br />
"aaah, ooh, uuh, aaaah" Crot.Crot.Crot Spermaku menyembur di dalam vagina ratna ..<br />
kami berdua terkulai lemas<br />
hingga aku ingat<br />
"Sayang, kamu kapan terakhir M ?" tanyaku<br />
"4 Hari lalu sayang" Jawabnya<br />
"Aah, untunglah" <br />
<br />
kulihat jam sudah menunjukkan pukul 7.45<br />
aku menelfon Steve<br />
"Steve, When we'll go out" tanyaku di telephone<br />
"In 15 Minutes, after clara finish her showers" jawab steve<br />
"Okay, i'll go to lobby, see you there"<br />
"Okay, bye" <br />
<br />
aku hanya memakai parfum dibadanku ..<br />
ratna hanya mencuci vaginanya, memakai parfum, dan memakai <i>Dress</i><br />
yang baru dibelinya 3 hari lalu di N.Y.C<br />
Kami berdua sudah sampai di lobby<br />
10 menit kemudian steve datang, bersama clara<br />
"okay, here we go" <br />
kami berangkat menuju tempat judi yang cukup terkenal, karena aku tidak mengerti tentang <i>Gambling</i> dan semacamnya<br />
aku hanya duduk bersama ratna sambil menikmati penampilan acoustic seorang gadis cantik di panggung<br />
dia Meng-Cover lagu <i>The Ready Set - Young Forever</i> suaranya membuat hati tenang, sambil bernyanyi, dia sering memandang kearahku, manis juga dia, walaupun aku tidak peduli dengan kecantikannya, karena aku sudah punya ratna<br />
ketika penampilannya selesai, dia turun panggung dan menuju backstage<br />
dan entah kenapa terasa aku ingin ke WC, akupun meminta izin pada ratna, dan langsung berlari<br />
setelah menanyakan pada salah satu pegawai di bar, akupun berlari keluar ..<br />
<br />
Di WC<br />
ternyata seperti kebanyakan TownSquare Di Indonesia<br />
WC nya 1 arah namun di bagi 2 di ujungnya, wanita ke kanan, pria ke kiri<br />
ketika aku sudah selesai, kulihat penyanyi wanita tadi ada di luar WC wanita<br />
dia memandangiku, akupun membalas memandanginya, kuperhatikan, sepertinya kami punya chemistry yang tak terlupakan<br />
aku tak peduli, dan langsung berjalan perlahan menjauhi WC, ternyata dia menunggu temannya, setelah temannya keluar dari WC<br />
mereka mengikutiku untuk keluar dari area WC<br />
hingga di ujung kulihat Steve, dan dia menyapaku<br />
"Valdri, Where Are you going ?" Tanyanya<br />
kudengar langkah high-heel 2 wanita tadi terhenti<br />
"Valdri, Is That You ?" Suara yang tak lain adalah suara penyanyi tadi<br />
aku menengok kebelakang, dan ternyata, dia langsung menyambar memelukku<br />
"Kamu kemana aja sayang, waktu itu aku nungguin kamu di Kost-an 2 hari gak pulang, aku kira kamu ninggalin aku gitu aja, makanya aku pulang kesini"<br />
Kata wanita itu dengan bahasa indonesia<br />
Steve hanya melongo melihat kami berdua<br />
"Kk..kamu siap..siapa ?" Tanyaku terbata<br />
"It's me cindy, baby" Katanya sambil mencium bibirku<br />
<br />
DEG !<br />
Cindy ?<br />
Oh My God, She's Here ..<br />
What The Hell, We'll meet here, in front of steve ..<br />
steve tahu aku pacarnya ratna, dan sekarang aku sedang dipeluk wanita lain yang baru saja<br />
mencium bibirku ..<br />
"Valdri, Who's She ?" Tanya steve bingung<br />
"I'm His Girlfriend from indonesia, I'm Cindy" Kata cindy sambil menjabat tangan steve<br />
"Val..valdri..is that true ??"<br />
<br />
Oh Tuhan, Hidupku Hancur mulai sekarang</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
Sejak Kejadian itu, ternyata Steve tidak (atau mungkin belum ?) Membocorkan tentang cindy pada ratna<br />
hanya pada saat itu steve mengajak cindy berbicara ber-2 .. dan ketika mereka kembali ke-depanku ..<br />
pandangan cindy seakan ingin menangis ..<br />
"Kamu kenapa cin ?" Seakan aku ingin menanyakan pertanyaan itu, tapi aku sadar, masalahnya adalah aku sendiri<br />
"Okay cindy, see you later" Ucap Steve sambil mengajak ku pergi dari situ ...<br />
dia mengajakku minum di bar sebrang tempat Gambling<br />
dia hanya bilang<br />
"I Know, She's Your Other Girlfriend from indonesia. Right ?"<br />
"Yeah, when i'm in indonesia"<br />
"And Now ?"<br />
"Not Anymore, i love ratna, and i come here just to forgot everything about cindy, i don't know why we must meet here"<br />
"okay val, slow down, i'll not tell ratna about this problem"<br />
"Really ? Oh Thank you steve, you're my hero" Hatiku sedikit tenang<br />
"But, you must have a Good reason to tell cindy about you and ratna" Steve bilang<br />
"Wait, What ?"<br />
"Ago i tell cindy, valdri has come here 'coz i invite him <br />
And She ask, are valdri come with girls ? <br />
And i answer, no, he come here alone"<br />
<br />
Mendengar penjelasan steve aku sedikit tenang, <br />
"Okay i owe to you steve"<br />
"No, that's nope, but, i warn you, you must choose one, ratna or cindy"<br />
"Of Course i will pick ratna"<br />
"okay this is the deal, you tell cindy, about you and ratna relation"<br />
"But steve, i've stole her personality"Ucapku deg-deg-an<br />
"Who ? Ratna ? or Cindy ?" tanya steve sedikit bingung<br />
"Both of them"<br />
"OMFG" steve memegangi dahinya<br />
"Okay, that's okay, i will give cindy some money, and tell her to stay away from you<br />
But you must tell cindy about you and ratna first"<br />
"Steve, i tell you, Cindy and ratna are BestFriend When They on Junior HS" ucapku<br />
"OMFG, okay, just tell cindy okay ? even Cindy will hate you, even cindy will tell ratna, even cindy and ratna are bestfriend, everything, every reason,<br />
I Dont Give A Fuck ! you MUST TELL CINDY" kata steve membentak<br />
"Ok..okay steve" Aku sedikit takut saat itu<br />
<br />
setelah mengatur waktu untuk bertemu (Steve yang mengatur)<br />
aku meminta izin pada ratna, dengan alasan akan membeli Pakaian bersama steve<br />
jadi steve hanya meninggalkan uang $ 400 US di kamarnya, dia bilang <br />
"Give Ratna $ 200, and you take $ 200" Pada Clara<br />
Royal sekali dia, walaupun aku tahu, penghasilan sehari dia (Yap, penghasilan dia, bukan ayahnya) <br />
cukup untuk menghidupi 15 keluarga<br />
kalau tidak salah, 1 hari dia bisa mendapatkan 1500 - 2000 U.S.D PER-HARI<br />
Edan gak tuh -_-<br />
<br />
singkat cerita, ketika di cafe tempat kami janjian, kulihat disana sudah ada cindy, aku deg-deg-an<br />
"R u Ready Buddy ?" Kata steve sedikit menangkanku<br />
"I Hope" Kataku sedikit lemas <br />
di meja tempat cindy duduk (Dia duduk di kursi tentunya -_-)<br />
"Tarik kursi, bungkukkan badan, tempelkan bokong, tarik maju kursi, dan bersikap natural" Aku sempat memikirkan itu saat hampir sampai ke kursi<br />
"Ada apa val, kok kayaknya tegang gitu ?"Tanya cindy<br />
"Valdri have something to tell you, you can use indonesian, if that make you relax" kata steve<br />
"okay ra..oh maksud gue cindy, maaf sebenernya .." belum sempat aku selesai bicara, waiter datang dan menawari menu<br />
Aku pesan minum, begitupun steve dan cindy<br />
"okay, balik lagi kepermasalahan, sebenernya, a..aku" Duh gimana ngomongnya nih<br />
"Tenang val, walaupun mungkin berita itu berita buruk, aku gak akan marah sama kamu"<br />
"Darimana kamu tau kalo aku bakal ngomong berita buruk ?"<br />
"Seorang valdri deg-deg-an saat ngomong, kalau gak mau nembak, mau ngajak kawin, pasti bawain kabar buruk hahaha"<br />
"oha..ha..ha"<br />
"Okay gini cin, sebenernya aku udah punya pacar sebelum kamu ke indonesia waktu itu" kataku dengan cepat <br />
"hahaha lucu val, jauh-jauh kamu ngajak aku kesini, cuma buat bercanda kaya gitu ?" kata cindy tertawa sambil menatapku<br />
aku hanya membalas tatapannya tanpa ekspresi<br />
<br />
"haah ? K..kkamm..mmmu seee.sserrius ?" Kulihat cindy mengeluarkan air mata, namun dia tetap mencoba untuk tersenyum<br />
"Iya cin, maafin aku" Aku berkata sedikit pelan <br />
"oh iya gpp kok, aku tau kamu cuma pengen nyobain badan aku aja dari dulu" Cindy sedikit tenang, dia tesenyum, dan tetap menangis kecil, namun sekarang giliran aku yang sedih<br />
"G...Ga...Gak kaya gitu cin, sebenernya ..." aku sedikit terbata<br />
"Udah gapapa kok val, sekarang aku cuma ingin tahu siapa pacar kamu itu" Cindy hanya tersenyum sambil memegang tanganku<br />
"Nn..nnamanya..Ra...rrat..ratnn..emmh..naa" AKu deg-deg-an<br />
"Yang jelas dong ngomongnya"<br />
"Namanya Ratna, Dia Dulu 1 Perusahaan sama aku waktu PKL"<br />
"Ratna ? Ratna dari SMK x ?"<br />
"I..iiya cin"<br />
"D..ddia kan sahabatku yang aku ceritain sama kkk...kkamm.."<br />
cindy tidak menyelesaikan kalimatnya<br />
dia mengambil tasnya, dan berlari keluar<br />
Aku dan Steve (Yap, steve masih ada disitu)<br />
hanya bengong melihat dia<br />
"You done buddy" Kata steve<br />
pesanan kami bertiga baru datang, waiter menaruh 3 Minuman di meja kami dan bertanya<br />
"Where's your girl friend sir ?" Tanyanya<br />
Kami tidak menjawab, hanya diam<br />
"o.ookay sorry for asking" Dia kemudian berlari kebelakang<br />
<br />
aku berfikir sedikit gila saat itu ..<br />
di pikiranku seperti tertulis beberapa hal : <br />
Cindy, maafkan aku, aku hanya memikirkan diriku dan ratna .. aah<br />
cindy, bisakah kita mengulang ke masa SMK dan di saat itu kita tidak pernah bertemu<br />
bisakah semuanya terulang, agar aku tidak merasa bersalah seperti ini ..<br />
bisakah semuanya kembali dari NOL agar kau tidak pernah mengenal lelaki bajingan sepertiku ..<br />
semua sudah terjadi, namun terkadang aku berharap ini hanyalah mimpi<br />
ini hanyalah mimpi burukku ..<br />
jadi ketika aku terbangun, aku masih duduk di kelas 2 SMK dan tidak akan memendam rasa pada cindy ..<br />
aku memandangi sekitar cafe, <br />
Ketika kulihat sekeliling bar, ternyata ...<br />
"Oh My Godness" Ratna dan Clara ternyata berada di Meja Sebelah kami, clara sedang melihati kami, dan kulihat<br />
ratna sedang menangis ?<br />
Clara mengajak ratna berdiri, dan kemudian pergi <br />
"St..steve..why you didn't tell me that They are there ?" Tanyaku sedikit gemetaran<br />
"Because, I DONT KNOW THEY ARE HERE MAN !" Steve membentak, lalu menggebrak meja dan berlari mengejar mereka<br />
Aku Panik, apa yang harus kulakukan, bukan karena ratna atau steve, ya itu alasan keduaku untuk panik<br />
namun masalah utamanya adalah ...<br />
"SIAPA YANG BAYAR NI MINUMAN, GUE GAK BAWA DUIT KAMPRET"<br />
Aku mencoba berpura-pura mengejar steve<br />
sambil sedikit berteriak<br />
"Steve Wait ! You Haven't pay a drink" ketika aku sampai di pintu keluar, aku dihadang oleh seorang wanita, sepertinya penerima tamu<br />
"Mau Kemana mas, buru-buru amat" tanyanya<br />
"Loh, kok bisa bahasa indonesia mbak ?" Tanyaku bingung<br />
"Lah saya dari kediri mas, pasti bisa lah"<br />
"terus kok tau saya bisa pake bahasa indonesia ?"<br />
"Tadi mas ngobrol sama ceweknya teriak-teriak gitu gimana saya gak tau mas"<br />
"oh iya haha, okay kalo gitu, saya pergi dulu ya"<br />
"Eits tunggu mas, bayar dulu dong"<br />
[I]Kampret[/]<br />
"Duh mbak, saya gak bawa duit, itu temen saya yang harusnya bayar, malah kabur duluan"<br />
"oh gak bisa gitu dong mas"<br />
"jadi saya harus gimana ?"<br />
"Tuh ada managernya, tanya aja sama dia" katanya sambil menunjuk seorang wanita yang lumayan cantik<br />
"What's happened sri ?"tanya manager itu<br />
sri (nama waiter itu) menjelaskan pada manager itu tentang masalahku<br />
aku tak bisa mendengar jelas, karena dia berbisik<br />
"Okay, you must pay them with other way"<br />
"Wh..what i must do ma'am ?" Tanya ku gemetaran, karena aku sudah terpikir gimana kalo harus ngepelin ini bar pake sikat gigi<br />
gimana kalo nyuci semua piring dan gelas pake lidah<br />
"Come to my office, we make a deal" katanya<br />
"Buset, gue disuruh bersihin kantornya pake karet gelang kali" Pikirku ngaco<br />
<br />
singkat cerita, kami sampai di ruangannya, dan dia menutup pintu<br />
Jegreg *Sfx Pintu Ditutup<br />
Cklek Cklek *Sfx Pintu Dikunci<br />
<br />
"Okay, sit down please" Katanya<br />
aku tak menjawab, hanya menuruti perintahnya<br />
"kami mendapat banyak tamu kaya kamu, gak bawa uang lah, temennya yang bayarin lah, whatever" Katanya dengan bahasa indonesia<br />
"ll..oh bu, ibu bb.bbisa bahasa in..indone.ssia ?" Tanyaku sedikit gemetaran<br />
"Yap, saya bisa bahasa indonesia, tentu saja"<br />
"lalu dari...." Belum selesai aku bicara, dia sdah berbicara lagi<br />
"Karena wajah kamu tidak seperti kebanyakan orang sini, wajahmu menunjukkan Bahwa kau orang indonesia" katanya<br />
"Oh begitu bu"Jawabku sedikit tenang<br />
<br />
dia beranjak dari kursinya, berjalan-jalan muterin kantornya yang lumayan luas itu sambil bercerita pengalaman dia<br />
aku hanya diam mendengarkan, karena takut kalau melawan, bisa-bisa tetep disuruh bayar<br />
Ketika dia sampai kembali di mejanya setelah berputar-putar<br />
dia mendekati kursiku dan, mengelus lembut tanganku<br />
<br />
"oke, siapa nama kamu ?" tanyanya<br />
"Va..vald..dri bu"<br />
"Jangan panggil bu dong, saya masih 27 taun loh"<br />
What ? 27 tahun udah jadi manager sebuah bar lumayan besar ?<br />
Gila, Orang indonesia malah sukses di luar negri, daripada di negrinya sendiri<br />
"Ja..jadi saya harus panggil apa" tanyaku<br />
"Panggil saya Ratna" katanya<br />
Oh my god, ratna lagi ?<br />
"Bb..aaik bu, eh maksud saya ratna"<br />
"Nah gitu dong valdri, okay sekarang tentang masalah kamu" Katanya<br />
"Ss..aya harus ngapain ?" tanyaku masih gemeteran<br />
dia semakin mengelus tanganku, berpindah ke dada, ke wajah, ke pipi dan berkata<br />
"Puasin aku val" Katanya setengah berbisik<br />
<br />
DEG !<br />
"A..nnda ss..serius ?" tanyaku<br />
dia tidak menjawab, hanya berpindah tempat menuju sofa yang terletak di ujung ruangan<br />
"Sini val, biar lebih <i>Comfort</i>" ajaknya<br />
aku berpindah ke sana, dan bertanya lagi<br />
"Anda ..." Belum selesai aku bicara, mulutku sudah diciuminya<br />
bibir ketemu bibir, lembut, hangat, dan menggairahkan sekali bibir Ratna (Ke-2) ini ..<br />
aku mulai berani membalas ciumannya, kucoba raba payudaranya, ternyata lumayan besar, 34 D mungkin<br />
"MMmh, aaah, aah" Desahannya lembut sekali<br />
oh iya, ratna (ke-2) ini wajahnya cukup cantik, rambutnya Blonde (apa bahasa indonesianya blonde, maaf aku belum tahu), sedikit bergelombang<br />
kalau rambutnya kurang lebih seperi Jennifer Lopez, namun wajahnya, aiih, kira-kira seperti Paris hilton, tingginya kutaksir 168 Cm ..<br />
Aku lanjutkan aksiku, aku ciumi bibirnya yang tipis, <br />
ku remas payudaranya, ku pilin putingnya dari luar bajunya<br />
"Buka aja bajunya val" Katanya<br />
akupun membuka bajunya, terlihat payudaranya dengan Bra Berwarna Putih bersih berenda<br />
dia membantu untuk membuka branya, hingga mencuatlah payudaranya yang lumayan besar dengan Puting berwarna Pink, sungguh menggemaskan,<br />
aku pilin puting payudara sebelah kirinya, dan kuhisap yang sebelah kanannya, dia hanya mendesah<br />
"Aah..aaah..val..ddrrriiii...nnn..iikkmmat bbbanng...eett" erangnya<br />
aku tak peduli <br />
tangan kananku sendiri sedang meraba vaginanya yang kurasa sudah basah, ku elus-elus bagian luarnya<br />
kutarik CDnya, dan langsung kucari Clitoristnya, ku elus, ku gesek perlahan, dan kupencet-pencet sedikit, kurasakan tubuhnya menegang<br />
dan tangan kanan ku basah oleh cairan dari vagina ratna ini ..<br />
"aah kamu hebat banget, belum apa-apa aku udah keluar aja" Katanya memuji<br />
"Sekarang giliran kamu ya sayang" Katanya lagi<br />
aku menurut, aku berdiri, dan langsung membuka semua pakaianku<br />
ketika penisku mencuat, dia sedikit terkejut,<br />
"haah ? hmmm, lumayan besar juga" katanya<br />
dia langsung menggenggam penisku, dan mulai mengocoknya, sambil kami berciuman, tanganku hanya memilin putingnya<br />
"aaah sayang, aku udah gak kuat, masukin aja" katanya<br />
"Cepet banget sih hehe" kataku sedikit menyindir<br />
"Abis kamu hebat banget ngerjain aku" katanya sambil lanjut menciumku<br />
dia lalu tiduran dan mengangkang, kulihat vaginanya masih rapat<br />
"Hmm, mulus banget m*mek kamu rat" Kataku memuji<br />
"hmmmh, makasih sayang" katanya sambil mengelus kepalaku<br />
"Sudah berapa kali kaya gini" Tanyaku sambil mengarahkan penisku kelubang vaginanya<br />
"Tadi Orgasme pertamaku sayang" Katanya<br />
Aku menghentikan aktivitasku, dan memandang matanya<br />
"hah ? ss..seri..serius ?" tanyaku<br />
"hmm, iya, emang kenapa ?" tanyanya<br />
<br />
Oh My .... aku tidak mau terikat dengan wanita ini, sudah cukup hidupku hampir hancur karena Ratna Dan Cindy <br />
tidak mungkin aku menambah masalahku menjadi <br />
2(Ratna) + Cindy = HANCUR !<br />
"Kok kamu diem val ?" tanya ratna <br />
aku tak menjawab, hanya memandang matanya dengan pandangan sendu<br />
"Udah lakuin aja, aku gak bakal minta pertanggung jawaban kamu kok, anggap aja ini yang terakhir" katanya mencoba menenangkanku<br />
"oh iya, pake condom ya" Katanya sambil menunjuk laci mejanya<br />
"beneran nih gapapa aku ambil Keperawanan kamu ?" tanyaku<br />
"Iya, gpp, kan aku yang minta" Katanya<br />
aku langsung menuju mejanya, membuka laci, dan mengambil sekotak kondom, kubuka, ternyata masih di segel<br />
aku membukanya, dan mengambil 1 bungkus<br />
merobek bungkusnya, dan langsung memakaikannya pada penisku yang sudah tegang<br />
<br />
aku kembali ke ratna, dan mulai menggesekkan penisku di luar vaginanya<br />
"Slowly Baby" Kata ratna<br />
aku mencoba mendorong perlahan, gagal<br />
mencoba lagi, dan gagal lagi<br />
kubuka kakinya sedikit lebar, dan kujilati vaginanya<br />
"Kok gak langsung di masukin sayang" Tanyanya<br />
"udah kering nih, aku basahin lagi ya" kataku beralasan, padahal aku ingin mencari lubang vaginanya<br />
terpaksa aku lakukan foreplay 1x lagi<br />
kujilati vaginanya, kumainkan clitoristnya, hanya selang 3-4 menit, tubuhnya mengejang, dan keluarlah lagi cairan hangat itu<br />
"aaah...mmmmhh..aaah" erangnya<br />
kuarahkan kepala penisku ke arah lubang vaginanya, dan kutekan perlahan<br />
"Bbnntaar, dddull .... aaaaah "erangnya keras<br />
yeah, kepala penisku sudah masuk<br />
kudorong perlahan<br />
"aaaaaaaaah" ratna berteriak<br />
sebenarnya aku sedikit takut suaranya akan terdengar keluar, setelah kulihat temboknya dilapisi karpet, aku sedikit tenang<br />
kukeluarkan penisku sedikit, dan mendorongnya masuk sedikit dalam<br />
kukeluarkan lagi dan kumasukkan lagi, hingga terasa sudah mentok, namun penisku belum masuk sepenuhnya<br />
kudorong sedikit keras dan ...<br />
"aaaaaaaaaahh, ssakkkiiiiittttttttt" Kata ratna, kulihat dia mengeluarkan air mata<br />
aku tidak peduli tentang itu, yang ku ingat saat itu adalah, AKU ..<br />
kutarik lagi penisku, kumasukkan lagi, ketika benar-benar sudah mentok, aku diamkan sebentar, kuciumi bibir tipis ratna<br />
kuelus wajahnya yang cantik, kupilin putingnya yang indah<br />
ternyata birahinya naik kembali, dia mulai membalas ciumanku sedikit liar<br />
akupun mulai memompa penisku di dalam vaginanya<br />
sambil terus berciuman, ku tarik penisku, aku masukkan lagi, aku tarik lagi, aku masukkan lagi, hanya itu yang ku lakukan<br />
hingga ratna berkata ...<br />
"Aku pengen WoT Dong" katanya, akupun menuruti<br />
kucabut penisku lalu tiduran di sofanya<br />
dia memegangi penisku, dan berjongkok di atasnya sambil mengarahkan ke lubang vaginanya, <br />
jika kaliat rasakan, nikmat sekali saat itu<br />
ketika sudah mendapat posisi yang pas, dia mulai memompa pan*at nya naik turun sambil berpegangan pada tembok karpetnya<br />
sambil meremasi payudaranya sendiri, dan mendesah<br />
"aaaah, mmmh, aaah, aarghh"<br />
kupegangi bokongnya yang indah, kupandangi wajahnya yang cantik, hingga<br />
"aaaaaaaaaah, I'm Cummiinnnngggg" Erangnya dahsyat ..<br />
dia kembali lemas, kudiamkan sebentar, dan sekarang aku berganti posisi<br />
dia kembali di bawah, dan kumulai aksiku<br />
Maju-mundur-maju-mundur<br />
dia tak bereaksi, mungkin masih lemas,<br />
kupercepat genjotanku,<br />
hingga keluar desahannya<br />
"aah, mmmh, aah, nikmaat, aah, aaah, aah" Hanya itu yang keluar<br />
5 menit berdiam di posisi itu, aku rasakan rasa geli di penisku<br />
"aaaaaaaaaaaaaahhhhh, akkuu sssaammpppeee llll..aaa..ggg.gggii" Erang Ratna<br />
badannya mengejang, wajahnya semakin lemas, akupun ingin keluar,<br />
kucabut penisku, kubuka kondomnya, dan ku arahkan penisku ke wajahnya yang cantik, ternyata dia menggenggam penisku, dan mengulumnya menggunakan mulut<br />
Dan ..<br />
"Aaah" erangku<br />
kutumpahkan semua spermaku di mulutnya, dia menelannya, lalu membersihkan penisku dengan lidahnya<br />
kami berdua lemas, <br />
aku tiduran di sofanya itu, dia juga tiduran, di atas badanku ..<br />
"makasih ya sayang, kamu udah kasih aku pengalaman yang indah, walaupun lemes" katanya sambil mencium keningku<br />
"Iya, sama-sama" kataku, walaupun sebenarnya aku ingin berkata "Hutang aku lunas kan ?"<br />
tapi ku urungkan niat ku<br />
dan dia berkata<br />
"Kamu boleh datang kapanpun kesini, kamu boleh minum sepuas kamu mau" Katanya<br />
"oh, okedeh sip" kataku<br />
"Kita gak terikat hubungan apa-apa kan" Tanyaku sedikit takut<br />
"Tenang aja, anggap ini gak pernah terjadi, kalau temenmu tanya, jawab aku sahabatmu waktu SMP"<br />
"Iya sayang, makasih banyak" Kataku sambil mencium bibirnya lagi<br />
<br />
hari sudah cukup malam<br />
aku kembali ke hotel, dan langsung menuju kamar, di kamar, steve sedang berada di pintu kamarku<br />
"Valdri ! Where are you go ?" tanyanya sedikit berbisik<br />
"You Haven't pay our drink, so i must meet the manager" Kataku beralasan<br />
"Oh my, i'm forgot it, and what they do ?"<br />
"Nothing, The manager is my best friend From Junior HS" Kataku<br />
"okay, clara tell me, ratna wont meet you" katanya, dan aku langsung deg-deg-an<br />
"OMFG, what i'm done" Kataku sedih<br />
kudengar<br />
Cklek *Sfx pintu dibuka<br />
"Valdri, you're here" Clara langsung berbicara<br />
"I must talk with ratna" kataku langsung menyerbu ke dalam ..<br />
"But, wwait !" Bentar clara, terlambat aku sudah di dalam, dan langsung menuju ke kasur, untuk mencari ratna\<br />
dia sedang menangis, dan langsung menatapku ketika aku sampai<br />
"rraa..ratnna, kkammu kke..nna..pa" Kataku ketika melihat tangannya diperban<br />
"NGAPAIN KAMU DISINI, AKU GAK BUTUH KAMU !" Katanya membentak<br />
"Aku mau nyari kamu sayang, kamu kenapa" tanyaku sambil menuju kasurnya <br />
"PERGI KAMU ! PERGI !" Katanya sambil menangis dan memukul-mukul dadaku<br />
"sayang ini aku, kamu kenapa, bilang dong" kataku sambil memeluknya<br />
dia berusaha berontak, aku tidak peduli saat itu, aku hanya memeluknya<br />
"PERGI ! AKU GAMAU NGELIAT KAMU LAGI !" katanya tapi tidak lagi memberontak<br />
"Sayang, tenang dulu sayang, kamu kenapa" kataku lagi<br />
"AKU GAMAU VAL, AKU GAK SUDI" Katanya sambil memeluk badanku<br />
"She try to slice herself artery" kata clara<br />
"What ? R U Seriously ?" Tanyaku kaget<br />
clara hanya mengangguk<br />
"KAMU NGAPAIN RATNA ! JANGAN KAYA ORANG GOBLOK DONG" Kataku membentak sambil memeluknya makin erat<br />
ratna tak menjawab, dia hanya menangis<br />
<br />
Apa yang kulakukan ?<br />
aku hanya mengelus rambutnya, dan memandang clara sambil mengangguk, untungnya clara mengerti dan langsung menuju keluar<br />
"Ratna, kamu kenapa sih ?" tanyaku lagi, kudengar tangisannya tidak ada lagi<br />
kulepas pelukanku, dan kulihat wajahnya, dia tertidur, sepertinya kelelahan karena menangis<br />
"Maafin aku sayang, aku bakal jelasin semuanya" kataku sambil mencium bibirnya<br />
aku terus terjaga sepanjang malam, takut ratna akan melakukan hal yang tidak terduga<br />
aku menunggu hingga pagi ....<br />
dan ketika pagi hari tiba ....</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12.0pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Ternyata ketika pagi hari, ratna sudah tidak ada di kasurnya<br />
"Anjrit, gue ketiduran sialan" aku menghujat<br />
tenang, siapa tau ratna lagi mandi<br />
aku pun mencari ke kamar mandi, tidak ada orang<br />
aku mencari keseluruh kamar hotel, tidak ada tanda-tanda keberadaan ratna<br />
aku galau, aku bersimpuh di kursi dekat kasur ratna, kutarik selimutnya<br />
kulihat ada secarik surat<br />
kuambil surat itu, dan kubaca perlahan, sambil berharap bukan berita yang terlalu buruk<br />
kurang lebih inilah isi surat tersebut<br />
(baca sambil bayangkan yang membacanya suara wanita, jangan suara kodok)<br />
<br />
"Valdri sayang, maaf aku pergi dulu, mungkin cukup lama, tapi gak akan sampai berbulan-bulan kok <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/smile.gif" height="30" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif" width="30" />aku mau menenangkan diri aku dulu<br />
sambil aku meyakinkan diri bahwa kamulah yang terbaik buat aku, karena setelah melihat cindy kemarin, aku merasa kamu cuma ingin memainkan hati aku aja<br />
aku bahkan berpikir kamu hanya ingin tubuh aku aja, tapi aku langsung buang pikiran itu jauh-jauh ..<br />
valdri sayang, kamu gak usah cari aku dulu ya, aku bakal baik-baik saja kok, salam buat Clara sama steve ya, makasih ..<br />
Love, Ratna"<br />
<br />
"Hah ? Ratna pergi ?" ingin rasanya aku menangis, dan berteriak sekencang-kencangnya<br />
aku ambil handphone-ku .. aku cari contact dengan nama ratna (Karena pakai nomer amerika, jadi aku save nomer ratna)<br />
kucoba hubungi, terdengar alunan lagu <i>Breathe Carolina - Hello Fascination</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Originally Posted by :<br />
<i>" You're Builtin' Me Up, Just To Breakin' Me Down<br />
You're Bein' loud without a sound<br />
you paste me in just to cut me out<br />
Hello Fascination"</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">hanya potongan reff. dari lagu itu yang kudengar saat itu<br />
setelahku sadar, itu bukan ringtone ratna yang biasa, dan itu bukan NSP, melainkan Ringtone itu sendiri<br />
seingatku ringtone ratna selalu lagu DJ, mulai dari David Guetta, DeadMau5, DaftPunk, Armin Van Buuren, DLL<br />
ratna kurang suka ringtone hanya reff. nya saja, dia selalu memakai ringtone dengan Full-Song<br />
ada yang aneh dari ratna,<br />
dia mengganti ringtonenya dengan lagu yang tidak biasa, lalu meninggalkan handphonenya dan pergi ?<br />
aku browsing lirik lagu <i>Breathe Carolina - Hello Fascination</i> ketika ketemu, kucoba hubungi ponsel ratna kembali, setelah kuketahui handphone ada di sebelah TV<br />
ku ambil handphone itu dan mendengarkan dengan sedikit jelas lagu itu<br />
ketika kudapat nadanya, ku cari kata yang pas di lirik tadi<br />
<br />
ternyata </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Originally Posted by :<br />
<i>" You're Builtin' Me Up, Just To Breakin' Me Down<br />
You're Bein' loud without a sound<br />
you paste me in just to cut me out<br />
Hello Fascination"</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12.0pt;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">astaga, ini pesan dari ratna, ratna berfikir aku hanya ingin menjatuhkan dia<br />
OMG !<br />
ratna, kamu salah sangka ratna,kalau kamu tau kenapa aku ajak kamu kesini, kamu pasti gak bakal kaya gini<br />
kuhubungi steve<br />
<br />
"hello ?" kata suara di sebrang sana<br />
"Steve, apakah clara ada disana ?" Tanyaku<br />
"Tidak, memangnya kenapa ?" Tanya dia<br />
"Ratna pergi, aku pikir dia bersama clara" kataku lirik<br />
"astaga, apa yang kamu lakukan, kamu tidak menjaga dia semalaman ?" Tanya steve membentak<br />
"aku ..." ingin melanjutkan kalimatku, tapi tertahan<br />
"Sudahlah, ayo kita cari dia" kata steve lagi<br />
aku memakai jeans dan jacket saja, biar gak ribet<br />
dan langsung keluar kamar<br />
sudah ada steve dan clara disana<br />
aku menunjukan surat dan handphone ratna<br />
"Dengarkan ini" Kataku sambil menelepon nomor ratna</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Originally Posted by :<br />
<i>" You're Builtin' Me Up, Just To Breakin' Me Down<br />
You're Bein' loud without a sound<br />
you paste me in just to cut me out<br />
Hello Fascination"</i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">"Astaga, sayang, apakah kau punya pikiran sama denganku" kata clara pada steve<br />
"ya, kurasa ratna mengar.....hfft,mmh" clara menutup mulut steve<br />
"Kenapa clara ?" tanyaku<br />
"Tidak usah pedulikan, ayo langsung saja mencari ratna" Kata clara sambil melepaskan tangannya dari mulut steve<br />
<br />
Kami ber-3 berpencar ..<br />
aku bagian mencari ke semua bar<br />
Steve ke semua tempat judi<br />
dan clara ke semua cafe dan restaurant yang ada di sekitar situ<br />
<br />
aku mencari dengan memperlihatkan foto ratna pada orang-orang yang kutemui<br />
banyak orang yang kutanya, mungkin sampai ribuan orang yang kutanya hari itu<br />
kulihat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam<br />
aku berangkat mencari dari pukul 8 pagi .. sudah 13 jam mencari dan tidak ketemu juga<br />
"Ratna kamu dimana ?" Tanyaku dalam hati<br />
aku berjalan menuju bar ratna (ke-2)<br />
aku bilang pada pelayannya yang waktu itu, sri ..<br />
"Sri, mbak ratnanya mana ?" Tanyaku dengan bahasa indonesia<br />
"sebentar saya lihat dulu keruangannya ya mas, duduk aja dulu" Katanya mempersilahkan<br />
Aku duduk di kursi dekat jendela<br />
kutunggu 5 menit, keluarlah ratna dari sana<br />
"sudah lama ?" Tanyanya<br />
"Belum kok, hehe" jawabku<br />
"yaudah, keruanganku aja yuk, disana bebas" Katanya lagi<br />
"yuk" aku menerima ajakkannya<br />
<br />
diruangannya, aku sama sekali tidak bernafsu apa-apa .. aku hanya ingin minum sampai mabuk agar bisa sedikit tenang<br />
aku dan ratna ini hanya mengobrol, mulai dari yang lucu sampai ke masalah sex ..<br />
dia asik juga di ajak bercanda<br />
kulihat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, aku berpikir untuk pulang<br />
"Ratna, gue harus pulang nih, ngantuk banget" kataku <br />
"Yah baru jam 11, jam segini sih yang jualan juga baru pada dateng val" Katanya bercanda<br />
"ya gue kan anak baik, jam segini harusnya udah mimpi" kataku sambil terkekeh<br />
"anak baik kok minum kaya ginian, terus masa anak baik ngambil keperawanan wanita secantik aku" Katanya sambil mengangkat botol Vodka<br />
"Hmm, gue khilaf" kataku santai<br />
"hahaha dasar, yaudah, aku anterin sampai depan deh ya" katanya<br />
akupun mengangguk, ketika sampai pintu ruangannya<br />
dia menarik tanganku, otomatis aku membalikkan badan, dan dia langsung mencium bibirku<br />
"Hmmmhh" kataku kaget<br />
"bentar dulu dong sayang, kita kan belum ngapa-ngapain" katanya<br />
"aduh ratna, aku udah ngantuk banget beneran, kapan-kapan deh ya" kataku menolak<br />
"yah, aku pengennya sekarang" katanya sambil memegangi penisku dari luar celana<br />
"besok deh, janji" Kataku asal<br />
"yaudah deh, minuman kamu hari ini tapi harus dibayar dulu" katanya mengancam<br />
"oh harus bayar, yaudah, berapa" kataku<br />
"hmm, gak usah pake uang" katanya lalu mencium bibirku (lagi)<br />
"Cukup kita ciuman 15 menit aja" katanya lagi dan langsung menyambar bibirku lagi<br />
"yaudah lah, 15 menit doang" pikirku<br />
dia mengambil iPhonenya, dan melihatkan jam padaku<br />
"23. 07 kan ?" tanyanya<br />
"iya, emang kenapa ?" tanyaku balik<br />
"berarti sampai 23.22 ya" katanya lagi<br />
"yaudah" kataku sambil mencium bibirnya yang tipis itu<br />
dia terus meremas penisku dari luar celana, tangan kirinya dia gunakan untuk menarik tanganku agar meremas payudaranya<br />
akupun mengerti dan langsung meremas kedua payudaranya dengan kedua tanganku<br />
ku remas, kupilin putingnya dari luar pakaiannya ..<br />
hingga dia melepas ciumannya dan langsung berkata<br />
"udah cukup, udah 23.22" katanya <br />
"makasih ya" katanya lagi<br />
"Iya sama-sama" kataku lalu mencium bibirnya sekilas<br />
"inget loh, besok" katanya lagi<br />
"iya-iya, kalau aku gak ada urusan ya" kataku sambil menepuk payudaranya<br />
"hihi, iyadeh, bye" katanya<br />
aku langsung keluar dari ruangannya,<br />
kulihat sekelilingku, ada yang sedang mabuk, ada yang sedang tertawa keras, ada yang sedang diam<br />
perhatianku tertuju pada meja bar di tengah gedung<br />
kulihat ada seorang wanita sedang tertawa lepas<br />
lalu pria yang ada disebelahnya membopong badannya untuk keluar<br />
"wah, gak beres nih" kataku dalam hati, walaupun aku tahu disana sudah biasa melakukan hal seperti itu<br />
tapi jika pada wanita yang sedang mabuk berat itu sama saja memanfaatkannya<br />
aku ikuti mereka keluar<br />
pria itu membawa wanita itu kedalam gang sempit, aku intip dan wanita itu berteriak<br />
"What you want, GO AWAY HAHAHA" Katanya setengah sadar sambil tertawa lepas<br />
"Come on, you're so hot" Kata pria itu sambil bersiap membuka pakaian wanita itu<br />
aku menghampiri mereka perlahan, dan ..<br />
DUG !<br />
Kaki kananku tepat mengenai kepala pria itu, dia langsung pingsan .. dan wanita itu menatapku ..<br />
"hey, what you done" katanya membentak ku<br />
wajahnya tidak terlihat jelas, karena di gang sempit itu tidak ada lampu dan cahaya bulan terhalang gedung tinggi<br />
"aah, i know, you wanna fuck me ? Come on" katanya lagi<br />
"No, i wont do anything to you, i just help you" Kataku<br />
"okay you've help me, and know i must pay you HAHAHA" katanya sambil berjalan mendekatiku<br />
"Fuck Me" katanya lagi<br />
dia mencium bibirku, aku melepaskannya<br />
"No Thanks, go home" kataku padanya<br />
BRUG, terdengar suara itu, kucoba mencari dia di depanku, kujulurkan tanganku dan kugerak-gerakkan, ternyata dia tidak ada,<br />
"What ? Itu Hantu ya" Pikirku ngaco<br />
kucoba raba tanah, ternyata ada tubuh wanita itu, astaga dia pingsan<br />
aku gendong badannya, sesekali tanganku menyentuh payudaranya<br />
ketika kubawa kedepan gang tadi, kulihat wajahnya ...<br />
"OH MY GOD !" Ucapku dalam hati</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Ketika Kulihat Wajahnya, ternyata itu cindy ..<br />
"Cin, kenapa lo mabuk-mabukan gini" tanyaku pelan<br />
matanya masih terpejam, mungkin kelelahan, akupun memutuskan untuk bilang pada steve<br />
Kucari contact Steve, dan kuhubungi dia<br />
untunglah langsung dia angkat<br />
"kamu dimana kawan" tanyanya ketika telepon diangkat<br />
"Nanti saya jelaskan, bisa kamu ke gedung xx tempat kamu berjudi kemarin" tanyaku<br />
"Ada masalah apa" Tanyanya lagi<br />
"Dih ni bule banyak tanya banget" Hujatku dalam hati<br />
"Sudah kesini saja, aku di bar sebrangnya, gunakan mobil" kataku langsung menutup telepon<br />
kutunggu 5 menit, 10 menit, 15 menit akhirnya datang juga dia <br />
dia lalu memandangiku yang sedang mengangkat badan cindy<br />
"Oh my god, valdri, ratna baru pergi kurang dari 1 hari, dan kamu sudah kembali pada cindy ?" kata steve, kulihat dimatanya terlintas kekecewaan<br />
"tidak, ini tidak seperti yang kau pikirkan, lebih baik kau bantu aku membawa badan dia kedalam mobil" Kataku menyanggah<br />
dia lalu membantuku mengangkat badan cindy kedalam mobil<br />
"Mau kemana kita" tanyanya<br />
"aku tidak tahu tempat tinggal dia, kita bawa ke hotel saja dulu" usulku<br />
"Tidak valdri, bagaimana dengan ratna" clara mencegah <br />
"Begini clara, cindy tidur sekamar denganmu, sedangkan aku dengan steve" kataku sambil menghela nafas<br />
"Tapi bagaimana kalau ratna pulang dan ..." clara tak menyelesaikan perkataannya<br />
"Stop it clara, valdri tidak berpikiran seperti mu" kata steve sedikit membentak<br />
clara hanya diam, dia hanya memandangi jalanan di depannya<br />
mobilpun mulai berjalan kearah hotel yang jaraknya tidak seberapa<br />
<br />
singkat cerita kami sampai di depan kamar hotel<br />
kubawa cindy ke kamar steve, agar dia tidur bersama clara<br />
setelah kurebahkan dia, aku langsung menuju ke kamarku<br />
"valdri, now you can explain it" kata steve langsung menutup pintu<br />
akupun menceritakan semuanya dari awal, kecuali skandal dengan ratna kedua tadi<br />
steve hanya memerhatikanku, dan langsung berkata<br />
"okay, aku hanya takut kau melakukan hal yang lain bersama cindy" kata steve<br />
"memangnya kalau iya, kenapa"Tanyaku padanya<br />
"Valdri,valdri,valdri .. kamu tidak mengerti juga kenapa ratna pergi ?" tanyanya<br />
aku menggelengkan kepala dengan harapan dia akan menjelaskannya<br />
"2 hari lalu, malam sebelum kau kembali dan malam sebelum dia pergi, dia bercerita padaku dan clara"<br />
<br />
DEG ! <br />
Jantungku serasa berdetak lebih kencang<br />
<br />
"ketika clara sedang membalut luka Ratna, dia berkata pada kami " dia lalu menceritakan semua curhatan ratna<br />
aku sedikit lupa dengan perkataannya waktu itu<br />
namun kurang lebih dia bercerita seperti ini</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">Originally Posted by :<br />
<i>Aku tidak mengerti, kenapa valdri sampai bisa-bisanya selingkuh dariku, aku tahu aku bukan wanita yang baik bagi dia<br />
tapi aku selalu mengusahakan yang terbaik agar dia bisa merasa nyaman denganku, kenapa dia tidak bilang kalau dia hanya menginginkan badanku saja<br />
aku pasti berikan, walaupun aku tidak akan menjadi kekasihnya, aku bodoh steve, clara, aku tidak menyadarinya, pantas saja sebelum menuju ke amerika, sikap dia sedikit aneh</i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">"aku dan clara hanya memberikannya saran, dan aku menceritakan tentang pertemuan kau dengan cindy" kata steve lagi<br />
"aku menjelaskan bahwa kau lebih memilih ratna daripada cindy, dan saat kukatakan itu, tangisannya makin keras" katanya lagi<br />
<br />
Detak jantungku entah kenapa berdetak lebih cepat ..<br />
<br />
"ratna lalu memintaku keluar, dan hanya ingin berbicara bersama clara aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan" katanya sambil menghela nafas<br />
"namun sebelum aku keluar pintu, clara berkata padaku, jika kau datang, berikan tanda dengan mengetuk pintu" <br />
"aku pun keluar dari ruangan itu, dan saat itu aku melihatmu dari kejauhan, akupun memberi tanda pada mereka, dan saat kau datang menghampiriku, aku sangat ingin menceritakan hal tadi, namun tertahan karena kau sudah masuk duluan" katanya lagi<br />
<br />
"Baiklah steve, langsung saja kepada inti permasalahannya, aku sudah tegang sedari tadi" kataku <br />
"Sekarang, kau jujur padaku, kau lebih memilih ratna atau cindy"<br />
"Ratna" kataku mantap<br />
"Kenapa kau memilih ratna ?" tanyanya lagi<br />
"karena aku sayang padanya" <br />
"lalu kenapa dulu kau selingkuh dengan cindy, bisa kau jelaskan ?"<br />
"cindy temanku saat SMK, dulu aku sangat suka padanya, dia bersekolah di sini (amerika) dan dia kembali ke indonesia, lalu memintaku bertemu dengannya"<br />
"lalu kenapa kau melakukan hal itu pada cindy" <br />
aku diam saja tak menjawab<br />
"okay valdri, that's enought" kata steve membuyarkan keheningan<br />
"kenapa kau bertanya seperti itu padaku ?" tanyaku<br />
"aku hanya ingin tahu sebenarnya tentang kau" katanya<br />
"lalu apa hubungannya dengan cindy ?" Tanyaku lagi<br />
"nothing" katanya santai<br />
"lalu kenapa kau begitu santai ? kau tidak memikirkan ratna yang pergi entah kemana ?" kataku membentak<br />
"Valdri, slowly, kenapa kau begitu panik" katanya santai lagi<br />
"BECAUSE I LOVE RATNA, AND NOW I DON'T EVEN FUCKIN' KNOW WHERE IS SHE" Kataku membentak<br />
"hahaha really ? so now, you know what you done to her ?" katanya sambil menatapku<br />
"aku telah menghancurkan hatinya, sampai dia berfikir aku hanya ingin tubuhnya, kalau boleh memilih, aku ingin mengulang semua, aku tidak akan merenggut keperawanannya dan akan mencintainya seutuhnya, agar dia tahu kalau cintaku padanya bukan sekedar nafsu sex belaka" Kataku panjang lebar<br />
"wow valdri, itu mengejutkan" katanya sambil bertepuk tangan<br />
"Steve, What The Fuckin' Jokes It is" Kataku kesal<br />
<br />
CKLEK !<br />
Pintu kamar mandi terbuka<br />
"Aku gak pergi kemana-mana sayang" suara wanita dari arah pintu mengagetkanku<br />
"R..rat..ratna" kataku terbata<br />
"aku tinggal di kamar sebelah kamar steve kok, dia yang membayar" kata ratna lagi<br />
"Hah ?" aku terkejut sambil menatap steve<br />
Steve hanya tersenyum<br />
ratna menghampiriku dan duduk disebelahku<br />
"pas aku cerita sama steve, dia kasih saran dan rencana kaya gini" katanya menjelaskan<br />
"terus ?" tanyaku<br />
"ya aku juga minta dia supaya nanyain pertanyaan tadi sama kamu, aku pengen tau kamu sebenernya beneran sayang aku atau enggak" katanya sambil mengelus pipiku dan langsung mencium bibirku<br />
<br />
perasaanku saat itu tak bisa dijelaskan<br />
Antara bingung, senang, sedih, terharu, semuanya jadi satu<br />
ratna lalu memelukku<br />
kurasakan kehangatan disana<br />
aku balas memelukknya dan berkata<br />
"Sekarang kamu udah tau semuanya, kamu udah tau aku gak main-main sayang sama kamu" Kataku <br />
dia lalu melepaskan pelukannya dan berkata<br />
"Iih kok rambut aku basah" katanya sambil memegang kepalanya dan langsung menatapku<br />
"Sayang, kamu kok nangis ?" tanyanya<br />
"hah ?" kataku kaget, aku lalu memegang mataku, kurasakan cairan hangat keluar dari situ<br />
aku langsung mengusapnya, dan bersikap biasa<br />
"oh haha gpp kok" kataku <br />
"hahaha, valdri nangis iiih" katanya lalu memelukku sambil tertawa<br />
aku merasa bahagia saat itu, tapi ada yang aneh saat itu<br />
"sayang, waktu itu katanya kamu mau iris urat nadi, kok bekasnya gak ada" kataku heran<br />
"hihi, itu cuma acting kok" katanya tertawa<br />
"Anjrit, gue diboongin kaya gini" kataku dalam hati<br />
namun di sisi lain aku sangat bahagia, tidak tahu bagaimana mengucapkannya<br />
"okay, valdri, aku tidur dulu" Kata steve yang langsung menidurkan badannya di kasur<br />
"cindy gimana sayang" tanya ratna<br />
"oh emm" kataku sedikit takut<br />
"gak usah takut sayang, aku percaya kok sama kamu" katanya menenangkanku<br />
akupun menjelaskan kembali tentang cindy, tapi aku sedikit takut menceritakan tentang ratna yang lain, aku tidak ingin hati ratna yang baru pulih langsung hancur lagi<br />
"biarlah dia tidak tahu, aku tidak akan melakukannya lagi" janjiku pada diri sendiri<br />
"ohh, yaudah deh, kita tidur yuk, udah malem" katanya sambil mendorong badanku untuk tiduran<br />
aku menarik selimut dan memeluk tubuhnya seakan tidak ingin kehilangan dia lagi<br />
"Sayang, kamu janji ya gak kaya gitu lagi" katanya <br />
"Aku gak bisa kasih kamu janji lagi sayang, aku bakalan kasih kamu bukti" kataku lalu mencium bibirnya <br />
ratna membalas pelukanku, dan kamipun tertidur ....</span></div>
<div class="MsoNormal">
Waktu terus berlalu, siapa sangka setelah mengalami banyak kejadian aneh, Ratna Ke-2, Cindy, Casino, Hilangnya ratna yang ternyata di kamar sebelahku, dan lainnya<br />
tidak terasa besok Aku dan Ratna harus pulang ..<br />
<br />
"Gila ya, gak kerasa banget udah bulan November" Kata ratna sambil packing<br />
"Ya gitudeh" ucapku rada lemas<br />
"Kok Lemes gitu sih ? Ceria dong sayang" ucap ratna menyemangatiku<br />
"gatau, dari bangun tidur perasaanku kok gak enak ya"<br />
"Mikirin siapa sih hihi" kata ratna sambil beranjak dari duduknya<br />
"Maksud kamu ?"<br />
"Ya, biasanya kamu mikirin seseorang, atau sesuatu gitu .."<br />
"Ya gitudeh, udah ah lanjutin packing biar cepet" kataku memotong<br />
<br />
Aku membereskan semua pakaian, peralatan, apapun yang ada di kamar itu ..<br />
kamar di dalam rumah yang steve berikan padaku,hingga kulihat sebuah televisi ..<br />
"ah enggak enggak" kataku sambil menggeleng<br />
ya, aku memang berniat mengemas TV itu juga untuk dibawa ke Indonesia, TV di sini pinter banget, bisa bahasa inggris, punyaku di bandung sih paling-paling bahasa indonesia, kalau enggak sunda <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/hammer.gif" height="19" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif" width="19" /><br />
Kulihat sekeliling, yap sudah selesai<br />
aku menatap ratna yang sedang beristirahat di kasur, dan menghampirinya<br />
<br />
"Sayang, aku gamau pulang" Kata ratna menatapku<br />
"Kenapa sayang ?" tanyaku<br />
"gatau, kepalaku kayanya ngasih sinyal aku buat nangis deh sekarang" <br />
"Ih lebay hihi" kataku sambil mencium bibirnya<br />
"Beneran sayang, aku pengen nangis, aku bakal kangen steve, clara, semuanya yang ada di sini" <br />
"Iya sayang aku ngerti kok, tapi kita masih punya kehidupan di indonesia, kita masih harus kuliah" kataku serasa menceramahi anak kecil<br />
"yaudahdeh, gimana besok aja" katanya<br />
aku menatap langit-langit kamar itu, tak terasa aku tertidur ..<br />
<br />
Pukul 3 Sore WIBA (Waktu indonesia bagian amerika <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/hammer.gif" height="19" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif" width="19" />)<br />
aku terbangun, mengejang, ganti-ganti posisi tidur, dan tanganku menyentuh benda yang empuk, kubuka mata, ternyata itu ..<br />
guling <img alt="Description: http://www.semprot.com/x_img/em/hammer.gif" height="19" src="file:///C:/Users/ival%27s/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image007.gif" width="19" /><br />
<br />
Kucari handphoneku, dan kulihat ada SMS ..<br />
"Valdri, You'll Back home tomorrow ?" SMS dari Ratna, I mean 2nd Ratna<br />
"Hey bro, how about your last day" SMS dari steve<br />
"Hi Cutie Valdri, may i can come ?" SMS dari Clara<br />
aku tertarik dengan SMS Clara, bukan karena 'CUTIE' tapi karena 'She Will Come' nya ..<br />
maka sms itulah yang kubalas duluan<br />
"Hi Girl, that's ok, but, why ?" balasku<br />
"Uuh, you're too late reply my message"<br />
"Sorry, I'Ve Slept"<br />
"Haha, ok ok, well, i think this is ur last night here right ? wanna have a party ?"<br />
<br />
"Hmm, party, kayaknya asik" Pikirku<br />
"Sayaang" Panggilku<br />
"Kenapa sayang" Suara ratna membalas <br />
"Sini deh"<br />
Dug dug deg dag *Sfx Suara Langkah<br />
"kenapa say ?" Tanyanya langsung<br />
"Mau bikin party gak ?" <br />
"Buat apa ?" <br />
"Our last day here, of course"<br />
"Hmm, tapi udah pada diberesin, gimana dong ?"<br />
"di taman aja, gimana ?"<br />
"Oke deh, aku pinjem pemanggang sama rumah sebelah ya"<br />
"Sekalian undang aja, biar rame" kataku<br />
"Sip"<br />
Aku mengirim pesan pada Clara<br />
"Clara, Come with steve ASAP, I made 'lil party" <br />
"On my way Cutie valdri" balasnya langsung<br />
Aku juga SMS Ratna<br />
"Hi ratna, sorry for Late reply, iya nih, gw pulang besok, tapi sekarang lagi ada party di rumah, mau dateng ga?" Isi SMSku<br />
"Wow, really ? I'll come, Don't Buy Any Whiskey, Champagne, Vodka or Liquor, aku yang bawa" balasnya<br />
"Sip"<br />
"kesini naik apa ?" tanyaku<br />
"Kamu dimana sih ?" jawabnya<br />
"Brooklyn"<br />
"Pesta mulai jam berapa ?"<br />
"Jam 7 kayaknya"<br />
"Yaudah, aku di anterin supir kok"<br />
"sip, ditunggu ya, oh iya, jangan bilang siapa-siapa tentang, ehm.."<br />
"hihi, tenang aja"<br />
"Oke deh"<br />
<br />
"Siapa lagi ya, masa cuma 7 orang" Pikirku<br />
"Udahdeh, gimana nanti" <br />
aku berjalan ke Walmart, karena jaraknya cukup dekat dengan rumah<br />
Aku membeli segala macam bahan makanan untuk pesta<br />
"kayaknya berat nih" Pikirku setelah selesai berbelanja<br />
Aku meminta bantuan pelayan untuk mengantarkan barangku ke rumah<br />
Saat di depan Entrance Door ..<br />
seorang pria, berkulit hitam yang sedang berjalan dengan seorang wanita menyenggolku<br />
"Ups, Sorry, My bad" katanya<br />
"That's okay" kataku sambil mengambil barang-barangku yang terjatuh, dibantu olehnya dan teman wanitanya <br />
lalu tangan kami bersentuhan, dan kami saling bertatapan<br />
<i>STOP WOI STOP KENAPA JADI CERITA PASARAN INDONESIA GINI </i><br />
ketika semua sudah kembali kedalam tas belanja, kami berdiri<br />
"hey, valdri ?" Suara yang tidak asing<br />
"Hah ? Cindy ?" kataku kaget<br />
"Apa kabar" katanya sambil memelukku<br />
"Baik, kamu gimana ?" <br />
"baik, oh iya ini Rave" Katanya memperkenalkan pria itu<br />
"Oh hi rave, i'm valdri" kataku menjulurkan tangan<br />
"Oh hi, you know cindy ?" tanyanya sambil menjabat tanganku dengan mantap<br />
"Yeah, he's my best friend from indonesia" kata cindy sambil mengedipkan mata padaku<br />
"aah, okay, where're u go ?" tanya rave<br />
"I'm back home, i have a party, you wanna come ?" tanyaku berharap<br />
"hmm, party right ? I like party, any chicks there ?" Tanya rave sambil tertawa<br />
"Honey, come on" kata cindy sambil mencubit perut rave<br />
"I'm kidding, sorry babe" kata rave<br />
"okay, we'll come, where's your house ?" tanyanya<br />
"There" kataku sambil menunjuk rumahku yang memang terlihat dari sini<br />
"you have problem with that ?" tanya rave sambil menunjuk barang-barangku <br />
"yeah"<br />
"okay, i have a car, bring it there" kata rave menyuruh pelayan Walmart itu<br />
<br />
Kami bertiga pun sampai dirumah, ratna sudah selesai mempersiapkan peralatan, kulihat ada 2 orang Pria dan seorang wanita yang cukup cantik disitu<br />
"Oh hi, you're valdri ?" tanya salah satu pria<br />
"Yeah, who are u ?" tanyaku<br />
"I'm your Neightbor, I'm Justin"<br />
"Me too, i'm Priscil" kata wanita itu<br />
"i'm priscil brother, i'm david" kata seorang pria lagi<br />
"Ratna Invite us, so we come" kata justin<br />
"wow, that's awesome" kataku bingung harus berkata apa<br />
"It's alright if we join ur party ?" Tanya Priscil<br />
"Ofcourse, absolutely, i'm so happy" kataku<br />
"oh, ratna dimana ?" tanya cindy<br />
"gatau, di halaman mungkin" kataku sambil menunjuk halaman belakang<br />
Cindy langsung berlari kesana ..<br />
Kamipun mengobrol, dari sana aku tahu beberapa hal<br />
Rave adalah kekasih cindy<br />
Justin Kuliah di Oxford ini semester pertamanya<br />
David juga kuliah di oxford dan sekarang semester ke-3 na<br />
Priscil baru lulus dari Senior High School ..<br />
hingga<br />
"If you wanna taste, than take a bite, right out of me, I DONT GIVE A FUCK" ringtone hpku berbunyi, telephone dari Ratna ke-2<br />
"Hello ?" Kataku<br />
"Aku di MDS nih"<br />
"baru nyampe ?" tanyaku<br />
"iya, jauh gak dari rumah kamu ?" Tanyanya<br />
"MDS ya ? Hmm, naik taxi aja, bawa uang kan ?"<br />
"iyadeh, alamatnya mana ?"<br />
"nanti aku SMSin"<br />
"okay" telephone ditutup<br />
akupun mengirimkan alamatku lewat SMS, saat itu juga steve dan clara sudah sampai di depan rumahku<br />
aku tahu dari Suara mobil steve yang sangat halus<br />
tak lama kemudian ratna datang, pesta dimulai kami semua minum, bakar BBQ, Everything we can do in My last night here<br />
Hingga, kusadar ...</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i style="color: red;">To be cont... (7reject)</i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>ival syadewahttp://www.blogger.com/profile/18301224571854071554noreply@blogger.com5